Country roads, take me home
To the place I belong
West virginia, mountain momma
Take me home, country roads …
Lagu gubahan penyanyi dan pencipta lagu John Denver itu membentur-bentur di setiap sisi ruangan. Kali ini disuarakan ratusan pengunjung yang memadati sebuah studio berbentuk rumah dengan dinding-dinding yang terbuka. Denting piano, dawai gitar, derap para line dancer, dan sorak-sorai kegirangan berpadu dalam satu tarikan napas.
Tak hanya di acara yang disiarkan langsung tv plat merah itu saja lagu berjudul Take Me Home ini terdengar rancak. Setiap kesempatan, tepatnya manakala para penggemar musik balada ini punya gawean, lirik-lirik yang juga diciptakan John itu menggema. Bahkan, lagu ini seakan menjadi lagu wajib bagi pencinta musik country saat mereka menjalani acara ritualnya.
Acara yang menghimpun sejumlah country mania dengan tajuk Country Road di TVRI pun tak kalah hebohnya. Di bawah sorotan lampu warna-warni, pengunjung terlihat menumpahkan segala keriaannya. Dalam satu irama, mereka bernyanyi, berjingkrak-jingkrak, dan bertepuk tangan di bawah komando sang bintang di panggung.
Sekumpulan lelaki, baik tua dan muda, terlihat begitu enerjik. Raut wajah riang terpancar di wajah lusinan orang tersebut. Di badannya tersemat sejumlah aksesoris, lengkap dengan dandanan khas ala koboi. Sepatu boots, kemeja lengan panjang bermotif kotak-kotak atau kemeja ala greyhound western, kemeja hitam berumbai-rumbai, top koboi yang bercaping besar, dan sabuk besar dengan plat logam yang berkilatan saat diterpa cahaya.
Pengunjung perempuan tak mau kalah. Lihat saja, seorang wanita paruh baya langsung memandu rekan sejenis untuk ber-line dance. Dalam hitungan detik, sepatu-sepatu boots mereka menghentak-hentak di lantai. Tentu, dengan goyangan dan gerak badan nan aduhai. Dalam satu gerakan, mereka berdansa sembari memegang topi koboi kebesarannya.
Nuansa yang sama juga didapatkan saat kerumunan pecinta musik ini manggung dalam acara Going Country di Metro TV. Bahkan, boleh dibilang, Rabu malam adalah ajang bagi penggemar lagu-lagu country menumpahkan segala kerinduannya pada musik yang kerap menjadi ilustrasi film-film koboi di era 1960-an tersebut.
Penampilan dan olah vokal Tantowi Yahya yang memandu acara tersebut bagai menghipnotis penonton. Suara yang enak didengar dan aksi panggung yang memukau menjadi hiburan malam tersendiri bagi para penonton. Lihatlah, betapa penonton maupun pemirsa di rumah selalu larut dalam setiap lagu yang ia bawakan.
Riuh rendahnya sambutan publik di tv merupakan bukti bahwa musik asal Irlandia yang kemudian berkembang di negeri Paman Sam itu kian memikat dunia, termasuk Indonesia. Gambaran makin membludaknya penggemar musik ini tak cuma terdapat di layar kaca, tapi juga terlihat dari semakin bermunculannya kafe atau pun resto yang mengusuk aroma country.
Sekadar menyebut contoh, Amigos Café sejak lama mengibarkan dirinya sebagai tempat kongkow para country mania. Hal itu diperkuat dengan pelbagai aksesoris maupun interior kafe yang kental nuansa koboinya. Demikian juga dengan pakaian kebesaran para pelayannya. Malah, setiap akhir pekan, tepatnya malam Sabtu, kafe yang terletak di kawasan Kemang tersebut memiliki hajatan rutin, Country Night.
Sejak awal, Amigos sudah berangkat dengan konsep country. “Sampai sekarang, kafe yang kami kelola tetap setia dengan citra country. Kami optimis, karena pecinta musik country sangat besar,” tutur Fenty, marketing manager outlet Amigos, menjelaskan. Tak heran jika hingga kini Amigos termasuk kafe yang paling fanatik dan berpengalaman mempertahankan image country.
Apa yang tersaji di Amigos Café pada Jumat beberapa pekan lalu merupakan bukti bahwa country kembali menjadi saluran hiburan yang memikat bagi masyarakat perkotaan. Tengok saja, selain disesaki penggemar country ibukota, Amigos juga selalu didatang kalangan ekspatriat asal Amerika yang banyak menetap di daerah Kemang. Mereka berbaur dalam keriaan dan selera musik yang sama.
Bersama sebuah kelompok band pengiring, para country mania mempunyai cara-cara yang unik dalam menghabiskan malam. Dengan dress code dan atmosfer western style, para pengunjung melantai di bawah terpaan cahaya yang datang bertubi-tubi. Ada pula yang memilih berdansa di dekat meja sambil menghunus sebatang rokok dan minuman beralkohol.
Apa sih yang menarik dari musik rakyat ini? “Asyik dan menyenangkan,” kata seorang pengunjung pria Amigos Café yang enggan menyebut namanya. Sepintas memang terlihat mengasyikkan. Bayangkan, dengan baju dan aksesoris ala koboi mereka berjingkrakan seperti tak memiliki beban. Mereka bernyanyi dan berteriak lepas kendati dengan suara ala kadarnya.
“Musik country itu bikin awet muda," ujar Presiden Country Music Club of Indonesia (CMCI) Emir Rasyid, suatu kali, sembari terbahak. Di usianya yang menginjak kepala lima, seorang dokter ini masih sanggup berdansa mengikuti setiap not-not musik merambat. Emir memang tergolong country mania. Ia jatuh hati pada musik ini saja sejak dirinya berusia belasan tahun. Sampai sekarang, kegandrungannya pun masih berlanjut.
Tidak hanya genre musiknya yang membuat Emir ketagihan, tapi juga gimmick tampil beda dari aksentuasi penampilan yang membuatnya tak bisa pindah ke lain hati. "Biar tak jenuh, boleh kan sesekali saya tampil santai dengan baju koboi," kata lelaki paruh baya itu, seraya terkekeh riang.
Line dance sebagai tarian khas musik country ternyata menjadi daya tarik lainnya, utamanya bagi kalangan wanita. Buktinya, keanggotaan CMCI Jawa Timur sebanyak 200 orang, Emir menyebut, 70 persen di antaranya adalah ibu-ibu. Mereka terlihat suka menari line dance diiringi nyanyian musik country dari para penggemar prianya.
CMCI merupakan wadah bagi para pecinta musik country. Lembaga ini terbentuk dari kesamaan minat dan mempunyai visi untuk membuat musik ini lebih mengkilap. Buktinya, lagu-lagu berirama cepat ini tak cuma digemari kaum pinggiran, tapi juga kalangan pengusaha, dokter, hingga musisi sendiri.
Kebangkitan musik country memang tinggal menunggu hari. Mpu Winodo, salah seorang produser Country Road di TVRI, pernah menuturkan, acara yang dikelolanya mampu mendulang rating tinggi. “Komunitas musik country ini kurang tempat apresiasi. Sehingga di acara inilah, mereka menemukan tempatnya," ujarnya.
Fenomena ini tak lepas dari kiprah maupun terobosan yang dikembangkan Tantowi Yahya ketika dengan jerih payah mengusung jenis musik ini hingga memasyarakat. Karenanya, artis dan penyanyi country tersebut dapat disebut sebagai ikon baru setelah era Franky and Jane dan Doel Soembang maupun Iwan Fals. “Sekarang adalah puncak dari masa keemasan ketiga,” kata presenter kondang tersebut, menjelaskan.
Belakangan, style koboi juga mulai mewabah kalangan masyarakat kosmopolitan. Musik yang identik dengan penampilan khas ala dunia rodeo itu lantas banyak disadur dan rujukan tren gaya hidup di Tanah Air belakangan ini. "Dulu cuma lagu saja, tapi sekarang orang sudah tidak risih lagi pakai baju ala koboi. Gaya hidupnya banyak diikuti orang pula," kata Tanto, sapaan kakak Helmi Yahya, ini.
Tak ingin ketinggalan momentum, sejumlah penyanyi mulai merasukkan roh country dalam album-albumnya. Kris Dayanti, dengan album Cahaya-nya, misalnya. Dekorasi, ornamen, aksesori, dan busana khas ala koboi juga seringkali dikenakan para pengelola acara. Lengkap dengan pistol-pistolan yang terselip di pinggang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar