Senyumnya bertebaran tiada henti. Pelataran wajahnya senantiasa segar dan merona. Aura kecantikannya makin kuat dengan polesan kosmetik, pemerah pipi, dan lipstik di bibir. Satu dua penumpang berusaha menarik perhatiannya dengan bertanya atau sekadar berbalas senyum dengannya. Begitu lincahnya ia menyambangi kursi demi kursi yang terisi penumpang.
Di darat yang bising maupun di atas ketinggian ribuan kaki yang tenang, pesona Mayang tetap berpendaran. Padahal, nyaris enam hari dalam sepekan ia habiskan waktunya untuk melayani dan melayani. Terbang ke sana-ke mari menuruti si burung besi berkelana. Toh, gurat letih di wajah masih bisa ia sembunyikan. “Capek juga sih. Namanya juga kerjaan. Apalagi jika penumpang marah-marah, karena penerbangan di-delay,” katanya setengah meleguh.
Namun, kesempatan untuk jalan-jalan sambil menjelajahi negeri impian membuyarkan selaksa sesal maupun penat di raganya. “Tetap ada enaknya juga. Misalnya kalau kita terbang ke daerah yang belum kita datangi sebelumnya, ada kesempatan untuk jalan-jalan, atau belanja barang kesukaan,” tutur perempuan berusia 19 tahun ini.
Pengakuan Mayang diamini dua rekan seprofesinya, Mona dan Fiany. “Dukanya kalau penumpang marah-marah. Padahal kita juga sama-sama capek kerja. Kalau delay, kerjaan kita malah nambah
Keduanya pun mengaku tetap merasakan keriaan di tengah umpatan kesal para penumpang. “Kita tak harus kerja kayak orang kantoran, bisa jalan-jalan,” ucap Mona lagi. Malahan, Fiany melanjutkan, rasa sesal maupun lelah itu hanya bagian kecil dari kegembiraan yang bisa mereka dapatkan. “Capeknya itu hanya10%, senangnya 90%,” kata perempuan berambut sebahu ini.
Suka atau tidak, urusan kebugaran menjadi hal utama dalam bekerja. Apalagi bagi mereka yang menjadi ujung tombak industri pelayanan dan jasa seperti pramugari. Mereka pun dituntut tetap cantik, menarik, wangi, dan menyegarkan sepanjang waktu. Enyahkan dulu perasaan yang moody, persoalan hidup yang menghimpit, maupun segala bentuk kondisi yang bisa membuat mereka terlihat sendu dan bermuram durja.
Untuk menjaga agar teap sehat dan segar, Mona membiasakan diri mengonsumsi suplemen dan vitamin. Tak lupa, gadis berwajah cantik ini meluangkan waktu berolah tubuh seperti berenang. “Dorong-dorong troli atau tas juga bisa jadi olahraga lho!,” kata Fiany dengan tawa terbahak.
Begitu pula dengan Mayang. Olah fisik di gym, lari pagi, atau berenang menjadi kegiatan rutinnya di waktu lowong. Ia pun begitu memedulikan kesegaran dan kehalusan kulitnya dengan mengonsumsi vitamin khusus untuk kulit. Selebihnya, mereka biasa menghabiskan waktu libur dengan beristirahat di rumah.
DARI SALON HINGGA KLUB: Kendati memiliki waktu yang singkat di darat, bukan berarti mereka tak sepenuh memiliki kebebasan waktu untuk memanjakan diri.
Mereka biasa melepaskan rasa jenuh dengan berdansa mengikuti hentakan irama di club. Namun, semuanya tetap terkendali. “Aku memang suka clubbing. Tapi, aku enggak suka dengan asap rokok maupun minuman beralkohol,” kata Mayang, terus terang, “tanpa alkohol, aku tetap bisa enjoy kok.”
Jika alkohol saja masih bisa mereka kendalikan, apalagi dengan narkoba. Memang ada di antara teman-teman seprofesi mereka di maskapai penerbangan lain yang mencoba atau bahkan telah memiliki ketergantungan dengan narkoba.
“Enggak mungkin narkoba bikin kita sehat. Bahkan banyak efek buruknya,” kata Mona. “Kalau sampai ketergantungan, gila aja. Itu sama aja dengan merusak badan sendiri,” kata Fiany menimpali. Ia menambahkan, perusahaan maskapai tempatnya bekerja memang tergolong ketat dalam memeriksakan kesehatan setiap karyawannya. Setidaknya setahun sekali diadakan medical check up bagi seluruh karyawan tanpa terkecuali.
Manajemen Lion Air tampaknya memang cukup ketat dalam mengawasi kondisi kesehatan para krunya. “Aku selama ini belum pernah mengeluarkan karyawannya gara-gara terlibat narkoba. Tapi, kalau maskapai lain sering banget soal itu,” kata Fiany lagi. Mereka harus berpikir seribu kali untuk sekadar mencicipi barang nista ini. Termasuk Anda, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar