Jumat, Juli 18, 2008

Investasi Bagi Pendidikan Buah Hati Anda

Sebagai orang tua yang bijak, Anda tentu mempersiapkan segala sesuatunya untuk buah hati Anda. Sejak si buah hati masih dalam kandungan Anda sudah mulai mempersiapkan nama, baju bayi, kamar tidur dan berbagai keperluan lainnya untuk si kecil. Namun, kebanyakan orang tua seringkali hanya membuat rencana jangka pendek bagi anak-anak mereka. Biaya pendidikan, misalnya. Tidak sedikit di antara kita yang menemukan orang tua yang mendadak pusing tujuh keliling ketika anak mereka akan masuk sekolah. Biasanya kebingungan ini terjadi ketika tahun depan atau bahkan bulan depan anak mereka akan masuk sekolah.

Perencanaan yang dilaksanakan dengan tenggat waktu satu bulan atau satu tahun ke depan merupakan periode yang dapat dikategorikan sebagai investasi dalam jangka yang sangat pendek. Dalam dunia investasi, hampir tidak ada yang bisa dilakukan dalam jangka waktu yang sesingkat itu untuk memperoleh dana yang cukup selain dengan cara klasik, yaitu menjual aset atau meminjam.

Yang menjadi pokok persoalan sekarang, apakah menyekolahkan anak selalu berarti bahwa Anda harus kehilangan aset yang telah Anda kumpulkan bertahun-tahun lamanya dalam sekejap atau terpaksa meminjam untuk kebutuhan jangka pendek? Tentu saja tidak. Investasi adalah jawaban atas kebutuhan pendidikan anak Anda. Melalui investasi Anda bisa menyekolahkan anak dengan lancer. Anda pun dapat mempertahankan aset Anda tetap pada tempatnya.

Banyak orang yang beranggapan bahwa investasi identik dengan modal besar. Hal ini disebabkan karena investasi seringkali diartikan dengan mengeluarkan banyak uang seperti halnya membeli rumah, tanah, emas, dan lain-lain. Apakah investasi selalu identik dengan kebutuhan modal yang besar? Sebenarnya tidak juga, karena Anda bisa saja berinvestasi pada instrumen yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan nilai aset berupa rumah atau tanah dengan modal yang jauh lebih kecil.

Salah satu instrumen yang dimaksud tersebut adalah Reksadana. Mendengar kata Reksadana, mungkin Anda akan mengatakan, “Ah, reksadana? Ini, kan instrumen investasi yang beresiko? Bagaimana mungkin saya akan menyimpan uang untuk keperluan sekolah anak saya pada instrumen yang beresiko?” Memang investasi selalu beriringan dengan resiko. Namun, sebenarnya resiko yang ada dalam investasi Anda bisa dikelola dengan mengalokasikan dana Anda pada instrumen yang tepat pada saat yang tepat pula.

Katakanlah sekarang kita akan menyusun sebuah rencana investasi biaya kuliah bagi anak Anda yang saat ini kita asumsikan baru saja lahir dan akan masuk ke perguruan tinggi pada usia 18 tahun. Sejak bayi Anda baru lahir hingga ia berusia 5 tahun (berarti Anda memiliki masa investasi selama 15-18 tahun kedepan), merupakan waktu yang tepat untuk memacu kencang kendaraan investasi Anda. Pada masa-masa ini Anda bisa mengalokasikan dana pada instrumen yang memiliki tingkat pengembalian (return) yang tinggi dan tentunya memiliki tingkat resiko yang tinggi pula.

Pada saat ini Anda bisa mengalokasikan 80% dana investasi Anda pada instrumen Reksadana Saham, 10% pada Reksadana Obligasi, dan 10% lagi bisa Anda simpan dalam bentuk Reksadana Pasar Uang. Mengapa komposisi Reksadana Saham menjadi dominan pada tahap ini? Dengan asumsi pertumbuhan yang mencapai 20%-30% per tahun, instrumen ini sangat cocok sebagai sarana pembentuk pondasi awal dana pendidikan anak Anda.

Setelah anak Anda memasuki usia 6-12 tahun (berarti anda memiliki waktu investasi selama 6-12 tahun), maka ini adalah saat yang tepat bagi anda untuk mengerem sedikit laju kendaraan investasi Anda. Dengan demikian, Anda harus mulai memperbesar porsi obligasi dalam instrumen investasi dengan komposisi Reksadana Saham sebesar 70%, 20% pada Reksadana Obligasi, dan 10% pada Reksadana Pasar Uang.

