Perancang busana kelahiran Dumai, Riau, 19 Desember 1972 ini memang tak lama mengikuti sekolah fashion design. Tetapi bakat, perjuangan, dan kemauan kerasnya telah mengantarkannya sebagai desainer papan atas di Tanah Air. Sederet artis ternama, tokoh terkemuka, hingga pejabat negara menjadi pelanggan setia karya-karyanya. Baju-baju pestanya yang feminim, seksi, dan glamor juga disukai para wanita.
Selain mengandalkan pendapatan dari hasil rancangan, desainer yang berkiprah sejak 1998 ini juga melayani pembuatan seragam berbagai instansi, termasuk militer. Terkadang, Kay, sapaan akrabnya, menjadi konsultan fashion dan penampilan sebuah instansi maupun perorangan. Rancangannya pun pernah ditayangkan dalam acara Style with Elsa Klensch di CNN dan pada Channel 10 TV News, Australia, pada 2000 silam.
Sebuah terobosan besar ia lakukan saat memutuskan mengikuti Hongkong Fashion Week pada 2002 lalu. Keikutsertaan dalam pameran niaga ini merupakan bagian dari upaya memperbesar pasar produknya yang menawarkan pakaian malam. Selain itu, perancang busana yang juga sempat mengikuti Bali Fashion Week 2002 ini menginginkan sebuah tantangan baru dengan menjajaki pasar luar negeri.
Dalam usia kariernya sebagai desainer, Sarjana Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, ini telah menorehkan prestasi yang mengesankan. Di antara pencapaiannya yang membanggakan adalah peragaan busana di atas pesawat, merancang pakaian dinas harian perwira tinggi kepolisian RI, dan menjadi konsultan penampilan hingga merancang busana untuk penyiar acara stasiun televisi SCTV.
Karya-karya peraih penghargaan The Most Powerful Woman in Indonesia 2002 versi Mark Plus dan Majalah Swa, ini memang cenderung modern, glamour, dan super feminim. Rancangannya banyak bermain dengan cutting yang menonjolkan kesempurnaan seorang perempuan. “Kekuatan saya memang di cutting,” katanya, berterus terang. Di samping bermain dengan potongan-potongan yang tak lazim dan pola yang rumit, ia juga berani melakukan eksperimen warna.
Dari berbagai show yang diikutinya, peragaan busana tunggal bertajuk “Secret of Eve” yang digelar pada Agustus 2004 lalu merupakan pagelaran paling berkesan sepanjang kariernya. “Itu show tunggal pertama saya. Jadi saya excited banget. Bisa dibilang show tersebut mencoba membicarakan karakter atau kepribadian perempuan saat itu," ujar salah satu Desainer Favorit 2005 versi Majalah Dewi ini. Ia pun tak menyangka show itu akan berdampak besar pada perjalanan kariernya.
Kini, hari-harinya tetap disibukkan dengan melayani permintaan pembuatan seragam berbagai perusahaan. Ia terbuka untuk menerima berbagai permintaan dari kalangan manapun. "Saya tetap harus memuaskan mereka," katanya. Selain melayani permintaan dari berbagai pihak, perempuan yang gemar menulis cerita fiksi ini juga tetap menggarap rancangan berlabel namanya. Selain busana, ia pun mulai melayani permintaan dalam merancang aksesori untuk kebutuhan interior rumah.
Masuknya brand-brand busana terkenal dari luar negeri, diakui Kanaya, menjadi tantangan sekaligus pemacu baginya untuk terus menggali kreativitas. Ia menyadari, merek-merek tersebut sedikit banyak turut mempengaruhi gayanya dalam merancang busana. Pemilik House of Kanaya Tabitha ini berkata, “Dunia fashion memang kadang naik, kadang turun. Itu tak masalah. Yang penting, saya tetap berkarya dengan sepenuh hati, makin kreatif, dan konsisten pada gaya dan karakter rancangan saya”.
Tak hanya berharap agar karya-karyanya diminati masyarakat, ia juga merasa turut bertanggung jawab agar hasil rancangannya menjadi barometer. Lebih dari itu, ia merasa terpanggil untuk memberikan edukasi pada publik tentang busana-busana bermutu. “Di balik karya-karya yang saya ciptakan, saya ingin memberikan pelajaran pada masyarakat agar mengerti penampilan, bagaimana memilih bahan yang cocok untuk Indonesia,” tutur bintang iklan produk deodoran, handphone, dan pelangsing tubuh ini.
Seperti umumnya pekerja keras, tidak ada kata puas dalam diri Kanaya. Berbagai rencana dan terobosan bisnis telah ia rancang. Desainer yang berencana mengadakan kembali peragaan busana tunggalnya di tahun 2007 ini juga berharap agar desainer-desainer Indonesia bisa menunjukkan kemampuannya di kancah global. Apalagi, menurut ibu satu anak ini, dari segi artistik, rancangan busana karya para desainer di Indonesia masih lebih bagus dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara. Sebuah harapan yang tidak terlalu mengada-ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar