Berkat kerja keras, pemulihan Kota Ambon pasca konflik berlangsung cepat, dan terus menunjukkan perbaikan.
Setelah bertahun-tahun didera konflik, Ambon kembali berdenyut. Masyarakat setempat maupun pendatang kembali beraktivitas seperti sedia kala. Aktivitas sosial maupun ekonomi di sejumlah titik yang sebelumnya dikenal rawan terus menampakkan gairahnya.
Di sepanjang Jalan Pantai Mardika tumbuh puluhan pedagang kaki lima yang setiap hari melayani pembeli. Aktivitas perdagangan kaki lima di kawasan yang dikenal sebagai daerah bakubae atau persaudaraan, yakni pertemuan perdagangan komunitas Kristen dan Muslim, saling interaksi dengan damai di Kota Ambon. Makin hari, kawasan bakubae ini terus tercipta.
Itulah gambaran geliat bangkitnya ekonomi rakyat di Kota Ambon pasca konflik kemanusiaan. Setiap orang kini leluasa bepergian kapan saja, siang maupun malam hari. Ini semata tak hanya lalu lintas angkutan kota sudah pulih, tetapi faktor keamanan sudah mantap.
Semua ini merupakan kerja keras Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dan partisipasi aktif berbagai pihak. Keseriusan pemerintah setempat terlihat dari kinerja pasca konflik yang memprioritaskan pada program menyelesaikan masalah hati, dengan melakukan rekonsiliasi sosial dengan instrumen budaya. Hal ini dimaksudkan untuk menyambung kembali tali silaturrahmi sesama orang Ambon yang tercerai berai akibat konflik.
”Tema yang diusung adalah ”Kembalikan Ambonku”. Kami kesampingkan soal isu agama, dan menggunakan isu kultural,” kata Walikota Ambon, Marcus Jopie Papilaya. Menurutnya, program rehabilitasi tak semata soal keamanan secara fisik, tapi juga menata hati masyarakat yang trauma akibat konflik berkepanjangan. ”Hati harus beres dulu. Kalau hati beres, selesai. Kalau tidak, ya susah. Tentara ada, orang berdamai. Tapi kalau tentara pergi, orang berkelahi,” katanya.
Karena itu, ia pun keluar masuk kampung guna membangun kembali persatuan bagi warga Ambon. Berbagai pagelaran seni maupun budaya yang melibatkan tokoh setempat maupun kalangan pelajar pun digalakkan agar komunikasi antar elemen masyarakat kembali terjalin. ”Saya menggugah orang dengan cara-cara seperti itu,” kata Jopie.
Upaya membangun citra bahwa Kota Ambon sudah aman dan kembali normal terus gencar dilakukan. Salah satunya dengan menggelar pesta besar setiap peringatan Hari Ulang Tahun Kota Ambon dilangsungkan. Begitu juga dengan penyelenggaraan event-event olahraga yang melibatkan orang-orang di luar Ambon, bahkan negara-negara tetangga.
Hasilnya, kampanye Ambon kembali manise begitu dirasakan, baik di dalam maupun luar negeri. ”Ini mulai kelihatan dampaknya. Frekuensi penerbangan sudah mulai bertambah. Yang sekali sehari, sekarang dua kali sehari,” kata Jopie. Para pengunjung terus berdatangan untuk menyaksikan kembali keindahan maupun potensi yang dimiliki Ambon.
Dari program pemulihan (recovery) keamanan maupun perasaan traumatik yang telah digalakkan Pemkot Ambon, kini masyarakat dapat merasakan hasilnya. Berkat dukungan dan kepedulian semua pihak, tujuan menjadikan Ambon kembali Manise bukan lagi sebatas mimpi. Karena itu, Jopie mengajak warga untuk hidup lebih tertib demi terciptanya lingkungan kota yang semakin nyaman. Pemerintah pun akan berusaha untuk lebih meningkatkan layanan kepada masyarakat.
Ke depan, Jopie bertekad untuk terus menggiatkan pemberdayaan masyarakat. Titik sentral dalam menghilangkan traumatik masyarakat akibat konflik adalah bagaimana mengeluarkan mereka dari penderitaan yang dialami.