Tahap berikutnya adalah tahap menjelang final. Saat anak Anda memasuki usia 13 tahun hingga 17 tahun, berarti Anda masih memiliki waktu investasi selama 1-5 tahun. Pada tahap ini laju kendaraan investasi Anda harus lebih diperlambat karena pada tahap-tahap seperti ini resiko akan menjadi sesuatu yang fatal bagi rencana secara keseluruhan.

Lalu, apa strategi yang tepat dalam tahap ini? Perbesarlah komposisi Reksadana Obligasi dan Reksadana Pasar Uang Anda, dengan komposisi 20% alokasi dana pada Reksadana Saham, 60% pada Reksadana Obligasi, dan 20% pada Reksadana Pasar Uang.

Sekarang, mari kita lihat apa yang akan terjadi di masa mendatang. Asumsikan bahwa anak Anda akan masuk perguruan tinggi yang ia idamkan bulan depan. Apa yang akan Anda lakukan terhadap portfolio investasi pendidikannya? Dalam tahap ini, alokasikan semua dana yang dibutuhkan untuk pendidikannya selama satu tahun ke dalam Reksadana Pasar Uang. Sisanya bisa Anda alokasikan 100% pada Reksadana Obligasi. Anda dapat melakukan hal yang sama pada tahun-tahun berikutnya.

Setelah kita berpanjang lebar membahas mengenai strategi investasi, sekarang kita coba melakukan simulasi untuk melihat bagaimana strategi tadi bekerja. Asumsikanlah bahwa Anda akan menyekolahkan anak ke perguruan tinggi hingga tamat selama lima tahun, sebagai berikut:

  • Uang Masuk + SPP 1 tahun = Rp 40 juta
  • Biaya hidup perbulan (kos, transport, buku, fotokopi, dan lainnya) = Rp 1 juta
  • SPP per tahun (setelah tahun pertama) = Rp 3 juta

Asumsi lama pendidikan sekitar lima 5 tahun. Dengan demikian maka kebutuhan selama lima tahun adalah:

  • Uang Masuk + SPP 1 tahun = Rp 40 juta
  • SPP @ 3 juta x 4 tahun = Rp 12 juta
  • Biaya hidup = 1 juta per bulan x 12 juta per tahun x 5 tahun = Rp 60 juta

Total biaya pendidikan selama lima tahun = Rp 40 juta + Rp 12 Juta + Rp 60 juta = Rp 112 juta

Dengan asumsi inflasi per tahun 10 %, maka total biaya yang akan Anda butuhkan untuk menyekolahkan anak Anda ke perguruan tinggi dalam 18 tahun ke depan akan kira-kira akan sama dengan Rp 623 juta Anda tentu kaget. Coba bandingkan, uang jajan harian seorang anak SD tahun 80-an yang hanya Rp 100 per hari, dengan uang jajan anak SD saat ini yang Rp 5 ribu per hari, yang naik hingga 50 kali lipat. Begitulah inflasi memiskinkan kita.

Sekarang kita evaluasi satu persatu instrumen yang akan kita masukkan dalam portfolio dana pendidikan anak Anda. Instrumen pertama adalah Reksadana Saham. Meski ada Reksadana Saham yang pada tahun lalu mampu memberikan return lebih dari 80% per tahun, namun instrumen ini memiliki tingkat resiko yang tinggi pula. Oleh karena itu, ada baiknya Anda bersikap lebih realistis untuk menghitung return dari instrumen ini. Kita hanya akan mengasumsikan bahwa return dari reksadana saham akan sama dengan 20% per tahunnya (ingat faktor koreksi resiko yang harus diperhatikan).

Instrumen kedua yang kita masukkan dalam portfolio dana pendidikan anak adalah Obligasi. Secara statistik instrumen ini memiliki tingkat return sebesar 14 % pertahun. Sedangkan instrumen terakhir adalah Reksadana Pasar Uang yang secara statistik memiliki tingkat return sebesar 7% per tahun. Karena tingkat return dari portfolio adalah rata-rata tertimbang dari semua instrumen yang membentuknya, maka dapat dihitung perkiraan return dari portfolio Anda dari tahun ketahun.

Untuk tahun pertama hingga tahun kelima, secara statistik Anda akan memperoleh tingkat return sebesar 18.1% pertahun. Untuk tahun keenam hingga ke-12 portfolio Anda akan memiliki tingkat return sebesar 17.6% per tahun. Sedangkan untuk tahun ke-13 hingga ke-18 portfolio Anda akan memiliki tingkat return sebesar 14% per tahun.

Dengan komposisi return seperti ini, maka ketika buah hati Anda lahir, Anda harus segera menyisihkan dana sebesar Rp 33 juta rupiah untuk berinvestasi guna menunjang dana pendidikannya 18 tahun yang akan datang. Dengan demikian, masa depan pendidikan buah hati Anda pun terjamin.

Tidak ada komentar: