Rabu, Juli 13, 2011

Menggali Ide, Menambang Laba Lewat Industri Kreatif

Mengemas keahlian, talenta, maupun kreativitas ternyata tak hanya menyenangkan, tapi juga menguntungkan. Mendapatkan tempat seiring dengan kemajuan ekonomi kreatif. Benturan ide, ego, dan miskin ide menjadi kendala.

Untaian nada dari dawai gitar nan rancak langsung mengelus-elus indra pendengaran begitu pemutar peranti compact disc itu bekerja. Aliran progresi nada-nada bertema musik blues terasa begitu kental. Sesaat kemudian, hentakan drum yang tegas dan mantap mengiringi. Setelah mengambil beberapa ketukan, untaian lirik melintas dengan warna suara yang khas. Menyulam melodi, menyambung harmoni.

Pemaparan di atas adalah lagu pertama dari album grup musik asal Denpasar, Bali yang bernama Dialog Dini Hari (DDH), sebuah kelompok seniman yang digawangi musisi Dadang SH Pranoto. Grup yang dipeloporinya ini merupakan proyek kreativitas kolektif, dan belum genap setahun terbentuk. Namur, album Beranda Taman Hati yang digarap secara independen makin mendapat tempat di hati publik dan mereguk keuntungan ekonomi.

Kelompok seniman ini tak sendirian. Berbagai kelompok yang bergerak di bidang industri kreatif lainnya, seperti film, drama, tari, media, periklanan, arsitektur, fashion pariwisata, kerajinan, hingga pertunjukan jasa kreatif lainnya telah berkibar seiring dengan demam ekonomi kreatif yang melanda negeri. Dengan keahlian dan talenta yang dimiliki, mereka berperan besar dalam peningkatan kesejahteraan dan kemajuan ekonomi melalui penawaran kreasi intelektual yang mereka produksi.

Kreativitas, inovasi, dan entrepreneurship belakangan ini menjadi kawan segendang sepenarian. Ketiganya selalu melengkapi, bahkan menjadi prasyarat bagi lahirnya karya dan terobosan baru dalam industri kreatif. Tak hanya itu, ketiga aspek ini pun menjadi ajimat baru dalam menambang keuntungan dan prestasi.

Banyak orang maupun kelompok yang dapat kita sebut dengan mudah, betapa kreativitas telah menjadi ladang usaha sekaligus penggerak industri baru. Jagat hiburan, seni budaya, maupun inovasi-inovasi baru yang sarat kreativitas selalu memunculkan tokoh-tokoh ekonomi baru di tanah air.

Menurut catatan Direktorat Jenderal Industri Kreatif, Kementerian Perdagangan, terdapat beberapa faktor yang mendukung ekonomi kreatif menjadi masa depan ekonomi nasional. Pertama, adanya ide dasar atau stock of knowledge. Kedua, semangat kewirausahaan yang tinggi. Ketiga, pendanaan atau sistem pembiayaan yang bisa mengatasai masalah. Keempat, adalah apa yang disebut dengan the triple helix, yakni kerjasama strategis antara akademisi, pemerintah, dan bisnis.


Berdasarkan aspek-aspek di atas, Indonesia memiliki potensi untuk pengembangan industri kreatif. Berdasarkan data makro yang dimiliki, industri kreatif telah menyumbang PDB sebesar Rp 150 triliun serta dapat menyerap tenaga kerja lebih dari tujuh juta. Penyumbang terbesar dari industri kreatif adalah industri fashion sebesar 40 persen, diikuti industri kerajinan yang memberikan kontribusi sebesar 25 persen.


Inggris, yang pertama kali memperkenalkan istilah industri kreatif pada 1997, menerima pendapatan nasional sebesar 7,9 persen atau £ 76,6 milyar pada 2000. Mengingat perannya yang tak kecil, Pemerintah Inggris menggarap sektor ini secara serius dan menetapkan 13 sektor usaha yang tergolong sebagai industri kreatif. Sektor yang dimaksud antara lain periklanan, kesenian dan barang antik, kerajinan tangan, desain, tata busana, film dan video, perangkat lunak hiburan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan, jasa komputer, televisi, dan radio.


Layaknya orang yang kreatif, seorang entrepreneur dapat mengubah rongsokan menjadi emas. Entrepreneur dengan kemampuan pikiran dan tangan dinginnya mampu memanfaatkan peluang yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga menghasilkan benefit berlimpah. Tak hanya itu, dengan latar belakang pendidikan yang baik dan berkualitas, orang yang bergerak di bidang industri kreatif mampu bersaing, berinovasi, dan kaya dengan ide-ide baru dalam perjalanan bisnisnya.


Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan gagasan yang baru, original, dan out of the box. Kreativitas menjadi inovasi ketika disambut oleh pasar. Dan, seorang entrepreneur tidak boleh berpuas diri terhadap produk yang dihasilkannya. Sebab, produk kreatif memiliki ciri yang khas, siklus hidup yang singkat, risiko tinggi, margin yang tinggi, keanekaragaman tinggi, persaingan tinggi, dan mudah ditiru.

Karena itu, pengembangan inovasi yang dilakukan secara kolektif menjadi resep baru agar mampu menggali ide secara terus menerus. Pasalnya, dalam industri kreatif, unsur kreativitas dan ketekunan dalam menemukan ide baru menjadi modal awal. Prinsipnya, siapa yang kreatif, ia akan eksis. Siapa yang kuat secara ide, dia yang bakal digdaya. Sebaliknya, berhenti dalam berkreativitas sama saja bunuh diri pelan-pelan.

Kreativitas yang dilakukan secara kolektif, bisa membuat pekerjaan menjadi lebih ringan dan efisien. Sebuah proses kreatif yang dilakukan secara bersama-sama bahkan bisa menghasilkan karya seni yang ‘kaya’. Namun, hal ini bukan tanpa kendala. Aktivitas seni yang dilakukan secara kolektif tentu mengundang sejumlah persoalan yang tidak bisa disebut sederhana. Mengelola kerjasama tim, menjembatani ego, hingga menyatukan ide dari banyak kepala, tentu bukan hal mudah.

Oleh karena itu, ada beberapa hal penting yang menjadi dasar terbangunnya proses kreativitas kolektif yang produktif. Komunitas komik yang sering menggarap produksi komik secara kolektif harus menyadari posisi dan tanggung jawab masing-masing dalam pengembangan kreativitas adalah hal terpenting. Selain itu, setiap individu yang tergabung dalam kreativitas kolektif harus menyadari bahwa keeksisannya adalah bagian dari mata rantai yang saling terkait.

Sementara itu, grup musik DDH memprioritaskan attitude sebagai hal penting di balik kerja kreatif secara kolektif. Menurut mereka, etika sederhana itu penting untuk meramu ego masing-masing personel. “Jika memiliki attitude yang baik dan positif, tentu akan tercipta suasana saling menghargai dan respect antar anggota,” ujar Dadang, vokalis DDH.

Memang mengelola individu-individu dalam proses kreatif yang dilakukan secara bersama-sama tidak mudah. Karena persoalan banyak muncul dari benturan ide dan ego yang merupakan hal yang kadang sulit diperdebatkan. Hanya toleransi, kesabaran, sampai kedewasaan dalam menyikapi perbedaan lah yang dapat menjembatani berhasilnya penciptaan sebuah karya yang dibangun oleh lebih dari satu kepala.