"Trauma psikologis yang dialami masyarakat Kota Ambon, tidak bisa hanya ditangani dengan suasana aman saja. Harus ada tindakan nyata dengan memberi peluang dan kesempatan mereka bisa bekerja di bidang apa saja untuk mendapatkan uang. Mereka perlu kerja," kata Jopie. Oleh karena itu, Pemkot Ambon kembali bergiat untuk menyelesaikan pekerjaan baru yaitu pemulihan ekonomi.
***
Ambon, Kawasan Investasi Potensial
Kota Ambon membuka diri dengan masuknya investasi di berbagai sektor andalan
Setelah sukses dengan program pemulihan keamanan dan perasaan traumatik, Walikota Ambon, Marcus Jopie Papilaya mencanangkan program pemulihan ekonomi dan penataan sarana perkotaan sebagai program lanjutan Kota Ambon. Pemulihan ekonomi diprioritaskan pada dua hal, yakni mengembalikan kawasan perdagangan yang porak-poranda dan membangkitkan kembali usaha kecil dan menengah di bidang industri perikanan, perdagangan, pariwisata, dan fasilitas umum.
Membangun kembali Ambon, yang selama ini juga dikenal sebagai Hongkong-nya Indonesia, memang butuh kerja keras. Kota Ambon, yang memiliki luas 377 kilometer itu memang memiliki potensi dan kekayaan alam yang melimpah. Bila Kota Ambon bisa terlepas dari konflik, ditunjang pembangunan yang pesat, bukan tidak mungkin kota kecil ini sama majunya dengan Hongkong.
Sejalan dengan program pembangunan ekonomi, Jopie Papilaya bertekad untuk memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat dengan membangun sentra-sentra ekonomi baru, karena sentra ekonomi lama tak mampu lagi menampung kebutuhan warga. Sejumlah pusat ekonomi baru pun mulai dikembangkan pemerintah untuk mengurangi kepadatan di pusat kota, seperti pembangunan pasar tradisional Nania maupun sentra ekonomi baru di Paso.
Berbagai peluang investasi terus dikelola dan dikembangkan. Oleh sebab itu, Kota Ambon membuka diri terhadap datangnya investasi dari berbagai pihak. Perikanan, peternakan, perhotelan, ekspor cengkeh dan pala, pertambangan, perkebunan, hingga pariwisata merupakan andalan yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Ambon, dan sangat potensial bagi investasi jangka panjang yang sifatnya saling menguntungkan.
Selama ini, ikan laut menjadi andalan pengembangan ekonomi rakyat di Ambon. Kegemaran masyarakat yang begitu tinggi terhadap ikan menjadikannya sebagai makanan khas yang mendominasi sejumlah rumah makan di Kota Ambon. Dari usaha ini saja, telah tumbuh usaha industri pengolahan ikan skala rumah tangga cukup besar, mencapai 3.289 unit usaha yang memerlukan bantuan modal maupun peningkatan sarana pengolahan.
Begitu juga dengan sektor peternakan. Bila dibandingkan dengan semakin tingginya kebutuhan komsumsi masyarakat terhadap daging setiap tahun, maka sangat terbuka peluang investasi untuk mengembangkan sektor peternakan di Kota Ambon. Investasi ini dapat dilakukan pada bagian hulu dan bagian hilir, seperti usaha peternakan atau penggemukan, serta pengolahan dalam bentuk industri pengolahan daging abon atau dendeng. Untuk ternak unggas, usaha yang dapat dikembangkan adalah usaha peternakan perdagangan pakan ternak pada bagian hulu dan pada bagian hilir adalah usaha rumah makan/restoran.
Beberapa waktu lalu, sejumlah pengusaha nasional yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Kadin pusat, telah menjajaki peluang investasi di Kota Ambon. Para pengusaha nasional ini berniat ingin membantu mengembangkan investasi di Kota dan Pulau Ambon sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang baru terbebas dari konflik.
Jopie Papilaja, mengatakan, kehadiran para pengusaha nasional itu akan berdampak dalam peningkatan bisnis dan investasi skala besar di Kota dan Pulau Ambon di masa mendatang. Kehadiran mereka pun diharapkan akan meningkatkan kepercayaan kalangan pebisnis dalam dan luar negeri untuk berinvestasi di Ambon maupun kabupaten lainnya. ”Pemkot siap memberikan berbagai kemudahan yang dibutuhkan, termasuk penyediaan lahan, kemudahan pengurusan ijin serta memangkas berbagai pungutan yang memberatkan,” kata Jopie.
Pihaknya juga tak menutup peluang bagi investor asing yang ingin menanamkan modalnya di Ambon. Untuk itu, ia melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) bersama Elmar Bouma Perwakilan dari Indonesian Nederland Assosiasion (INA), mengenai kerja sama investasi dan asistensi teknis lainnya. Dengan penandatangan MoU tersebut, INA akan menjadi komunikator bagi kerjasama pengusaha menengah di kedua negara.
Jopie berharap, peluang investasi dapat dimanfaatkan para investor. Dengan demikian, investasi ini akan berdampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, mengatasi tingginya angka pencari kerja dan pengangguran di Kota Ambon, di masa mendatang.
***
Mari Berinvestasi di Ambon
Pemerintah memberikan kemudahan dan insentif bagi setiap investor yang menanamkan modalnya di sektor-sektor andalan.
Setelah bertahun-tahun didera konflik, kehidupan di Ambon kembali pulih. Tak ada lagi rasa trauma maupun rasa benci antar kelompok. Masyarakat setempat maupun pendatang kembali beraktivitas seperti sedia kala. Aktivitas sosial maupun ekonomi di sejumlah titik yang sebelumnya dikenal rawan terus menampakkan gairahnya.
Dinamika perekonomian terus membaik dalam tiga tahun terakhir ini. Rata-rata pertumbuhan perekonomian meningkat sekitar 5 persen per tahun dan tingkat inflasi berkisar 6 persen hingga 7 persen. Jauh berbeda dibanding beberapa tahun sebelumnya saat Ambon diimpit gejolak. Angka kemiskinan mulai turun. Begitu pula dengan pengangguran seiring dengan mulai dibukanya peluang usaha dan kesempatan kerja.
Di sepanjang Jalan Pantai Mardika tumbuh puluhan pedagang kaki lima yang setiap hari melayani pembeli. Aktivitas perdagangan kaki lima di kawasan yang dikenal sebagai daerah bakubae atau persaudaraan, yakni pertemuan perdagangan komunitas Kristen dan Muslim, saling interaksi dengan damai di Kota Ambon. Makin hari, kawasan bakubae ini terus tercipta.
Itulah gambaran geliat bangkitnya ekonomi rakyat di Kota Ambon pasca konflik kemanusiaan. Setiap orang kini leluasa bepergian kapan saja, siang maupun malam hari. Ini semata tak hanya pulihnya lalu lintas angkutan kota, tetapi faktor keamanan yang telah dirasakan seluruh warga Ambon.
Kini, pemerintah setempat bergegas dengan pekerjaan baru, yaitu memulihkan perekonomian. "Trauma psikologis yang dialami masyarakat Kota Ambon, tidak bisa hanya ditangani dengan suasana aman saja. Harus ada tindakan nyata dengan memberi peluang dan kesempatan mereka bisa bekerja di bidang apa saja untuk mendapatkan uang. Mereka perlu kerja," kata Walikota Ambon, Marcus Jopie Papilaya.
Oleh karena itu, ia mencanangkan program pemulihan ekonomi dan penataan sarana perkotaan sebagai program lanjutan Kota Ambon. Pemulihan ekonomi diprioritaskan pada dua hal, yakni mengembalikan kawasan perdagangan yang porak-poranda dan membangkitkan kembali usaha kecil dan menengah di bidang industri perikanan, perdagangan, pariwisata, dan fasilitas umum.
Jopie Papilaya bertekad untuk memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat dengan membangun sentra-sentra ekonomi baru, karena sentra ekonomi lama tak mampu lagi menampung kebutuhan warga. Sejumlah pusat ekonomi baru pun mulai dikembangkan pemerintah untuk mengurangi kepadatan di pusat kota, seperti pembangunan pasar tradisional Nania maupun sentra ekonomi baru di Paso.
Berbagai peluang investasi terus dikelola dan dikembangkan. Karena itu, Kota Ambon membuka diri terhadap datangnya investasi dari berbagai pihak. Perikanan, peternakan, perhotelan, ekspor cengkeh dan pala, pertambangan, perkebunan, hingga pariwisata merupakan andalan yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Ambon, dan sangat potensial bagi investasi jangka panjang yang sifatnya saling menguntungkan.
Selama ini, ikan laut menjadi andalan pengembangan ekonomi rakyat di Ambon. Kegemaran masyarakat yang begitu tinggi terhadap ikan menjadikannya sebagai makanan khas yang mendominasi sejumlah rumah makan di Kota Ambon. Dari usaha ini saja, telah tumbuh usaha industri pengolahan ikan skala rumah tangga cukup besar, mencapai 3.289 unit usaha yang memerlukan bantuan modal maupun peningkatan sarana pengolahan.
Sektor perikanan laut menarik minat investor karena potensi ikan tangkapan di Maluku mencapai 1.627.500 ton per tahun. Sesuai dengan ketentuan, ikan yang boleh ditangkap sekitar 1,3 juta ton per tahun. Sektor ini pun membuka peluang industri ikutan, seperti proses penangkapan, pengepakan, cold storage, hingga penyediaan kemasan.
Ambon juga memiliki potensi alam yang tidak kalah indah bila dibandingkan dengan Bali. Hanya saja, kekayaan alam ini belum dikelola dengan baik untuk menjadi wisata alam potensial. Sektor pariwisata juga menggiurkan bagi investor karena okupansi hotel-hotel di Ambon pasca konflik sangat tinggi.
Begitu juga dengan sektor peternakan. Bila dibandingkan dengan semakin tingginya kebutuhan komsumsi masyarakat terhadap daging setiap tahun, maka sangat terbuka peluang investasi untuk mengembangkan sektor peternakan di Kota Ambon. Investasi ini dapat dilakukan pada bagian hulu dan bagian hilir. Sedangkan untuk ternak unggas, usaha yang dapat dikembangkan adalah usaha peternakan perdagangan pakan ternak pada bagian hulu dan pada bagian hilir adalah usaha rumah makan/restoran.
Dalam perkembangan, sektor perikanan menarik minat enam perusahaan di bidang pengemasan ikan, dengan nilai investasi sekitar Rp 5 miliar. Sedangkan di sektor pariwisata segera dibangun dua hotel berbintang, hasil investasi seorang investor berasal dan Amerika Serikat, dengan investasi senilai 5 juta dolar. Nilai investasi ini, kata Jopie, memang tidak besar. Tetapi, ia berharap investasi ini menjadi pemicu masuknya investasi lainnya.
Terbukti, peluang investasi ini menarik minat sejumlah pengusaha nasional yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Kadin pusat. Mereka berminat untuk menjajaki peluang investasi di Kota Ambon, dan membantu mengembangkan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang baru terbebas dari konflik.
Kehadiran para pengusaha nasional itu diharapkan berdampak dalam peningkatan bisnis dan investasi skala besar di Kota dan Pulau Ambon di masa mendatang. Kehadiran mereka pun diharapkan akan meningkatkan kepercayaan kalangan pebisnis dalam dan luar negeri untuk berinvestasi di Ambon maupun kabupaten lainnya.
Menurut Jopie, Pemkot Ambon siap memberikan berbagai kemudahan yang dibutuhkan, termasuk penyediaan lahan, kemudahan pengurusan ijin serta memangkas berbagai pungutan yang memberatkan. Selain itu, pemberian insentif, berupa dispensasi di bidang perpajakan juga dilakukan. ”Yang penting dia punya komitmen jelas. Kalau sudah jelas, akan kami fasilitasi. Ijin bisa belakangan, yang penting jalan dulu,” katanya.
Guna menyambut kedatangan para investor, kini tengah dibangun sistem pelayanan baru yang memungkinkan para investor mengurus berbagai keperluan usaha dengan mudah dan cepat. Januari 2009, organisasi, sistem, maupun kantor baru dimaksud direncanakan dapat dioperasikan untuk memudahkan para investor.
Pemerintah Kota (pemkot) Ambon juga membuka peluang bagi investor asing yang ingin menanamkan modalnya di Ambon. Berbagai fasilitas maupun jaminan keamanan bagi setiap warga negara asing yang datang pun disiapkan. Guna merambah investor di Eropa, dirintislah kerja sama investasi dan asistensi teknis dengan menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) bersama Elmar Bouma Perwakilan dari Indonesian Nederland Assosiasion (INA). Dengan penandatangan MoU tersebut, INA akan menjadi komunikator bagi kerjasama pengusaha menengah di kedua negara.
Jopie berharap, berbagai peluang, kemudahan, dan insentif investasi ini dapat dimanfaatkan para investor. Dengan demikian, investasi ini akan berdampak bagi laju perekonomian, peningkatan kesejahteraan masyarakat, mengatasi tingginya angka pencari kerja dan pengangguran di Ambon, di masa mendatang. Untuk itu, saatnya mengalihkan investasi Anda ke Kota Ambon yang memiliki peluang dan keuntungan investasi yang menjanjikan.
***
Wawancara Walikota Ambon
Drs Marcus Jopie Papilaya
”Kami Berikan Kemudahan dan Insentif Bagi Investor”
Setelah berkutat dengan upaya pemulihan keamanan dan persoalan hati akibat perasaan trauma pasca konflik, Pemerintah Kota Ambon dihadapkan pada tugas baru, yaitu pemulihan ekonomi. ”Saya harus menyelesaikan masalah perut. Untuk mengatasi masalah kemiskinan, membuka lapangan kerja, serta peluang usaha baru, perlu investasi, ” kata Walikota Ambon, Marcus Jopie Papilaya.
Untuk itu, Ambon membuka investasi modal dalam negeri dan asing. Dalam perkembangan, sektor perikanan menarik minat enam perusahaan di bidang pengemasan ikan, dengan nilai investasi sekitar Rp 5 miliar. Sedangkan di sektor pariwisata segera dibangun dua hotel berbintang salah satu investor berasal dan Amerika Serikat, dengan investasi senilai 5 juta dolar. Nilai investasi ini, kata Jopie, memang tidak besar. Tetapi, ia berharap investasi ini menjadi pemicu masuknya investasi lainnya. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana dinamika perekonomian di Ambon belakangan ini?
Dinamika perekonomian terus membaik dalam tiga tahun terakhir ini. Rata-rata pertumbuhan perekonomian meningkat sekitar 5 persen per tahun dan tingkat inflasi berkisar 6 persen hingga 7 persen. Jauh berbeda dibanding tahun-tahun awal ketika saya menjabat di periode sebelumnya, tahun kedua minus 27 persen. Tahun ketiga minus 1 persen. Sekarang rata-rata 6-7 persen kenaikannya. Angka kemiskinan juga turun.
Kalau mengenai pertumbuhan investasi, bagaimana?
Sektor perikanan laut menarik minat investor karena potensi ikan tangkapan di Maluku mencapai 1.627.500 ton per tahun. Sesuai dengan ketentuan, ikan yang boleh ditangkap sekitar 1,3 juta ton per tahun. Sektor ini pun membuka peluang industri ikutan, seperti proses penangkapan, pengepakan, cold storage, hingga penyediaan kemasan.
Itu semua harus diurus dan dari semua itu, bagian yang menjadi hambatan di infrastruktur atau di peraturan dan itu kita harus memberikan kemudahan untuk menarik investor. Kami juga memiliki potensi alam yang tidak kalah indah bila dibandingkan dengan Bali. Kelemahan kami adalah belum adanya pengelolaan yang baik terhadap potensi wisata alam itu. Sektor pariwisata juga menggiurkan bagi investor karena okupansi hotel-hotel di Ambon pasca konflik sangat tinggi.
Apa kendala yang dihadapi para investor?
Beberapa investor, terutama sektor perikanan, ada yang mau masuk. Mereka menemukan persoalan, seperti kepemilikan tanah, tunggakan PBB, dan sebagainya. Pemilik tanah tidak pernah bayar PBB. Jadi, Kalau dibeli, investor harus bayar tunggakan PBB itu. Saya butuh investor, tapi saya tak boleh melanggar peraturan maupun UU. Jadi, kita cari jalan tengah yang tidak melanggar UU maupun peraturan.
Apa ada pemberian insentif pada investor yang masuk?
Ada. Kemudahan dalam perijinan, pajak, dan retribusi. PBB yang lalu tak usah bayar, ada pemutihan. Selanjutnya harus bayar. IMB, sekarang sudah murah, dan bisa dicicil, bikin pernyataan cicil berapa kali. Yang penting dia punya komitmen jelas. Kalau sudah jelas, akan kami fasilitasi. Ijin bisa belakangan, yang penting jalan dulu.
Dari sisi peraturan, ada hambatan dari legislatif?
Ada. Ini sebetulnya umum, para bupati berpikir bahwa yang dikejar adalah PAD (Pendapatan Asli Daerah, Red.). Saya tidak setuju. Yang harus kita kejar adalah pertumbuhan ekonomi. Kalau pertumbuhan ekonomi bagus, dinamika bagus, PAD kan otomatis meningkat. Tapi, kalau PAD yang menjadi target, kadang kita menghambat. Itu yang kadang tidak dipahami. Kita kejar PAD, tapi justru menghambat investasi. Itu artinya, kita menutup ruang bagi kesempatan kerja dan berusaha. Daya beli akan turun, dan dinamika tidak akan jalan.
Upaya mengkomunikasikannya bagaimana?
Saya berusaha menjelaskan, mengajak pakar, dosen, sikat saja. Sekarang tinggal pilih, memilih uang yang tak seberapa masuk kas daerah, atau investasi masuk, baru kemudian timbul kesempatan usaha baru, PAD baru dapat. Tapi kalau saya akan pilih yang kedua.
Ada peraturan baru yang membuka ruang investasi?
Ada, dalam arti, perda-perda membuka ruang di mana walikota punya kewenangan. Itu saya lakukan. Ada komitmen, kesempatan kerja berapa orang. Saya kasih keringanan berapa persen. Tapi, saya juga tidak memaksa harus menampung sekian banyak orang, berdasarkan keahlian. Selama ini jalan, walau dalam skala kecil. Di perikanan tumbuh cold storage, pabrik steoroform, untuk mendukung pengemasan.
Sistem pelayanan yang diterapkan, bagaimana?
Kita sedang membangun sistem pelayanan baru. Saya tidak menganut model pelayanan satu atap seperti di tempat lain. Tapi saya mengembangkan satu kantor pelayanan publik. Seperti di perbankan, orang datang bisa urus ijin usaha, masukkan di situ. Berapa hari urusan selesai. Jadi, orang hanya berurusan di situ saja, tidak usah ke kantor dinas lainnya. Unit pelayanan khusus ini seperti costumer services-nya. Urusannya apa, diselesaikan di situ.
Prosesing perijinan secara online. Sekarang sedang dibuat sistemnya. Lalu, organisasinya sedang dibahas di DPRD, tempat fisiknya sedang dibangun. 1 Januari 2009 harus jalan. Organisasi baru, kantor baru, sistem baru. Itu cara orang untuk lebih mudah. Saya minta pada yang desain sistem, bagaimana orang harus dijanjikan tiga hari, tapi belum selesai, bagaimana orang diberi tahu lewat telepon atau sms, dan ada kepastian kapan selesai. Jadi, orang tak perlu datang.
Apa target Anda dari investasi ini?
Sentra ekonomi baru harus running. Sebab itu simbol kesempatan kerja dan berusaha. Semua harus jalan. Sistem pelayanan publik harus sudah mapan. Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat bisa terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar