Tampilkan postingan dengan label Hobi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hobi. Tampilkan semua postingan

Senin, Februari 22, 2010

KPLI, Sama Rasa Menebar Teknologi

Berawal dari minat dan ketertarikan bersama. Komunitas ini selanjutnya tak semata menyalurkan hobi, tapi juga mampu mendulang rezeki.

Kecepatan inovasi teknologi tak selamanya dibarengi dengan kemampuan mengaplikasikannya. Begitu pula gambaran mengenai perkembangan Linux di Indonesia. Pada 1998 lalu, software ini masih tergolong baru sehingga terasa asing bagi para penggunanya di Indonesia.

Terdorong untuk membantu para pengguna baru yang ingin belajar maupun melakukan riset tentang Linux, sekelompok orang mendirikan Komunitas Pengguna Linux Indonesia atau KPLI Jakarta, pada 31 Oktober 1998 lalu. Dimotori oleh Rusmanto, Made Wiryawan, Prihantoosa, serta penikmat teknologi lainnya, KPLI Jakarta lantas menjaring anggota dalam waktu cepat

“Berdirinya KPLI Jakarta diharapkan dapat membantu para pengguna baru yang ingin belajar atau pun riset tentang Linux dapat bersama-sama belajar,” kata Erick Saputra, Ketua KPLI. Dari hasil belajar tesebut atau biasa disebut dengan ngoprek, lanjutnya, akan dipublikasikan di website KPLI agar dapat dibaca sehingga bermanfaat bagi orang banyak.

Sejak berdiri, KPLI Jakarta mengemban visi dan misi mulia. Komunitas ini, lanjut Erick, bermaksud untuk menghimpun potensi berbagai pihak yang menggunakan Linux sebagai aplikasi pilihan. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kondisi yang saling melengkapi dan bersinergi dalam memanfaatkan, menyebarluaskan, meningkatkan kemampuan penggunaan Linux di Indonesia. “Kami juga memberikan support, serta mengembangkan Linux di kalangan masyarakat,” katanya.

Di samping itu, KPLI yang juga berupaya mengembangkan Linux sebagai salah satu alternatif alat pendidikan di universitas. Sebagai salah satu solusi yang murah, legal, dan bermanfaat bagi dunia bisnis, Linux juga diperkenalkan sebagai piranti yang dapat membantu kemudahan kerja. Erick menambahkan, “Kami juga turut membantu usaha-usaha dalam merubah cara manusia Indonesia dalam memandang teknologi, dari sebagai pengguna teknologi menjadi pencipta teknologi.”

Sampai saat ini, KPLI Jakarta diminati berbagai lapisan masyarakat, mulai dari profesional bidang informasi dan teknologi, trainer independen, birokrat, dosen, guru, mahasiswa, sampai end user. Namun, di antara para penggemarnya, kalangan mahasiswa paling banyak yang meminati dan ingin tahu lebih banyak tentang Linux. “Yang pasti, kami tidak membatasi anggota dari golongan manapun,” kata Erick.

Dalam perkembangannya, KPLI berperan sebagai organisasi yang mewadahi para pengguna Linux yang ingin belajar, melakukan riset, dan mengembangkan Linux untuk kemajuan dunia open source di Indonesia. “KPLI berkontribusi memberikan support terhadap siapa saja yang memiliki permasalahan tentang Linux,” tuturnya. Dalam komunitas ini pula, ia bersama rekan-rekan mencoba memecahkan berbagai persoalan terkait dengan aplikasi Linux.

Kendati komunitas ini tidak didukung oleh vendor atau pun produsen Linux tertentu, KPLI tetap bergerak maju. “KPLI berdiri secara independen, karena di sini kami tidak terbatas dengan jenis distribusi Linux tertentu,” ujar Erick. Beragam aktivitas, seperti ngoprek atau mengutak-atik Linux untuk mengetahui apa saja yang bisa dilakukan dengan Linux sering kali dilakukan.

Ngoprek tersebut meliputi Linux dalam berbagai keperluan, antara lain mengembangkan aplikasi, networking atau jaringan komputer, perkantoran, serta untuk bidang usaha lainnya. Tak ketinggalan, KPLI juga mengadakan event-event berkaitan dengan pengenalan dan pemanfaatan Linux bagi para pengguna yang masih awam. Dalam ajang ini, para senior membantu memberikan solusi bagi rekan- rekan atau anggota yang memiliki permasalahan dengan Linux.

Fasilitas untuk belajar bersama, mengikuti pelatihan linux, mendapatkan support bila mengalami kesulitan atau masalah dengan Linux, merupakan manfaat yang dapat diperoleh anggota komunitas ini. Selain itu, para anggota juga bisa ikut serta dalam project-project milik KPLI, mendapat kartu keanggotaan KPLI, dan beragam fasilitas lainnya.

Hingga saat ini, KPLI sudah ada di 23 kota besar di seluruh Indonesia. “Untuk cabang, KPLI tidak mempunyai cabang, karena pada dasarnya KPLI ada di setiap daerah di Indonesia,” kata Erick. KPLI Jakarta, lanjutnya, sebenarnya bukan pusat dari KPLI, namun karena keberadaannya di Jakarta, sering kali orang mengasumsikannya sebagai pusatnya KPLI.

Tak dipungkiri, beragam fasilitas inilah yang kerap memotivasi anggota baru untuk bergabung dengan KPLI. Misalnya, Syahroni Aben, yang sekarang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal KPLI Jakarta. “Saya ingin sharing dengan sesama pencinta Linux, serta berkenalan dengan orang-orang dari berbagai kalangan,” tuturnya. Bahkan, tak jarang, dari kalangan ini pula ia bisa mendapatkan pekerjaan sampingan. “Biarpun uang yang didapatkan tidak terlalu banyak,” kata Aben, sumringah.

Pengalaman senada juga dialami Digit Oktavianto. “Sejak saya bergabung dengan KPLI, banyak manfaat yang saya peroleh, selain ilmu dan networking yang terus bertambah,” katanya. Bahkan, Digit yang sempat memimpin KPLI periode sebelumnya ini memetik pengalaman tak terduga, di antaranya mendapatkan pekerjaan, mengisi seminar, workshop, dan teman-teman baru dari beragam profesi.

Kegiatan rutin KPLI seperti ngoprek bareng, juga diikuti Digit. Dalam ajang tersebut, ia bisa berbagai dan mendapat pengetahuan baru dengan anggota KPLI lainnya. “Yang satu memberi materi, dan yang lainnya mencoba langsung, sehingga ada interaksi antar satu anggota dan lainnya,” katanya, menambahkan, “semua kegiatan sangat menyenangkan.”

Berbeda dengan Aben, selain ngoprek bareng, membuat stand pameran juga merupakan kegiatan yang menyenangkan. “Yang paling berkesan adalah saat mengisi stand di Balairung UI Depok. Di situ boleh dibilang stand KPLI yang paling ramai pengunjungnya,” katanya.

Semenjak bergabung dengan KPLI Jakarta, Erick mengaku mendapatkan banyak pengalaman, antara lain mengikuti Indonesia Linux Conference 2007, menjadi trainer Linux, serta mengisi seminar dan workshop di beberapa acara. Tak jarang, ia juga turut serta menjadi tim dalam migrasi perusahaan-perusahaan ke sistem operasi linux.

“Keuntungannya banyak sekali, mendapat teman baru, ilmu yang semakin bertambah, pengalaman, dan juga pekerjaan tentunya. Alhamdulillah, sejak menjadi anggota KPLI, saya banyak mendapat pekerjan yang berkaitan dengan Linux dan open source,” katanya.

Itulah sebabnya, kata Aben, mengapa pengguna Linux harus bergabung dengan KPLI. “Kalau orang sakit, maka harus ke dokter. Kalau motor rusak ya ke bengkal,” katanya berfilosofi. Begitu juga kalau orang ingin belajar Linux, bergabung dengan komunitas ini merupakan pilihan yang tepat. Mendapatkan ilmu secara gratis, banyak teman, dapat pekerjaan lagi.

“Setiap pengguna Linux butuh komunitas bernaung, di mana dia bisa bertanya jika ada kesulitan, memberikan pengalaman jika menemukan sesuatu yang baru,” kata Digit. Selain itu, lanjutnya, mereka bisa memperluas pengetahuan seputar Linux. Banyak hal-hal yang ternyata di luar dugaan tidak muncul di pikiran awan. Karena itu, tambahnya, biasanya hal-hal baru atau ide-ide baru tersebut justru muncul dari teman-teman sesama komunitas.

Sejauh ini, menurut Digit, peran dan kontribusi KPLI tak bisa dinafikan dalam membentuk masyarakat IT yang handal dan professional. Sebagai wadah kegiatan dan sarana untuk mencari pengetahuan dan pengalaman, KPLI bersama instansi pendidikan, lembaga kursus, dan pemerintahan untuk mengadakan seminar, kursus, maupun workshop.

Ajakan dari berbagai pihak, seperti universitas, sekolah, lembaga kursus, maupun instansi pemerintahan untuk mengadakan seminar, training, ataupun workshop membanjiri agenda KPLI. Biasanya dari pihak KPLI sebagai narasumber dan juga pembuat modul. Kegiatan ini, diakui Digit, merupakan peran aktif KPLI untuk
memperkenalkan Linux kepada masyarakat.

Untuk itu, ia berharap, komunitas ini semakin maju, banyak kegiatannya, dan terus berperan aktif dan terjun langsung ke masyarakat secara nyata. “Sehingga ilmu yang dimiliki oleh para aktivis Linux KPLI jakarta dapat ditularkan langsung kepada masyarakat,” katanya. Ia juga berharap, para anggota KPLI bisa mempraktekkan langsung apa yang mereka peroleh di dunia kerja tempat instansi mereka bernaung dan juga bisa mengabdi kepada masyarakat.

Pemerintah, melalui Departemen Riset dan Teknologi, memang senantiasa mendukung setiap kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan maupun inovasi teknologi. Karena itu, Erick berharap, pemerintah menyerukan setiap departemen untuk tidak menggunakan sistem operasi dan software bajakan dan melakukan migrasi ke Linux.

Erick juga meneguhkan komitmen KPLI untuk terus berperan dalam mengembangkan dunia open source di Indonesia. “Saya ingin KPLI menjadi organisasi yang solid dan tangguh di bidangnya,” katanya. Karena itu, ia pun akan disibukkan dengan sederet agenda, seperti gathering dengan para anggota, diskusi dan bertukar ide dan ilmu, serta melakukan sosialisasi ke sekolah, kampus, hingga instansi pemerintah. Begitulah.

Sekretariat Komunitas Pengguna Linux Indonesia (KPLI):

Mailinglist: linuxjak@googlegroups.com

Website: http://jakarta.linux.or.id

Jumat, Agustus 22, 2008

Lelaki dan Romantisme dari Dapur

Lelaki memasak? Ehm… Tak perlu aneh jika Anda baru menyadari kenyataan ini. Para pejantan kini tak sungkan menjadikan memasak atau bercengkerama di dapur sebagai kegemaran mereka. Sebagaimana halnya hobi, kegemaran ini melintasi sekat-sekat jender, profesi, atau budaya.

Bayangkanlah kalau Anda seorang perempuan yang gemar melakukan candle light dinner setiap saat di rumah. Apalagi kalau yang memasak suami. Apa yang Anda rasakan? Tersanjung sekaligus bangga, bukan? Tak usah heran, sebagian lelaki yang biasanya bertugas di luar ranah rumah tangga, kini terbiasa melakukan hal ini.

Kita tak sedang membicarakan soal jender yang kaku, tapi ini semata hobi. Ya, hobi. Sebagaimana kegemaran yang lain, hobi merupakan satu minat yang "lintas batas", melampaui sekat jender, profesi, atau budaya. Ada pilot, penulis, ilmuwan, politikus, pemusik, pekerja profesional, eksekutif muda, baik yang kesohor maupun awam, yang memiliki minat dan kegemaran yang sama, memasak.

Pada awalnya, Fischer Tedjoprawiro berkesempatan melanjutkan pendidikan perhotelan di Swiss. Belakangan ia kesemsem dengan tata boga dan memilih menekuninya secara lebih serius. Kesempatan bekerja di Hyatt International di Amerika Serikat makin menumbuhkan kecintaan pada kuliner di hatinya.

Kepiawaian dalam meracik bumbu-bumbu masak juga dimiliki Rinaldi. Lihat saja usaha sang pilot di maskapai penerbangan domestik ini dalam membuat masakan berkualitas. Kalau tengah menjelajahi daerah-daerah maupun ke luar negeri, ia kerap membawa bahan-bahan atau bumbu masakan.

Bila sedang terbang ke Australia, misalnya, dia selalu memboyong daging steak untuk dimasak di rumah. Sementara untuk menyempurnakan rasa sup kepala ikan ala Manado, dia sengaja mencari lemon cui, jenis jeruk yang hanya dikenal di kawasan timur Indonesia. Itu dia lakukan saat terbang ke Biak. "Lemon cui itu salah satu kunci rahasia bikin sup kepala ikan," kata lelaki yang juga kerap memburu peralatan memasak di luar negeri.

Cerita soal kegemaran bercengkerama di dapur ini juga menimpa politisi muda yang kini menjadi juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Andi Alifian Mallarangeng. Pria kelahiran Makassar, 43 tahun lalu ini, mengaku bisa dan gemar memasak karena desakan situasi. Bayangkan, sejak duduk di bangku sekolah menengah hingga menamatkan pendidikan tingginya ia mesti hidup mandiri, termasuk dalam urusan dapur.

"Saya dulu kos, lalu mengontrak rumah rame-rame dengan teman. Bisa saja sebenarnya kami beli nasi padang atau gudeg, tapi kami harus memasak sendiri untuk menekan biaya," kenangnya. Lantas, ia pun belajar memasak lewat trial and error. Andi berujar, “Saya belajar dari melihat orang memasak. Pokoknya coba bumbu ini-itu dan pokoknya enak."

Ketika melanjutkan studi di Amerika Serikat selama delapan tahun, situasi makin memaksanya untuk tetap dengan kegemaran ini. Saat perut lagi keroncongan, ia harus memasak sendiri sambil belajar, melihat, mencoba, dan membaca menu-menu. Dari situ, ia menguasai beberapa menu, termasuk yang disukainya, yakni tuna salad.

Lantas ada Bondan Winarno, yang dikenal sebagai "pakar masakan". Kolom-kolomnya mengenai makanan di surat kabar yang sempat dipimpinnya, Suara Pembaruan, selalu segar dan menarik. Berbeda dengan yang lain, keahliannya memasak memang didapat dari ibunya sendiri. Seringnya ia membantu sang ibu memasak menumbuhkan benih cintanya pada dunia kuliner.

Kiprah lelaki ”berkarier” di dapur terus berlanjut. Belakangan, makin banyak saja kaum Adam yang meneruskan kegemarannya memasak sebagai profesi yang menjanjikan. Sayuzi, salah satunya. Kemampuannya meracik bumbu-bumbu pilihan mengantarkannya menjadi senior executive chief di sebuah hotel internasional di Jakarta.

Para pemasak ini ternyata punya "spesialisasi" sendiri-sendiri. Bondan membanggakan menu spageti ikan asin. Selain itu, ia masih mengantongi resep sejumlah masakan favorit yang seringkali dimasaknya di rumah. Contohnya, sop buntut, korean barbeque, dan shabu-shabu.

Andi Mallarangeng punya temuan khas pada tuna saladnya. Tuna salad umumnya memakai mayonaise sebagai salah satu bahannya. Namun Andi berpendapat, mayonaise terasa agak "nek". Karena itu, ia menambahkan daun bawang dan tabasco pada tuna saladnya itu. Ingin tahu rasanya? ”Wuah, manteb sudah..." kata pria berkumis lebat ini sembari mengacungkan ibu jari kanannya.

Jangan ditanya citarasa masakan olahan Sayuzi. Pria yang telah berprofesi sebagai koki sejak 1984 ini dikenal sebagai spesialis masakan internasional, seperti fine dining ala Eropa. Bedanya, citarasa yang dihasilkan merupakan paduan rasa Eropa dan Asia. Menu andalannya antara lain ayam bakar pelangi. ”Rasanya lebih dekat ke selera Indonesia. Tapi, orang luar pada suka ini,” kata Sayuzi.

Begitu pula dengan racikan Fischer. Aneka menu makanan dan minuman beraroma luar negeri menjadi menu yang kerap dimasak lelaki yang sempat membuka usaha restoran ini. Makanan khas asal Jamaika, Meksiko, Filipina, sampai Swiss cukup menggoda selera. Beberapa menu yang terhidang, seperti Jamaican grilled chicken steak, chicken mango quesadilla, hingga Zurich Gschnetzeltes diracik secara khusus dengan bumbu yang dibawanya langsung dari Negara asalnya.

Akankah para lelaki ini bakal mengambil alih urusan dapur tatkala sang istri tengah berhalangan? Tampaknya “kudeta” kekuasaan di dapur bukan persoalan yang mesti dibesar-besarkan. Baik Rinaldi, Sayuzi, maupun Andi Mallarangeng mengaku kerap dipuji istrinya karena makanan yang dimasaknya. Amboi...!

BOKS

Anda Puas, Kami Puas

Makin banyak contoh yang memperlihatkan laki-laki memasak. Lihat saja tayangan Allez Cuisine di saluran televisi swasta yang merupakan lomba memasak di antara para koki laki-laki. Ada juga Rudy Choirudin mengajar memasak di televisi. Tak ketinggalan, Bondan Winarno belakangan kembali hadir di layar kaca untuk berbagi resepnya.

Kalau diamati, keterlibatan para lelaki dalam urusan dapur juga dipicu oleh makin banyaknya perempuan bekerja di luar rumah. Selain itu, wajah dapur rumah tangga perkotaan yang kini bersih dan tidak berbau, juga menjadi faktor yang menurut banyak kalangan, membuat laki-laki menjadi gemar mengolah masakan.

Generasi masak-memasak di dunia lelaki juga terus berlanjut. Fischer Tedjoprawiro mengaku, ada kebanggaan sekaligus kepuasan tersendiri bila menu-menu racikannya digemari orang lain. “Apalagi kalau mereka makan begitu lahap sampai menghabisi hidangan yang saya suguhkan,” tutur Banguet Sales Executive Novotel Mangga Dua, Jakarta, ini dengan wajah cerah.

Selasa, Agustus 12, 2008

Night Rafting

Arung jeram di malam hari? Seperti tidak ada kegiatan lain saja. Siang saja sudah bahaya, apalagi malam hari. Begitulah komentar sebagian orang tentang night rafting. Namun, bagi banyak orang, melakukan aktivitas arung jeram di malam hari kini tidaklah menakutkan, bahkan memberikan kesenangan dan kenikmatan tersendiri. Night rafting merupakan aktivitas penuh tantangan yang memberikan pengalaman dan sensasi yang berbeda.

Night rafting biasa dilakukan secara berkelompok, antara 6-7 orang dalam sebuah perahu karet. Dengan lampu penerang di setiap penutup kepala, para peserta menelusuri keremangan sungai yang penuh tantangan. Melewati arus yang deras, bebatuan yang tajam, maupun keganasan alam lainnya merupakan sebuah pekerjaan yang mempertaruhkan keselamatan. Rasa ngeri bersatu dengan kegembiraan yang tiada tara muncul saat melewati jeram berbahaya. Teriakan bersahut-sahutan untuk melepas ketegangan maupun keriangan.

Di air tenang, lepaskan pandangan ke atas. Di malam yang cerah, ribuan bintang tampak gemerlap, bersisian dengan bulan purnama yang bersinar terang. Tebing-tebing sungai yang dibentengi pepohonan bambu dan kayu-kayu besar semakin tampak indah. Sebuah pemandangan yang menakjubkan. Jangan lewatkan pula santap malam bersama serta pesta perayaan api unggun yang penuh kehangatan. Night rafting, siapa takut?

Night Diving

Menyelam di malam hari? Sekilas tampak menyeramkan, karena pandangan lebih mengandalkan sorotan lampu senter (underwater light) yang terbatas. Selebihnya adalah kegelapan yang mengepung kita di bawah laut. Namun, siapa sangka ternyata night diving dapat dilakukan dalam suasana rekreasi yang begitu menyenangkan. Bawah laut juga menampakkan panorama yang berbeda di malam hari. Kita menjelajahi sekaligus melihat dari dekat aktivitas, tingkah laku, maupun kebiasaan fauna yang tak bisa ditemukan di siang hari.

Banyak hal yang bisa didapatkan selain pengalaman baru yang tak kalah seru tentunya. Sambil menikmati pemandangan dan mengungkap rahasia bawah laut yang sebenarnya, kita pun dapat melihat secara lebih dekat dan menjalin keintiman dengan berbagai biota laut. Ada kenikmatan tersendiri bila melihat biota laut dengan segala macam tingkah lakunya yang lucu. Begitu menyembul ke permukaan, ribuan bintang yang terhampar di langit lepas menyambut dengan penuh kehangatan. Alangkah indahnya.

Namun, harap diingat bahwa night diving memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi daripada di siang hari. Untuk itu, cuaca maupun peralatan menyelam maupun keamanan standar harus menjadi prioritas utama. Anda pun dapat melakukannya bersama sekelompok kecil di tempat penyelaman yang pernah Anda lakukan sebelumnya. Jarak penyelaman pun dibatasi tak lebih dari kedalaman 18 meter. Jadi, apakah Anda memiliki cukup keberanian untuk menyelam di malam hari?

Di Antara Kemewahan Berlian

Berlian dan wanita ibarat sekeping mata uang yang tak terpisahkan. Ada pula yang menyebut berlian sebagai sahabat sejati para wanita. Sebagai sahabat, berlian senantiasa mengiringi ke mana pun para wanita bepergian. Kemilau berlian selalu menemani setiap penampilan seorang wanita di mana pun berada. Koleksi barang berharga ini pun menjadi gaya hidup wanita modern.

Kemewahan berlian hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ada yang berukuran sebesar biji jagung yang menghiasi telinga, melingkar indah di jari tengah, berbentuk bros yang tersemat di baju, atau berupa jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan. Berlian juga berbentuk kalung yang menggantung di leher dan membuat busana dan penampilan makin bergaya.

Apa yang menyebabkan seorang tertarik untuk mengoleksi berlian? Jawabannya bisa bermacam-macam. Bisa untuk keperluan penampilan (fashion), investasi, atau sekadar hobi dan kegemaran. Yang pasti, kegemaran mengumpulkan berlian maupun perhiasan mulia ini sangat erat kaitannya dengan selera.

Unsur art dari perhiasan tidak bisa dipisahkan dari karakter si pemakai. Oleh karena itu, perhiasan ibarat pakaian yang menyatu dengan kepribadian. Dibeli karena punya nilai, dan tidak untuk dijual lagi. Semakin klasik sebuah berlian, pasti semakin mahal harganya. Makanya, tidak setiap kolektor berkeinginan untuk menjual lagi berlian yang telah dikoleksinya.

Keunikan dan desain menjadi hal utama dalam memburu berlian kesayangan. Kalaupun harganya mahal, tetapi desainnya biasa-biasa saja, tidak setiap orang mau membelinya. Bagi sebagian wanita, mengoleksi berlian tidak hanya berdasarkan selera dan kesukaan, tetapi harus disesuai dengan karakter pemakainya.

Ada pula yang mengibaratkan berlian seperti jodoh. Mereka tidak membeli atau mencari perhiasan secara khusus, tetapi kalau memang jodoh, berlian pilihan pasti akan didapatkan. Namanya hobi, pembelian barang mulia ini pun kadang berdasarkan suasana hati. Semewah apapun sebuah perhiasan, sang kolektor tak akan membelinya jika sedang tidak mood.

Secara umum, kualitas berlian yang menjadi buruan kolektor ditentukan dengan rumusan 4c, yaitu carat (karat), color (warna), clarity (kejernihan), dan cut (potongan). Untuk investasi, kolektor biasanya memilih berlian dengan karat besar. Warna yang begitu popular adalah warna putih. Sedangkan berlian yang tidak berwarna (colorless, icy white) bernilai paling mahal.

Clarity adalah efek berpendarnya cahaya melalui berlian. Kotoran, ketidakteraturan permukaan, gelembung udara, dan cacat (inclusion) pada berlian dapat menghambat berpendarnya cahaya. Ini akan menurunkan nilai berlian. Sedangkan potongan berlian pada umumnya berbentuk bulat dan terdiri dari 58 facets (muka) untuk dapat merefleksikan cahaya.

Para para kolektor, setiap berlian yang dimilikinya dipastikan memiliki cerita sendiri-sendiri. Kisah itu ibarat sebuah kenangan tak terlupakan, mulai dari proses pencarian, di mana, dan dengan cara apa mereka mendapatkannya. Seperti halnya sifat-sifat seorang sahabat, berlian diyakini memiliki sifat yang abadi. Kemewahannya pun dapat diwariskan dari generasi ke generasi.

Extraordinary Motorsport

Balapan dengan menggunakan motor bermesin besar ternyata tidak hanya dilakukan oleh para pembalap profesional saja. Para pembalap amatir yang datang dari kalangan eksekutif juga gemar melakukan kegiatan ini di lintasan sirkuit. Selain untuk menyalurkan hobi, para pecinta olahraga motorsport ini juga dapat mempererat hubungan persahabatan maupun menambah relasi bisnis.

Ada pemandangan berbeda apabila kita mengunjungi sirkuit Sentul, Bogor pada akhir pekan, khususnya ketika sirkuit ini tidak sedang digunakan untuk kejuaraan balap resmi. Sejumlah eksekutif beradu kecepatan dengan menggunakan motor bermesin besar mereka. Kegiatan ini dikenal dengan sebutan superbike atau motorsport.

Berbeda dengan motorsport yang dilakukan oleh para pembalap profesional, motorsport di antara para eksekutif ini lebih berfungsi sebagai hiburan atau sarana penyaluran hobi saja. Terdapat berbagai kategori dalam motorsport yang sedang tren saat ini berdasarkan jenis dan ukuran mesin motor seperti kelas 250 – 400 cc, 600 cc, serta 750 – 1000 cc. Tidak ada pertaruhan berbahaya yang digunakan untuk mencapai garis finish terlebih dahulu. Kegiatan di antara para eksekutif ini lebih mengutamakan unsur kesenangan daripada kompetisi.

Sebagian besar penggemar motorsport tergabung dalam sebuah komunitas balap motor yang bernama R15 (Racing 15). Nama ini berasal dari nomor pit, yaitu tempat perbaikan kendaraan dalam lintasan sirkuit yang pertama kali mereka gunakan saat berlatih. Anggota komunitas ini datang dari beragam latar belakang, mulai dari pengusaha, pejabat pemerintah, profesional, bahkan mahasiswa, dengan rentang usai antara 20 – 55 tahun.

Berbagai manfaat seperti menghilangkan rasa jenuh, stres dan mempererat hubungan persahabatan serta menambah relasi bisnis dapat dicapai dengan kegiatan motorsport ini seperti Dyan Dilato, pengusaha ekspedisi, yang mengaku banyak mendapatkan rekan bisnis melalui kegiatan ini.

Touring....Touring....Touring...

Motor kini tidak lagi hanya digunakan sebagai alat transportasi. Kendaraan roda dua ini sekarang juga tampil sebagai bagian dari hobi, gaya hidup, dan ajang unjuk gengsi. Dari atas sadel motor, para biker melepas rasa suntuk, memacu kesegaran baru, serta mendapatkan kepuasan diri yang tak ternilai.

Dewasa ini, motor besar atau yang dikenal juga dengan motor gede (moge) merupakan simbol kebanggaan dan kemapanan bagi banyak orang. Aksesoris jaket kulit berwarna hitam dan berhiaskan emblem (lambang, simbol, lencana, atau tanda pengenal), helm setengah wajah, sepatu boots, serta kacamata yang menambah kesan stylish dan gagah adalah ciri khas dari para bikers. Tak heran jika para biker, yang merupakan sebutan bagi para penggemar motor besar, menjadikan motor mereka sebagai salah satu hal yang paling utama dalam kehidupan mereka.

Mengendarai moge diyakini dapat melepaskan rasa jenuh maupun stress dari rutinitas harian. Walaupun melelahkan, namun ada kepuasan tersendiri yang didapatkan dari atas sadel motor besar. Karena itu, touring ke berbagai penjuru negeri, seperti Semarang, Palembang, Yogyakarta, Pontianak, Aceh, hingga Bali, merupakan kegiatan para biker untuk mengisi hari senggang mereka. Setiap ada kesempatan, mereka mengendarai motor besar bersama komunitasnya. Para bikerini tersebar dalam berbagai klub maupun komunitas yang berada di bawah koordinasi organisasi induknya yaitu Ikatan Motor Besar Indonesia (IMBI).

Selain dapat memperoleh suasana baru dan kepuasan dalam melewati berbagai medan, mereka juga dapat membangun networking dengan touring. Bahkan, untuk membangun keakraban di antara mereka, berbagai aktivitas selain touring juga sering digelar, seperti berkumpul di sebuah tempat untuk melakukan bakti sosial, kegiatan amal, hingga membantu masyarakat yang tidak mampu. Aksi sosial ini membuat komunitas ini lebih dekat dengan masyarakat.

Belakangan ini, touring ke negara tetangga atau luar negeri, seperti Brunei Darussalam, Filipina, hingga Amerika Serikat, menjadi tren baru yang diminati para pengendara moge. Petualangan ini menjadi pengalaman hidup yang tidak bisa terlupakan, apalagi dengan rute perjalanan yang dapat ditentukan sendiri maupun kelompoknya. Tak jarang mereka juga membawa keluarga dalam petualangan ini. Hobi tersalurkan, mendapat relasi baru, waktu bersama keluarga pun tersedia. Asyik, bukan?

Kamis, Juli 24, 2008

Meluncur di Atas Papan Selancar

Suatu sore di tepi Danau Sunter, Jakarta Utara. Barny Budiwarman bergegas mengenakan mengenakan rompi pelampung berikut papan ski air di kedua kakinya. Beberapa menit kemudian, pengusaha restoran ini menceburkan diri ke air danau yang hijau. Seutas tali yang terhubung ke speedboat ia genggam. Speedboat mulai melaju dengan kecepatan 30 kilometer per jam. “Wussshhh....“ Tubuhnya pun terseret speedboat dengan posisi tengkurap.

Saat speedboat mempercepat lajunya, ia pelan-pelan mengambil posisi jongkok dan akhirnya berdiri dengan kedua kaki yang menjejak di sebilah papan selancar. Ia lalu meliuk-liuk di atas papan luncurnya, menari-nari di belakang speedboat yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Puas menari-nari, Barny, sapaan akrabnya, mencoba melompati gelombang yang tercipta di belakang speedboat. ”Hup...” Sayang, ia gagal mendarat. Ia pun terhempas ke air hingga tubuhnya tenggelam ditelan air. Dalam hitungan detik, Barny bangkit kembali di atas papan seluncur dengan atraksi-atraksi yang mendebarkan.

Olahraga wakeboarding sejatinya merupakan perpaduan dari ski air, selancar (surfing), skateboard, dan snow board. Permainan ini masih dianggap baru di Indonesia, mesik lahir dan populer di Amerika Serikat, sekitar 15 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, berbagai kalangan mulai meminati permainan yang sarat tantangan dan bisa memacu adrenalin ini.

Di balik gerakan-gerakannya yang mendebarkan, wakeboarding menawarkan sensasi bagi para penggemarnya. Barny yang juga menggemari jet ski, ski air, dan berkuda ini menceritakan, "Momen yang paling menyenangkan adalah saat pertama kali bisa berdiri di atas papan." Untuk bisa berdiri di atas papan memang membutuhkan kemampuan menjaga keseimbangan. Apabila sudah bisa meluncur sambil berdiri, tinggal mencoba gerakan lain yang lebih sulit.

Barny mengaku sedang belajar melakukan putaran 360 derajat. "Saya masih belajar," kata pria bertato ini, jujur. Dulu, kenangnya, ia mesti belajar sedikit demi sedikit karena kebetulan para instrukturnya yang merupakan atlet ski air lokal, juga baru bisa bermain wakeboard. Namun, sekarang sudah ada beberapa instruktur yang bahkan bertaraf internasional.

Untuk bisa bermain wakeboard, para penggemarnya harus mengeluarkan US$ 1.000-an dari kantong guna membeli papan, sepatu, tali, baju pengaman, dan helm, yang bisa dipesan lewat klub olahraga ini, yaitu Gravity Park. Ini belum termasuk uang untuk sekali berlatih yang Rp 400 ribu per latihan selama satu jam. Biaya ini tampaknya sebanding dengan manfaat maupun sensasi yang didapatkan.

Di kalangan para penggemarnya, wakeboarding dianggap pas untuk melepas stres. "Saya sering sekali ke sini kalau sedang penat," ungkap Natasha, seorang manajer di perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan, yang sebagian waktunya habis untuk memelototi grafik pergerakan mata uang. Siang hari ia kerap meluncur ke Sunter, untuk bermain wakeboard, dan setelah itu kembali lagi ke kantor. Tuntutan pekerjaan membuat Tasha sering pulang pukul 04.00 dini hari. Maklum, ia mesti menyesuaikan waktunya dengan jam buka pasar uang di belahan dunia lain, seperti AS, Hong Kong, dan Jepang.

Barny pun demikian. Saat stres mendera, ia biasanya langsung pergi ke Sunter dan meliuk-liuk di atas air. Setelah pikirannya kembali segar, baru ia kembali ke kantor. Bahkan, dulu, sebelum kesibukan kerjanya seperti sekarang, Barny biasa berlatih dua kali sehari, yakni pagi, sebelum ke kantor, sekitar pukul 08.00-09.00, dan selepas siang, pukul 14.00-15.00. "Enak sekali berlatih pagi hari karena airnya masih sangat tenang," katanya, mengenang.

Selain mendatangkan kebahagiaan, di sisi lain, wakeboarding juga kerap menyisakan rasa sakit di sekujur badan. Namanya juga olahraga ekstrim, resikonya pun tergolong ekstrim. Anda harus mempelajari teknik secara benar untuk mengurangi resiko. Bila tidak, tak jarang para pemain wakeboard harus menderita patah tulang, terkilir, hingga gegar otak. Tasha mengaku kakinya sempat terkilir dan memar-memar di permukaan kulitnya. "Saat terbanting di air, rasanya kepala seperti menghantam papan. Sakit juga. Itu sebabnya saya sering membawa Panadol di dalam tas," katanya.

Tasha masih beruntung. Koleganya, Barny bahkan sampai gegar otak akibat terhempas di danau sepanjang 1,2 kilometer itu. "Saya mengalaminya tahun 2002," ungkap Barny, sambil terkekeh. Tom, seorang atlet ski air yang kini menggilai wakeboard, yang juga kolega Barny, patah salah satu tulang rusuknya. Namun, pria berumur 35 tahun ini tak kapok. Beberapa pekan kemudian ia sudah kembali meliuk-liuk di atas wakeboard. Permainan ini memang menantang nyali. "Kalau ragu-ragu biasanya malah cedera," tandas Barny.

Begitulah. Air ibarat terapi yang mujarab untuk segala kelelahan yang dirasakan para pekerja profesional maupun eksekutif dan pemilik perusahaan. Bagi mereka, tak ada tantangan sekaligus pelepas stres yang lebih baik selain air, meski untuk itu mereka harus merogoh kocek dan terancam terhempas yang mengakibatkan terkilir, patah tulang, bahkan gegar otak. "Itulah uniknya olahraga air," ungkap Tasha, ringan. Risiko terhempas malah menjadi daya tarik tersendiri. "Ada risikonya malah jadi seru. Kalau tidak mau berisiko, berarti harus bermain dengan benar," ungkap Barny berfilosofi.

Menurut teori, bermain wakeboard memang jauh lebih mudah bila dibandingkan dengan ski air. Meskipun demikian, tetap diperlukan latihan khusus dan keahlian yang tinggi untuk berkreasi dan mencoba gerakan-gerakan akrobatik yang agak esktrim. Selain menjaga keseimbangan di atas papan dengan ukuran normal 23 x 20 cm, gerakan loncat, berputar, atau bersalto akan membutuhkan waktu lebih dari satu bulan untuk menguasainya.

Adrenalin yang terpacu, permainan penuh atraksi dan acrobat di atas air, serta gerakan-gerakan ekstrim lainnya membuat permainan ini begitu mengasyikkan untuk dicoba dan dipelajari. Silakan mampir di Danau Sunter dan rasakan hempasan papan selancar yang mengasyikkan. Dapatkan pengalaman baru yang penuh sensasi.

Adu Gengsi dan Kepuasan Diri

Motor kini tidak lagi sekadar alat transportasi yang bisa menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Kendaraan roda dua ini sekarang juga tampil sebagai bagian dari hobi, gaya hidup, dan unjuk gengsi. Untuk memenuhi berbagai tujuan itu, motor besar adalah jawaban pasti. Dari atas sadel motor pula, mereka mendapatkan kebanggaan dan kepuasan diri.

Memiliki motor besar atau dikenal juga dengan motor gede (moge) kini juga sebagai simbol kemapanan dan gengsi pribadi. Mengenakan jaket kulit warna hitam berhias emblem dan wing, mengenakan helm setengah wajah serta sepatu boots berkelir gelap bermotif jilatan api - tidak ketinggalan kacamata menghias kepala menambah kesan "macho" pada para penggemarnya.

Mengendarai motor besar kini merupakan hobi dan kegemaran banyak orang. Bahkan, tak jarang para penggemarnya menjadikan motor besar sebagai hal yang utama dalam kehidupan mereka. Andi Julianus Purba, misalnya, yang menganggap hobi motor besar sebagai prioritas ketiga dalam hidupnya. Yang utama adalah pekerjaan, kemudian yang kedua adalah keluarga. "Pekerjaan adalah hidup saya sedangkan motor adalah jiwa saya," kata pria asal Medan, ini.

Peminat motor besar terus berkembang hingga sekarang. Apalagi, kebijakan impor produk otomotif, termasuk roda dua, juga telah dibuka dengan bebas. Merek Harley Davidson, Ducati, Aprilia, Norton, BSA, BMW, Cagiva, serta beberapa “moge” produk Asia, seperti Honda, Suzuki, Yamaha, hingga Kawasaki, juga bisa kita jumpai dengan mudah di Indonesia.

Sebagai gambaran, untuk menunjang gaya hidup ini, Harley Davidson menyediakan sekitar 24 model di tahun 2006. Dari tipe XL883L Sportster yang berharga Rp 192 juta, atau FLHTCUI Ultra Classic Electra Glide yang seharga Rp 408 juta, hingga FLSTFSE2 Fat Boy Screamin Eagle 1.700 cc seharga Rp 537 juta. Sedangkan merchandise resmi yang menjadi standar kelengkapan seperti kacamata, jaket kulit, helm dan sarung tangan dapat dibeli seharga Pp 12 juta.

Para biker, sebutan lain penggemar motor besar, ini tersebar dalam berbagai klub maupun komuniktas, seperti Harley Davidson Club Indonesia (HDCI), Harley Owner’s Group (HOG), Ikatan Sport Harley Davidson (ISHD), Klub maupun komunitas ini di bawah koordinasi organisasi induknya, Ikatan Motor Besar Indonesia (IMBI). Dalam satu komunitas besar bikers ini, semua adalah sahabat dan saudara. Lebih dari itu, pengendara Harley-Davidson diibaratkan sebagai pribadi yang sangat istimewa dan mengagumi nilai persahabatan dan persaudaraan.

Suasana kehidupan perkotaan, karier, dan pekerjaan di kantor yang cenderung mengandalkan fisik dan olah pikir terkadang begitu menguras tenaga. Untuk menyegarkannya kembali, mengendarai motor besar bisa menjadi pelarian untuk menghilang kejenuhan. Walaupun melelahkan, namun jiwa dan perasaan jadi terpuaskan. "Malahan kepuasannya sulit disetarakan dengan hal lain," ujar Andi, menjelaskan.

Touring ke berbagai penjuru negeri merupakan kegiatan para bikers saat mengisi hari-hari senggangnya. Setiap ada libur panjang atau saat cuti agak lama, mereka menggeber motor besarnya bersama komunitasnya. Terkadang mereka juga memboyong keluarga dalam petualangan ini. Hobi tersalurkan, waktu bersama keluarga pun tersedia.

Kesempatan inilah yang juga dialami Agus Hermawan. Touring merupakan agenda rutin setiap kali ia melewati libur panjang. Gunung Bromo, Pontianak, hingga Brunei Darussalam, merupakan sebagian daerah yang pernah menjadi tujuan perjalanannya.

Saat mengikuti touring ke Brunei Darussalam, sepeda motornya dikirim terlebih dahulu ke Pontianak. Dari sana, barulah ia menyusur jalan darat hingga ke perbatasan dan akhirnya ke Brunei Darussalam. “Hampir 2.500 kilometerlah,” kata Agus, yang membonceng anak perempuannya.


Asyiknya mengendarai motor besar mendapat pengukuhan dari berbagai pihak. Vokalis grup band Ungu, Pasha, bahkan mengaku tengah jatuh cinta dengan motor besar. Di tengah kepadatan jadwal pentas, ia berusaha menyempatkan waktu untuk melakukan touring ke luar kota, baik sendirian maupun bersama rekan se-klubnya.

"Sendiri atau bersama-sama, nyemplak di atas motor besar itu asyiknya sama saja. Selain itu, jika jalanan macet aku lebih suka pake motor, akan lebih cepat dan efisien. Pokoknya mengasyikkan deh," ujar pemilik nama lengkap Sigit Purnomo Syamsuddin Said, ini menambahkan.

Kesenangan mengendarai motor besar seringkali diidentikkan dengan prinsip menjalani kehidupan. Ketika seseorang memutuskan untuk mengarungi perjalanan dengan motor, maka ia harus memperhitungkan segala analisa, handling, kondisi motor, serta risiko yang bakal dihadapinya.

Tidak hanya itu, mereka pun harus mengenali karakter motor yang akan ditungganginya. Itu penting agar mengendarainya bisa maksimal dan selamat selama perjalanan. Kapan harus membesut gas, menikung, dan mengoper persneling. Itu semua perlu penjiwaan yang tentu dipadu dengan karakter motornya.

Selain dapat mengisi hari libur dengan touring bersama komunitas penggemar motor besar, mereka juga dapat membangun relasi dan jaringan bisnis baru. Mereka menyadari bahwa hobi ini bisa jadi sarana yang ampuh untuk membangun networking. Bahkan, untuk membangun keakraban antara mereka, berbagai aktivitas selain touring juga sering digelar, seperti berkumpul di sebuah tempat atau melakukan aksi sosial.

Belakangan ini, touring ke negara tetangga atau luar negeri memang menjadi tren baru yang diminati para pengendara motor besar. Alasannya adalah mencari variasi dan tantangan lain. Belum lama ini, Djonnie Rahmat, Presiden Director PT Mabua Harley Davidson, distributor Harley Davidson (HD) di Indonesia mengajak sekitar 15 pemilik HD seri Electra Classic Screaming Eagle 1550 cc melakukan touring ke AS. Menempuh jalur AS bagian timur hingga barat, touring ini menempuh jarak 6.000 kilometer dengan lama perjalanan delapan hari.

Memang, tidak semua pemilik motor besar dapat ikut serta. Peserta touring terbatas untuk mereka yang membeli motor tipe dimaksud dan piawai menunggang motor. “Sebab, di sana semua mengendarai motor besar dengan kecepatan tinggi. Jadi harus benar-benar mahir,” ungkap pria yang punya tiga unit HD di garasi rumahnya ini.

Sebagai bos di perusahaan distributor HD di Indonesia, Djonnie selalu menjadi orang yang paling sibuk menyiapkan berbagai touring di dalam dan luar negeri demi menjaga loyalitas pelanggannya. Maka, ketika touring ke Phuket, Thailand, beberapa waktu lalu, Djonnie pun ikut. Bahkan, katanya, acara yang digelarnya kala itu termasuk yang terbesar, karena melibatkan 100 pengendara motor besar yang ikut serta.

Touring ke luar negeri bersama keluarga merupakan impian para penggemar motor besar. Sambil menunggu kesempatan itu tiba, mereka terus memuaskan diri dengan menjelajahi rute-rute dalam negeri, sambil memperluas jaringan maupun relasi bisnis baru. Jadi, siapa bilang bisnis, hobi, dan keluarga tak bisa berjalan seiring dalam hobi ini?

Kamis, Juli 17, 2008

Bertaruh Nyawa di Kegelapan

Inilah gaya baru para eksekutif muda melepas malam. Jenuh dengan ingar-bingar musik di kafe atau klub, mereka memacu adrenaline dengan olahraga malam yang sarat tantangan. Di arena balap maupun di jeram nan ganas mereka menantang maut.

Sepotong senja yang bising. Enam mobil cebol terlihat adu kecepatan di landasan. Raungan knalpotnya begitu memekakkan telinga, bersahut-sahutan laiknya sebuah kejuaraan resmi. Seakan tak peduli, para pembalap terus menggeber pedal gas habis-habisan. Tak ubahnya tingkah polah para pembalap profesional, mereka pun berlomba memacu mesin tunggangannya menncapai garis finish.

Kian malam, sirkuit Speedy Karting, sebuah arena rental gokart di Hanggar Teras, Pancoran, Jakarta Selatan, itu makin ramai pengunjung. Sejumlah profesional maupun eksekutif muda tampak antusias menyalurkan jiwa balap mereka. Bukan untuk mengukir prestasi, melainkan sebagai sarana olahraga malam yang penuh kejutan.

Di bawah embun malam, mereka adu ketangkasan dalam mengendalikan mobil kate itu. Sebagian di antara mereka bahkan memanfaatkan arena gokart sebagai ajang hiburan. Lihat saja Bambang Nurdiansyah. Tak peduli dengan keremangan, bekas pemain sepakbola nasional ini secara rutin bertandang ke Speedy Karting untuk sekadar menggelontorkan rasa jenuh. “Saya makin stress kalau tidak main,” kata mantan pelatih timnas sepakbola ini.

Berolahraga atau melakukan permainan yang ekstrem dan menantang di malam hari? Kenapa tidak. Bagi kalangan profesional, malam hari tampaknya menjadi pilihan yang tak terelakkan. Memang, olahraga ini bisa dilakukan kapan saja, baik siang atau malam hari.

Selain akhir pekan atau di hari libur, nyaris tak ada waktu bagi para profesional untuk menyalurkan hobi maupun hasrat berkelana mereka. Makanya, sebagian mereka yang kadung jatuh cinta dengan gokart mesti bermain selepas jam kerja. Mereka rela pulang terlambat ke rumah demi mobil mini tersebut.

Dan, Itulah keunikan sekaligus tantangannya. Bagi yang awam, olahraga malam yang menantang, termasuk gokart, tak ubahnya bercanda dengan maut. Dengan penglihatan yang ala kadarnya, mereka memacu gokart dengan kecepatan tinggi. Deru mesin dan asap knalpot para pemain pun membelah jalanan yang hanya dibatasi ban-ban bekas yang terjejer. Hanya lampu-lampu sirkuit sebagai penderang.

Kendati permainan ini tergolong high risk, demam bermain gokart di malam hari telah berubah menjadi kegiatan yang menyenangkan. Tengok saja, sejumlah sirkuit menjamur di ibukota. Selain Speedy Karting, ada Redline Sirkuit di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Di Jakarta bagian Utara, terdapat Gokart Racing di Sirkuit Kelapa Gading. Belum lagi gelanggang balap di pinggiran Jakarta.

Di gelanggang-gelanggang sirkuit inilah sejumlah orang yang gandrung pada kegiatan seru dan mendebarkan bisa memompa adrenaline mereka. A Miauw, operasional manager Speedy Karting menjelaskan, para pengunjung landasan sirkuitnya kebanyakan kaum pekerja, eksekutif, anak muda, hingga pembalap profesional. Makanya, untuk memuaskan hasrat maupun tantangan pengunjung, ia membuka gerai rentalnya hingga pukul 21.00.

Jenuh berkutat di sirkuit mini, para eksekutif menjajal nyali dan keberanian mereka di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat. Mereka pun menjadikannya sebagai menu permainan di malam hari. Roy Djoyorahardjo, produser eksekutif Gitano Produktion, bercerita, dengan gokart kesayangannya, ia biasa melepas katup penat di landasan pacu bersama kolega-koleganya. "Lumayan buat melemaskan otot," kata lelaki yang juga gemar bermain wakeboarding ini.

Urusan hobi dan permainan, khususnya di bidang otomotif, Sirkuit Sentul menyajikan olahraga malam yang lebih beragam. Di samping gokart, sirkuit berskala internasional ini juga menyuguhkan aneka permainan yang tak kalah mendebarkan. Para pembalap profesional maupun penggemar sering menyelenggarakan rally bersama, drag race, atau trek-trekan dengan motorsport maupun motor besar. Ada yang namanya superbike, ada pula yang menyebut motorcross.

Pengalaman Dyan Dilato tampaknya patut disimak. Direktur Utama PT Yahatama Ekspres ini memang sejak lama doyan kebut-kebutan dengan motorsport. Setiap pekan, lelaki berbadan tegap itu mengajak rekan bisnisnya memacu kuda besi di arena sirkuit. Perhelatan adu gas para eksekutif itu tentu berbeda dengan kegiatan para crosser profesional. Kalau pun dilombakan, pasti lebih banyak unsur fun-nya.

Acara kebut-kebutan sekaligus kumpul-kumpul tersebut juga sering dilakukan Dian di malam hari. Bahkan, pertaruhan nyawa itu terasa kian syur jika dilakukan berbarengan dengan event-event khusus. Malam pergantian tahun, misalnya. Para otomania itu kerap berhura-hura dan menanti ufuk tahun baru dengan melakukan trek-trekan.

Ditemani raungan dan deru mesin berkekuatan 750 cc hingga 1.000 cc, malam tutup tahun terasa lebih indah bagi mereka. “Biasanya dari sore hingga larut malam kami balapan di sana,” ujar Dyan, menambahkan. Tak jarang, adu balap tersebut diperlombakan antarsesama eksekutif yang lain. “Ramai dan seru jadinya,” kata eksekutif yang sempat menjuarai beberapa kejuaraan motorcross ini.

“Berhura-hura” dengan nyawa tak cuma urusan otomotif dengan kecepatan yang tinggi. Meliuk-liuk di tengah jeram yang ganas merupakan kegiatan lain yang digemari banyak kalangan, utamanya di malam hari. Bahkan, di antara para eksekutif, berarung jeram di malam hari atau juga dikenal dengan sebutan night rafting, seakan menjadi gengsi dan kebanggaan tersendiri.

Sejak lama Sungai Citarik dijadikan ajang “taruh nyawa” bagi para lelaki. Di siang bolong, mengarungi arus sungai yang liar begitu mendebarkan. Perahu karet bisa terbalik oleh jeram yang ganas. Lolos dari pusaran air, batu-batu cadas pun siap melumat badan. Tak terbayangkan rasanya jika arung jeram dilakukan di malam hari.

Namun, PT Arus Liar, perusahaan yang bergerak di bidang petualangan, termasuk arung jeram, seakan tak mau berkutat dengan ketakutan yang dibuat-buat. Buktinya, sejak empat tahun lalu, night rafting menjadi paket reguler yang ditawarkan pada publik. “Kami ingin memberikan inovasi atau tantangan baru bagi eksekutif yang menyukai petualangan,” kata Amalia Yunita, General Manager PT Arus Liar.

Kendati sarat tantangan dan berisiko tinggi, kegiatan ini mendapat respon positif dari banyak kalangan. Yuni menambahkan, sejak dibuka, paket night rafting tak pernah sepi peminat. Ada yang mengambil untuk merayakan ulang tahun, menjamu relasi, atau menjadi salah satu alternatif hiburan bagi rekan sekantor. Malah, setiap event pergantian tahun, paket ini mendulang hingga ratusan pendaftar.

Kemasan acaranya memang unik. Selain rafting, acara malam diisi dengan hiburan musik, lagu, games, kembang api, api unggun, barbeque, dan door price. Perahu-perahu karet mulai digiring begitu santap malam usai. Demi keamanan, aksesori light stick –sejenis lampu yang sering ditemui di klub malam, menjadi penerang tambahan. Alat ini menempel di setiap perahu dan pelampung.

Lalu, suasana malam dihiasi dengan teriakan dan canda tawa para awak. Suara mereka seakan ingin meredam derasnya arus sungai. Mereka tampak begitu tegang, meringis, memejamkan mata saat wajah tubuh tersembur air, dan tersenyum lega begitu sukses melewati tikungan arus yang ganas. Perahu karet terus bergoyang, meliuk-liuk mengikuti arus. Tak lupa, penumpangnya itu terus mengayuh menjaga keseimbangan perahu.

Kegiatan night rafting ternyata mampu menyuguhkan suasana yang lain. Utamanya bagi eksekutif yang menyukai petualangan. “Saya Benar-benar puas. Seperti mengendarai mobil tanpa rem saja. Beban pikiran yang dibawa dari rumah atau kantor sepertinya hilang.,” ujar Dedi Rinaldi, konsultan properti, yang sempat mengikuti acara ini.

Olahraga yang sekaligus rekreasi ini pun jadi kegemaran banyak orang. Selain mengajak rekan bisnis atau teman sekantor, para eksekutif juga mulai berani memboyong keluarga guna menikmati night rafting. “Kami yakin, suatu saat, night rafting tak cuma jadi tren, tapi juga kebutuhan,” kata Yuni, optimis. Sebuah kebutuhan, memang. Sebab, hidup yang tak teruji, kata Plato, tak layak dijalani.


Menggenjot Hobi dan Gengsi

Kenyamanan, gengsi, plus penyaluran hobi menjadi alasan para penggemarnya untuk tetap bersepeda gunung. Apalagi, kegiatan bersepeda ini memiliki aneka ragam variasi. Jangan heran bila penikmatnya makin bejibun.

Puluhan sepeda gunung berhamburan menuruni area perbukitan Gunung Mas, kawasan Puncak, Jawa Barat, di sebuah pagi yang dingin. Mereka terlihat berhati-hati melewati jalan setapak nan curam. Kendati demikian, wajah ceria, tawa lepas, dan senyum para penunggang kereta angin itu acapkali terlihat sepanjang perjalanan.

Untuk menjaga kehati-hatian, mereka saling berteriak memberi aba-aba dan peringatan. Lengah sedikit, celaka akibatnya. Lihat saja, beberapa peserta terpeleset dan nyaris menubruk pohon. Bukannya sedih, mereka justru terlihat riang. Walhasil, suasana pagi pegunungan pada hari libur itu menjadi milik mereka, yang kebanyakan datang dari Jakarta, Bogor, dan Bandung.

Dari pakaian khusus dan beragam mountain bike (MTB) yang mereka pakai, bisa ditebak kalau mereka bukan sembarang penggemar sepeda gunung. Memang betul, komunitas penggemar MTB saat ini tak hanya didominasi oleh mereka yang menekuninya secara profesional saja. Hobi yang diciptakan sekitar 1976 oleh para clunker atau cruiser di kawasan Marin County, California, ini, juga telah menjangkiti kalangan menengah perkotaan.

Tren ini tentu saja terendus para produsen sepeda, dalam dan luar negeri. Sehingga tak perlu heran jika dalam waktu singkat muncul sepeda-sepeda baru dengan teknologi mutakhir. Beberapa produsen otomotif seperti Audi maupun DaimlerChrysler, pun turut berlomba memasarkan sepeda gunung. Kebanyakan sepeda-sepeda gunung itu dibuat untuk kategori downhill, cross country, dan free ride.

Harganya bervariasi, dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Luar biasanya harga kereta angin tersebut, memang bukan soal bagi para penggemarnya. Buktinya, pihak Audi maupun DaimlerChrysler mengklaim produknya banyak diminati orang.

Memang, faktor kenyamanan, gengsi, plus penyaluran hobi, adalah perpaduan alasan dari mereka yang merasa perlu memiliki sepeda gunung ini. Apalagi, kegiatan bersepeda ini memiliki aneka ragam variasi. Mulai dari cross country yang lebih bersifat lintas alam, downhill atau bersepeda menuruni bukit, dan free ride yang sangat rileks.

Mayoritas penyuka MTB di Indonesia memilih yang pertama dan kedua. Cross country dirasa asyik bagi mereka yang menyukai lintas alam. Sementara downhill diminati karena mampu memacu adrenalin dalam suasana yang spesifik. Sepeda yang meluncur hingga 80 km perjam di turunan yang curam di lereng pegunungan yang berhawa segar, tentu memunculkan sensasi tersendiri bagi para penggemarnya

“Kalau kita bisa melewatinya dengan mulus, wah asyik banget mas,” tutur Meggy, yang kerap menghabiskan waktu liburnya dengan MTB downhill di kawasan Sentul, atau Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat. Karena itu, MTB untuk downhill dirancang khusus, antara lain dengan full supension di bagian depan dan belakang. Kedua, peredam kejut berfungsi menjaga kontrol, kekuatan menahan beban, dan traksinya. Daya travel peredam kejut ini bisa mencapai 7 inci.

Dengan risiko medan yang dijelajahi, sepeda downhill pun dilengkapi dengan piranti rem cakram. Dengan satu chainwheel atau piringan bergerigi yang berada pada chainset (komponen crank), sepeda jenis ini tak bisa dipakai menanjak. Untuk membawanya ke atas bukit harus diangkut dengan mobil. “Kalau di luar negeri, ada fasilitas cable car untuk membawa mobil ke atas,” tambah Meggy.

Jika sepedanya saja sudah khusus, tentu peralatan maupun pelengkap penunggangnya pun tak bisa sembarangan. Mengingat risiko yang lebih ekstrem. Helm full face dan body protector tak boleh ketinggalan. Tertantang untuk mencoba?


BOKS

Mengayuh Sampai Jauh

Menyalurkan hobi, refreshing, sambil membangun relasi. Itulah istilah yang tepat untuk menggambarkan kegiatan pengacara muda Nasrun Kalianda dengan MTB-nya saban akhir pekan. Menjelang Jumat malam, ia sudah mulai mengurangi kesibukan rutinnya. Pria kelahiran Lampung, 25 November 1960, ini, justru sibuk menelpon rekan-rekannya sesama penggemar MTB, untuk mengatur strategi touring bersepeda esok. “Biasanya, sih sekitar Bogor,” ungkapnya.

Kalau sudah bertemu komunitas MTB-nya, Nasrun pun lupa waktu. Bisa seharian ia asyik bersepeda. Mungkin itu pertimbangannya sampai mengajak istri dan kedua anaknya ikut serta. Sambil melepas rasa suntuk, ia bisa bertemu dengan kolega atau klien saat bersepeda. Itulah saat-saat baginya untuk membina relasi. “Meski hanya sekadar tukar pendapat dan membagi pengalaman, atau melakukan kegiatan sosial bersama,” imbuhnya.


Demam Country Melanda Negeri

Musik country tak ada matinya. Tak cuma digemari kaum pinggiran, tapi juga kalangan eksekutif di kota-kota besar. Setiap waktu, komunitas pecinta musi ini berkumpul dan melewati malam sambil berpesta dan berdansa. Asyiknya menikmati musik country sambil ber-line dance.

Country roads, take me home

To the place I belong

West virginia, mountain momma

Take me home, country roads …

Lagu gubahan penyanyi dan pencipta lagu John Denver itu membentur-bentur di setiap sisi ruangan. Kali ini disuarakan ratusan pengunjung yang memadati sebuah studio berbentuk rumah dengan dinding-dinding yang terbuka. Denting piano, dawai gitar, derap para line dancer, dan sorak-sorai kegirangan berpadu dalam satu tarikan napas.

Tak hanya di acara yang disiarkan langsung tv plat merah itu saja lagu berjudul Take Me Home ini terdengar rancak. Setiap kesempatan, tepatnya manakala para penggemar musik balada ini punya gawean, lirik-lirik yang juga diciptakan John itu menggema. Bahkan, lagu ini seakan menjadi lagu wajib bagi pencinta musik country saat mereka menjalani acara ritualnya.

Acara yang menghimpun sejumlah country mania dengan tajuk Country Road di TVRI pun tak kalah hebohnya. Di bawah sorotan lampu warna-warni, pengunjung terlihat menumpahkan segala keriaannya. Dalam satu irama, mereka bernyanyi, berjingkrak-jingkrak, dan bertepuk tangan di bawah komando sang bintang di panggung.

Sekumpulan lelaki, baik tua dan muda, terlihat begitu enerjik. Raut wajah riang terpancar di wajah lusinan orang tersebut. Di badannya tersemat sejumlah aksesoris, lengkap dengan dandanan khas ala koboi. Sepatu boots, kemeja lengan panjang bermotif kotak-kotak atau kemeja ala greyhound western, kemeja hitam berumbai-rumbai, top koboi yang bercaping besar, dan sabuk besar dengan plat logam yang berkilatan saat diterpa cahaya.

Pengunjung perempuan tak mau kalah. Lihat saja, seorang wanita paruh baya langsung memandu rekan sejenis untuk ber-line dance. Dalam hitungan detik, sepatu-sepatu boots mereka menghentak-hentak di lantai. Tentu, dengan goyangan dan gerak badan nan aduhai. Dalam satu gerakan, mereka berdansa sembari memegang topi koboi kebesarannya.

Nuansa yang sama juga didapatkan saat kerumunan pecinta musik ini manggung dalam acara Going Country di Metro TV. Bahkan, boleh dibilang, Rabu malam adalah ajang bagi penggemar lagu-lagu country menumpahkan segala kerinduannya pada musik yang kerap menjadi ilustrasi film-film koboi di era 1960-an tersebut.

Penampilan dan olah vokal Tantowi Yahya yang memandu acara tersebut bagai menghipnotis penonton. Suara yang enak didengar dan aksi panggung yang memukau menjadi hiburan malam tersendiri bagi para penonton. Lihatlah, betapa penonton maupun pemirsa di rumah selalu larut dalam setiap lagu yang ia bawakan.

Riuh rendahnya sambutan publik di tv merupakan bukti bahwa musik asal Irlandia yang kemudian berkembang di negeri Paman Sam itu kian memikat dunia, termasuk Indonesia. Gambaran makin membludaknya penggemar musik ini tak cuma terdapat di layar kaca, tapi juga terlihat dari semakin bermunculannya kafe atau pun resto yang mengusuk aroma country.

Sekadar menyebut contoh, Amigos Café sejak lama mengibarkan dirinya sebagai tempat kongkow para country mania. Hal itu diperkuat dengan pelbagai aksesoris maupun interior kafe yang kental nuansa koboinya. Demikian juga dengan pakaian kebesaran para pelayannya. Malah, setiap akhir pekan, tepatnya malam Sabtu, kafe yang terletak di kawasan Kemang tersebut memiliki hajatan rutin, Country Night.

Sejak awal, Amigos sudah berangkat dengan konsep country. “Sampai sekarang, kafe yang kami kelola tetap setia dengan citra country. Kami optimis, karena pecinta musik country sangat besar,” tutur Fenty, marketing manager outlet Amigos, menjelaskan. Tak heran jika hingga kini Amigos termasuk kafe yang paling fanatik dan berpengalaman mempertahankan image country.

Apa yang tersaji di Amigos Café pada Jumat beberapa pekan lalu merupakan bukti bahwa country kembali menjadi saluran hiburan yang memikat bagi masyarakat perkotaan. Tengok saja, selain disesaki penggemar country ibukota, Amigos juga selalu didatang kalangan ekspatriat asal Amerika yang banyak menetap di daerah Kemang. Mereka berbaur dalam keriaan dan selera musik yang sama.

Bersama sebuah kelompok band pengiring, para country mania mempunyai cara-cara yang unik dalam menghabiskan malam. Dengan dress code dan atmosfer western style, para pengunjung melantai di bawah terpaan cahaya yang datang bertubi-tubi. Ada pula yang memilih berdansa di dekat meja sambil menghunus sebatang rokok dan minuman beralkohol.

Apa sih yang menarik dari musik rakyat ini? “Asyik dan menyenangkan,” kata seorang pengunjung pria Amigos Café yang enggan menyebut namanya. Sepintas memang terlihat mengasyikkan. Bayangkan, dengan baju dan aksesoris ala koboi mereka berjingkrakan seperti tak memiliki beban. Mereka bernyanyi dan berteriak lepas kendati dengan suara ala kadarnya.

“Musik country itu bikin awet muda," ujar Presiden Country Music Club of Indonesia (CMCI) Emir Rasyid, suatu kali, sembari terbahak. Di usianya yang menginjak kepala lima, seorang dokter ini masih sanggup berdansa mengikuti setiap not-not musik merambat. Emir memang tergolong country mania. Ia jatuh hati pada musik ini saja sejak dirinya berusia belasan tahun. Sampai sekarang, kegandrungannya pun masih berlanjut.

Tidak hanya genre musiknya yang membuat Emir ketagihan, tapi juga gimmick tampil beda dari aksentuasi penampilan yang membuatnya tak bisa pindah ke lain hati. "Biar tak jenuh, boleh kan sesekali saya tampil santai dengan baju koboi," kata lelaki paruh baya itu, seraya terkekeh riang.

Line dance sebagai tarian khas musik country ternyata menjadi daya tarik lainnya, utamanya bagi kalangan wanita. Buktinya, keanggotaan CMCI Jawa Timur sebanyak 200 orang, Emir menyebut, 70 persen di antaranya adalah ibu-ibu. Mereka terlihat suka menari line dance diiringi nyanyian musik country dari para penggemar prianya.

CMCI merupakan wadah bagi para pecinta musik country. Lembaga ini terbentuk dari kesamaan minat dan mempunyai visi untuk membuat musik ini lebih mengkilap. Buktinya, lagu-lagu berirama cepat ini tak cuma digemari kaum pinggiran, tapi juga kalangan pengusaha, dokter, hingga musisi sendiri.

Kebangkitan musik country memang tinggal menunggu hari. Mpu Winodo, salah seorang produser Country Road di TVRI, pernah menuturkan, acara yang dikelolanya mampu mendulang rating tinggi. “Komunitas musik country ini kurang tempat apresiasi. Sehingga di acara inilah, mereka menemukan tempatnya," ujarnya.

Fenomena ini tak lepas dari kiprah maupun terobosan yang dikembangkan Tantowi Yahya ketika dengan jerih payah mengusung jenis musik ini hingga memasyarakat. Karenanya, artis dan penyanyi country tersebut dapat disebut sebagai ikon baru setelah era Franky and Jane dan Doel Soembang maupun Iwan Fals. “Sekarang adalah puncak dari masa keemasan ketiga,” kata presenter kondang tersebut, menjelaskan.

Belakangan, style koboi juga mulai mewabah kalangan masyarakat kosmopolitan. Musik yang identik dengan penampilan khas ala dunia rodeo itu lantas banyak disadur dan rujukan tren gaya hidup di Tanah Air belakangan ini. "Dulu cuma lagu saja, tapi sekarang orang sudah tidak risih lagi pakai baju ala koboi. Gaya hidupnya banyak diikuti orang pula," kata Tanto, sapaan kakak Helmi Yahya, ini.

Tak ingin ketinggalan momentum, sejumlah penyanyi mulai merasukkan roh country dalam album-albumnya. Kris Dayanti, dengan album Cahaya-nya, misalnya. Dekorasi, ornamen, aksesori, dan busana khas ala koboi juga seringkali dikenakan para pengelola acara. Lengkap dengan pistol-pistolan yang terselip di pinggang.

Cinta dalam Sepotong Sepur Mini


Kegemaran mengoleksi dan memainkan replika kereta api makin mewabah di masyarakat perkotaan. Konon, kegiatan ini bisa menghilangkan stres, rasa jenuh, serta menambah relasi baru. Karenanya, penggemar hobi ini rela memburu koleksinya hingga ke mancanegara.

Kegandrungan mengumpulkan sekaligus memainkan replika kKaum urban perkotaan kini mempunyai kegemaran baru, yaitu permainan replika kereta api. Salah satu penghobinya, Muchlis Ahmady, pebisnis yang bergerak di bidang golf. Kegemarannya pada permainan ini membuat laki-laki kelahiran Pekanbaru, Riau 23 Agustus 1949, ini seringkali lupa waktu. “Tahu-tahu sudah pagi,” tutur pria yang akrab dipanggil Pak Haji ini sambil tertawa.

Bermain replika kereta api ternyata gampang-gampang susah. Di situlah letak tantangan sekaligus kepuasannya. Gampangnya karena semua peralatan dioperasikan secara digital. Mulai dari remote control, seperangkat komputer dengan program khusus yang dilengkapi adaptor, hingga control unit, booster, interpiece dan memory. Semua peralatan ini dijalankan dengan menggunakan aliran listrik

Yang susah dan memakan waktu lama, adalah saat membuat kontur dan mendesain lay out dengan segala perniknya. Seperti membuat gunung, mengukur luas dan panjang rel, bikin terowongan dan jembatan, dan mengatur sinyal serta jumlah aliran listrik. “Itu yang memakan waktu lama. Bisa tiga sampai empat bulan,” tutur Muchlis.

Hal senada dirasakan Ryan Scorpie, penghobi replika yang lain. Buat pria berusia 29 tahun, ini memasang rel adalah pekerjaan yang paling susah. “Saya harus mengukur berapa derajat dan berapa milimeter pengaturan rel itu,” kata manager di sebuah perusahaan ritel ini. Sebab, kata dia, satu mili saja rel tidak nyambung, lokomotif bisa terbalik.

Untuk hobinya ini, keduanya mengaku sudah mengeluarkan dana hingga ratusan juta rupiah. Maklum, harga kereta cilik ini cukup tinggi. Replika berukuran Z (terkecil dengan skala 1:220) saja dibandrol dengan harga sekitar Rp700 ribu per unitnya. Sedangkan untuk ukuran HO (reguler berskala 1:87) bisa mencapai Rp1,5 juta. Untuk lokomotifnya sendiri berkisar Rp800 ribu sampai Rp5 juta. Belum termasuk rel dan aksesori lainnya.

Untuk lokomotif ukuran terbesar (G,1 Series dengan skala 1:32) dipatok dengan harga Rp7 juta dan Rp9 juta per unitnya, sedangkan gerbongnya dipasarkan dengan harga Rp800 ribu hingga Rp3 juta setiap unitnya. Itu pun berlaku sebelum seluruh harga-harga kebutuhan pokok menanjak berbarengan dengan melonjaknya harga bahan bakar minyak (BBM).

Yang namanya hobi, harga tampaknya tidak menjadi masalah. Buktinya, para penghobi kereta mini ini makin tergila-gila saja. Konon kabarnya, permainan ini bisa meredam stres dan mengusir rasa suntuk. Selain itu, hobi ini tak membosankan. “Kalau ngomong masalah hobi, pasti hubungannya ke stres” kata Yopie berdiplomasi. Bila ada waktu, sepulang kerja pun ia pasti mengutak-atik replikanya.

Bila ada waktu, Muchlis juga kerapkali memainkannya selepas kerja. “Bahkan sampai jam tiga pagi,” tuturnya, sumringah. Tak cukup memainkan replika ini di rumah, ia bahkan menaruh dua set peralatannya di meja kerja. Replika berikut landscape yang masing-masing seukuran meja kerja itu ia mainkan di kala jam kerja maupun waktu istirahat. “Kalau lagi iseng saja,” tutur pria berkacamata ini. Ia pun tergelak. Lepas.


BOKS

Kepuasan Si “Masinis”

Di samping menjadi kegiatan di kala senggang, bermain replika dan menjalankannya di rel buatan juga mendatangkan kepuasan tersendiri bagi para peminatnya. Muchlis Ahmady juga merasakan hal ini. Keberhasilan menjalankan tujuh rangkaian gerbong dan melintasi persimpangan dengan mulus menjadi hiburan yang mengasyikkan.

Sekadar Anda tahu, permainan ini memerlukan keterampilan, kejelian, kesabaran, dan strategi khusus. Bila sudah demikian, mereka layaknya seorang masinis di alam nyata yang mampu mengatur sebuah perjalanan, ketepatan waktu, serta mengontrol laju kereta dengan baik. “Kalau diberi kesempatan, kami juga mampu mengoperasikan kereta api yang sesungguhnya,” tutur lelaki yang telah mengoleksi ratusan replika ini.


Adu Balap, Pacu Nyali

Adu laju motor di Sirkuit kini menjadi kegemaran kaum eksekutif di ibukota. Secara sendiri-sendiri maupun berkelompok, mereka menggeber motosport-nya. Sekadar hobi atau lobi bisnis gaya baru?

Hawa dingin menusuk-nusuk pagi yang sembab. Cahaya sang surya belum sepenuhnya menerangi jagad. Kendati demikian, gerak kehidupan mulai terasa di Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat. Sejumlah orang tampak tengah sibuk mengemas peralatan motorsport. Ada yang tengah memanaskan mesin motor, ada juga yang memasang pakaian pengaman lengkap di badan.

Dalam bilangan detik, mereka telah duduk di sadel motor masing-masing. Dyan Dilato, salah satu peserta, tampak memainkan gas Yamaha R 600-nya. Kini, saatnya memasuki gelanggang sirkuit. Mereka pun menggeber gas sembari memacu kuda besinya. Laiknya sebuah kejuaraan resmi, aaungan knalpot mereka bersahutan. Mengusik pagi yang tenang.

Tak ada kompetisi maupun nomor-nomor yang diperlombakan. Ya, para penggemar motorsport ini balapan sekadar untuk kepuasan diri sendiri. Kegiatan ini menjadi agenda rutin mereka saban akhir pekan. Baik dilakukan perorangan maupun kelompok. Mereka datang dari pelbagai profesi, mulai ari kalangan pengusaha, pengacara, perkebunan, hingga periklanan.

Apakah mereka ingin jadi pembalap profesional? Tidak juga. Selain hobi, banyak manfaat, yang menurut mereka, bisa didulang dari kegiatan menarik sekaligus berbahaya ini. Menarik, karena mereka melakukannya dengan suka cita. Berbahaya, karena membetot gas motor dengan kecepatan 270 km per jam tak hanya seru, tapi juga sama halnya mereka berkencan dengan maut.

Nyatanya, di situlah letak daya tarik sekaligus tantangan motorsport ini. Para penggemar balap ini meyakini ajang ini bisa menggelontorkan rasa suntuk setelah lima hari dikurung di kantor. Bila dibandingkan dengan kegiatan yang mendatangkan keriaan, motorsport bisa menjadi pilihan hiburan alternatif. “Running cost-nya enggak mahal,” kata Dyan, sapaan akrabnya. Harganya pun tergolong variatif, mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 100 juta.

Pengaruh pada kesehatan pun dapat dirasakan, bahkan lebih terasa melebihi olah fisik di gym atau fitness center. Lebih-lebih pada denyut adrenaline yang dipacu kencang. “Bagus buat melatih refleks,” kata lelaki berpenampilan rapi yang juga pengusaha bidang ekspedisi ini.

Sebagai pengusaha, kebut-kebutan juga diyakininya dapat mengasah instink maupun naluri bisnis. Lihat saja. Dari atas sadel motorsport, seorang pengendara tidak hanya dituntut untuk konsentrasi, tapi juga mesti berpandangan jauh ke depan. Layak pebisnis yang mesti bergerak dan mengambil keputusan cepat, begitu pula halnya dengan menunggangi motor balap ini. Jika tidak, nyawa taruhannya.

Di samping merangsang naluri bisnis, para peminat adu balap ini mengaku jaringan bisnis makin luas sejak menekuni hobi ini. Relationship-nya pun makin terbangun. Maklum saja, penggemar dari pelbagai profesi datang dan berkumpul di sana. Nah, bila sudah kumpul, tak ada lagi atribut sebagai direktur utama, jenderal, maupun pengacara kondang yang ditonjolkan. Kebersamaan, hubungan yang cair, dan kesatuan hobi melumerkan segala “topeng-topeng” tersebut.

Tak mudah memang mengendalikan motor ber-cc tinggi, apalagi dengan kecepatan yang juga tinggi. Si pengendara mesti lihai mengendalikan kekuatan mesin dan bobot motor yang besar itu. Jika ia tak mampu menjinakkannya, siap-siaplah orang itu akan dikendalikan mesin berkekuatan puluhan ribu kuda tersebut.

Kemampuan untuk mengendalikan motor tidaklah cukup. Si penunggang mesti bernyali. Sekali lagi, hobi ini kerap menyerempet bahaya. Dyan telah merasakan bagaimana ia digadang-gadang kematian. Makanya, hal utama yang perlu disiapkan adalah pengamanan yang lengkap untuk diri sendiri selain stamina fisik yang trengginas.

Belakangan, untuk memperkuat kebersamaan, penggemar motorsport atau superbike ini membentuk komunitas tersendiri dengan bendera R15. Maklum, kian lama penikmatnya makin bertambah. “Apalagi, kran kebebasan impor motor yang makin terbuka, memudahkan orang untuk mendapatkan motorsport secara resmi,” tutur Dyan, salah satu penggerak R15. Kini, klub ini mampu merekrut hingga sekitar 40 peminat.

Di samping itu, daya tarik motorsport pun mulai dirasakan para penggemar motor gede. Malahan, ada di antara mereka yang rela mengandangkan Harley Davidson-nya dan beralih ke balap motor. “Ngapain ikut touring kalau enggak bisa ngerasain kecepatan tinggi,” begitu alasan yang lazim terdengar.

Kini, mereka memilih untuk memacu motorsport di sirkuit. Kendati demikian, penikmat balapan motor di sirkuit tak hanya didominasi pemilik motorsport. Ada juga kaum profesional yang tetap memakai motor gede-nya untuk balapan di sana. Betul juga. Di jalur bebas hambatan itu mereka bisa merasakan kecepatan melebihi apa yang mereka rasakan dari touring-touring biasa.

Agar hobi ini tidak monoton, dibuatlah permainan bernuansa kompetisi. Mereka membagi arena dan nomor perlombaan dalam beberapa kelompok, berdasarkan jenis dan mesin motor. Dari situ, muncullah beberapa kategori, seperti kelas 250 – 400 cc, 600 cc, dan 750 – 1000 cc. Maka, disulaplah arena Sirkuit Sentul menjadi ajang “trek-trekan” ala eksekutif. Motor-motor senilai puluhan juta rupiah itu berhamburan ke lintasan. Saling pacu. Saling memburu.


Boks

Percikan Rasa Pede

Ingin berat badan Anda turun tanpa ke gym atau diet sekalipun? Cobalah aktivitas yang digemari Dyan Dilato ini. Pengendara Honda CBC 600 cc ini menjelaskan, kegiatan motorsport yang rutin dilakukannya tak hanya memulihkan stamina fisik, tapi juga dapat mengikis lemak di badan. “Kalau mau menurunkan berat badan, coba deh,” tantang pria berusia 41 tahun ini sembari tersenyum.

Hawa panas udara, aspal, dan gelora hasrat untuk membetot gas sekencang mungkin menjadi pelipur baginya untuk tetap setia dengan hobi berbahaya ini. Berulang kali ia merasakan jiwanya terbang saat ia menginjak rem secara mendadak di tengah laju motor secepat kilat. “G force-nya itu lo yang bikin kita merasakan hidup baru,” tutur penggemar motorsport sejak tujuh tahun silam ini.

Baginya, mengendarai motor balap tak hanya mendatangkan kesehatan fisik, tapi juga kepercayaan diri yang tinggi. Lelaki berpostur 167 cm/ 64 kg ini mengaku terlatih untuk berpikir dan menghasilkan keputusan yang cepat. Networking-nya di dunia bisnis pun kian luas. Lebih dari itu, ia juga mengaku mampu menjalin kedekatan pada Tuhan karena seringnya ia mengingat kematian.