Kamis, Juli 17, 2008

Dirut PLN Eddie Widiono: “Tetap Berkomitmen Memberikan yang Terbaik”

Tugas yang diemban PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memang tidak mudah. Sebagai perusahaan pelayanan publik yang mengelola bisnis ketenagalistrikan, PLN memiliki tanggung jawab untuk menyediakan pembangkit listrik, penyediaan saluran transmisi, dan penyediaan saluran distribusi. Dengan demikian, listrik merupakan komoditas penting dan strategis bagi pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mendorong kegiatan ekonomi.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kinerja PLN cukup membanggakan. Indikator kinerja baik ini dapat dilihat dari meningkatnya infrastruktur penyediaan listrik. Kapasitas pembangkit bertambah sekitar 34,5 persen, panjang saluran transmisi 500 kV bertambah sekitar 59,1 persen, transmisi 150 kV bertambah sekitar 95,4 persen, transmisi 70 kV 17,5 persen, losses (hilangnya listrik) menjadi 11,5 persen atau turun sebesar 4, 95 persen dari tahun 2002. Selain itu, jumlah pelanggan meningkat sebesar 15,5 persen dan rasio elektrifikasi meningkat 6,1 persen dari tahun 2000.

Keberhasilan lainnya, PLN mampu melakukan diversifikasi energi untuk pembangkitan. Upaya diversifikasi diharapkan akan mengurangi ketergantungan bahan bakar minyak (BBM). PLN terus melakukan diversifikasi energi dalam rangka penyediaan tenaga listrik, khususnya untuk energi terbarukan seperti tenaga air, angin, surya, panas bumi, dan biomas. Bahkan, PLN tengah bersiap menggunakan batubara sebagai alternatif sumber energi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dan pembangkit lainnya yang dihasilkan dari energi yang terbarukan. Di masa mendatang, PLN akan mendorong tumbuhnya green power di Tanah Air.

PLN bertekad untuk senantiasa memberikan layanan terbaik bagi masyarakat dengan “melistriki nusantara” melalui pencanangan Visi 75-100. “Inilah suatu keyakinan dan tekad seluruh jajaran PT PLN untuk mewujudkan terpenuhinya listrik bagi seluruh warga atau rasio elektrifikasi mencapai 100% sebelum kemerdekaan RI ke 75 tahun 2020 mendatang," ujar Direktur Utama PT PLN, Eddie Widiono. Berikut petikan selengkapnya:

Bagaimana Anda menilai kinerja PLN selama tahun 2007 ini?

Tahun ini, terus terang banyak masalah yang tak kita duga. Kita memulainya dengan tidak terlalu cerah, terutama karena banyaknya kejadian yang memaksa kita membakar lebih banyak minyak. Itulah mengapa tahun 2007 begitu menantang buat saya. Kita berada dalam kondisi di mana operasi ketenagalistrikan di seluruh Indonesia berada dalam tahapan merosot menuju krisis, karena penggunaan BBM yang terus meningkat dalam melayani pertumbuhan permintaan pelanggan.

Namun, secara umum, kami mampu melewati masa yang penuh tantangan ini dengan cukup mengembirakan. Indikatornya dapat dilihat dari meningkatnya infrastruktur penyediaan listrik. Dari target 10 ribu MW, hingga saat ini kami sudah mencatat lebih dari 7000 MW yang tersedia. Kami pun tidak lagi menggantungkan pada BBM, melalui diversifikasi energi dari energi yang terbarukan. Jumlah pelanggan pun meningkat, mencapai 3,5 juta per tahun. Ini belum pernah terjadi di masa sebelumnya.

Bagaimana dengan pasokan listrik untuk industri di daerah?

Ada gambaran yang perlu disampaikan bahwa hanya 80% aset kelistrikan ada di Jawa. Jadi, dari 26 ribu MW kapasitas listrik yang kita miliki, 80% ada di Jawa. Jawa ini konsumen industrinya terbesar. Sementara di daerah lain, Sumatra 10%, Kalimantan 3%, dan Sulawesi 3%. Kami juga akan membangun pembangkit untuk memenuhi kebutuhan energi di kalangan industri di daerah. Itu sebabnya, kita perlu bekerja sama dengan Pemda setempat, supaya kalau kita membangun satu pembangkit di daerahnya. Kita minta pemda menghadirkan industri di sana.

Bagaimana tentang investasi maupun swastanisasi listrik?

Kita membuka lebar untuk listrik swasta. Tapi, kita sadar betul bahwa minat swasta untuk berinvestasi baru terjadi pada 2006 lalu. Karena itu, swasta yang kita beri kontrak saat ini butuh waktu setahun untuk cari pendanaan. Pusat listrik milik swasta ini diharapkan selesai pada 2011.

Kami juga mencatat, dengan gencarnya pembangunan 10 ribu MW, telah mengembalikan animo investor listrik swasta untuk berinvestasi. Sampai November 2007, telah ada 130 proposal listrik swasta yang masuk. Dari 130 tadi, kita perkirakan pembangunan listrik swasta bisa lebih cepat dari pembangunan kapasistas yang dimiliki PLN. Ini suatu yang mengembirakan.

Bagaimana perkembangan Visi 75-100 sampai saat ini?

Berkaitan dengan visi 75-100, tekad kami merupakan suatu tujuan atau sasaran yang lebih konkret dari visi besar PLN yang ingin diakui sebagai perusahaan kelas dunia. Sampai saat ini, terus terang ada gejala positif. Beberapa pemerintah daerah bahkan mengatakan, target pemenuhan elektrifikasi mencapai 100% kemerdekaan RI ke 75 tahun 2020 ini terlalu lama. Pemda Jawa Barat, misalnya, bertekad akan menerangi wilayahnya pada 2015. Antusiasme ini sangat mengembirakan.

Kira-kira, bagaimana dengan tantangan maupun kendala di tahun 2008?

Jika ditanyakan pendapat kami tentang penurunan subsidi listrik dari Rp 27, 84 triliun menjadi 26,67 triliun di tahun 2008, seperti halnya keputusan Panitia Anggaran DPR dan Menteri Keuangan, subsidi ini tidak mencukupi. Penurunan subsidi listrik dalam APBN 2008 bisa mengakibatkan kerugian PLN bertambah. Kami sangat khawatir bahwa bila ternyata kinerja perusahaan tidak bisa memenuhi asumsi (dalam RAPBN) tersebut, maka kredibilitas kami akan hilang atau merosot di pasar modal internasional.

Untuk itu, pemerintah diharapkan menjadi makin sadar bahwa kebijakan subsidi itu adalah tugas amanat UU. Kalau suibsidi listrik tidak dibayar penuh, PLN bisa rugi. Kalau rugi, PLN memang tidak lansung bangkrut. Yang terpukul adalah kemampuan PLN dalam membangun. Baru belakangan ini, kita berhasil meyakinkan pemerintah untuk membiarkan PLN untung.

Apa target maupun rencana di tahun 2008, khususnya tentang pemerataan listrik di daerah?

Meskipun 10 ribu MW selesai tahun 2009, kita tidak akan terjadi krisis listrik. Sumatra Selatan kami optimis. Sumatra Utara, dengan kerja keras 2008 akhir bisa kita atasi. Kalimantan Selatan, tak ada masalah. Kalimantan Timur, kami berusaha membangun, kejar-kejaran, karena ada PON pada 2008 nanti. Kita berusaha melistriki serta menghindar timbulnya kasus baru. Kami menargetkan jaringan transmisi sebagai bagian dari sistem interkoneksi yang menghubungkan Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Tengah akan selesai pada 2008.

Sementara itu, Gorontalo dan Sulawesi Tengah, akhir 2008 paling tidak sudah membaik. Semetnara Sulawesi Utara, kita berkejaran dengan waktu. Namun, secara umum, kami optimis. Dengan segala keterbatasan ini, kami berjanji akan tetap mengupayakan yang terbaik untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Di antara tantangan dan target yang ditetapkan, adakah jalan keluarnya?

Enam tahun saya jadi dirut, tidak pernah PLN direncanakan untung. Oleh karena itu, sebagai perusahaan bisnis, PLN juga ingin memberanikan diri menargetkan laba atau keuntungan. Jadi, tidak terus-terusan merugi seperti selama ini.

Listrik tidak hanya urusan PLN. Untuk itu, PLN tetap mengharapkan adanya partisipasi dari pemerintah daerah dalam menyediakan jaringan distribusi energi listrik karena keterbatasan keuangan perusahaan tersebut. Mari PLN dan pemerintah daerah bersama-sama mencari solusi agar jaringan listrik dapat sampai ke seluruh masyarakat.

Boks

CSR Sebagai Misi PLN

Bagi PLN, tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak hanya sebuah program kerja perusahaan, melainkan juga perwujudan dari misi perusahaan yang harus diterjemahkan melalui kerja-kerja nyata. Pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat luas dengan harga yang terjangkau merupakan bentuk CSR yang harus diwujudkan.

Listrik punya nilai yang utama. Keberhasilan pemerintah seringkali diukur dengan ketersediaan listrik. “Karena listrik melibatkan biaya dan energi yang besar, tidak mungkin kita melepaskan diri dari misi bahwa dana ini dimaksudkan untuk memajukan masayarakat tanpa merusak lingkungan. Ini komitmen kami,” kata Dirut PLN Eddie Widiono.

Tidak hanya bertanggung jawab dalam memasok kebutuhan listrik pada masyarakat luas, PLN senantiasa berada di garis terdepan dalam pelayanan publik, khususnya dalam memberikan bantuan pada korban bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, tsunami, meletusnya gunung merapi, serta musibah lainnya. Sambil menjaga pasokan listrik, PLN juga memberikan bantuan materi. “Kami ikut dalam tanggap darurat,” tutur Eddie, menambahkan, “Bahkan, kalau boleh jujur, kontingen sukarelawan pertama di Aceh, waktu Tsunami, adalah kontingen dari PLN asal Sumatra Utara.”

Berbarengan dengan langkah-langkah dalam menerapkan tanggung jawab sosial, PLN juga mewujudkan kepeduliannya terhadap kelestarian lingkungan. Secara periodik, PLN menggelar Aksi Sejuta Pohon di seluruh penjuru tanah air. Kegiatan ini dilakukan secara serentak di tempat-tempat terbuka serta di daerah keris. Langkah ini merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan, guna merespon fenomena perubahan suhu udara yang makin panas. “Kami ingin berpartisipasi dalam menjaga kelestarian alam dan mengurangi pencemaran udara,” ujar Eddie.

Tahun 2007, ini PLN kembali mencanangkan program penanaman sejuta pohon di seluruh Indonesia. Tapi, berbeda dengan yang lalu, sekarang PLN tampak lebih serius mempelajari konsep hutan tanaman rakyat. Tidak hanya menanam, tapi juga mengamati, mengawasi, dan memastikan bahwa pohon yang ditanam itu tumbuh. Selama proses penanaman ini PLN berperan untuk menjaga supaya rakyat tetap memelihara tanaman tersebut, misalnya membantu biaya perawatan. Pada masa tertentu rakyat akan memetik hasilnya. PLN berharap kegiatan ini bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat.

Tidak ada komentar: