Di samping terjadi perubahan iklim (climate change), meningkatnya temperatur global juga diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrem, sirkulasi atmosfer, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Selain berbagai dampak tersebut, pemanasan global juga berakibat pada sektor kehutanan, kelautan, keanekaragaman hayati, sosial-ekologis, hingga krisis energi. Bumi pun makin terancam.
Berbagai pihak merasa terpanggil untuk turut serta melakukan penyelamatan terhadap bumi dengan pola usaha yang berbeda-beda. Demikian juga dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sebagai bentuk partisipasi dalam menyelamatkan bumi, PLN senantiasa mengampanyekan hemat energi, melakukan diversifikasi energi dari bahan bakar yang terbarukan, melakukan penghijauan, serta menggunakan teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan.
Bersamaan dengan kampanye ini, PLN terus melakukan diversifikasi energi dalam rangka penyediaan tenaga listrik, khususnya untuk energi terbarukan seperti tenaga air, angin, surya, panas bumi, dan biomas. Bahkan, PLN tengah bersiap menggunakan batubara sebagai alternatif sumber energi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dan pembangkit lainnya yang dihasilkan dari energi yang terbarukan.
Di masa mendatang, PLN akan mendorong tumbuhnya green power di Tanah Air. “Energi Panas Bumi yang kita miliki mencapai 28 ribu MW. Kita juga punya potensi hydro yang terukur sekitar 40 ribu-60 ribu MW,” kata Direktur Utama PLN Eddie Widiono. Ia menambahkan,
Melihat potensi ini semua, PLN melihat bahwa masa depan energi
Pada tahun 2020, wajah hijau dalam penggunaan energi listrik terbarukan akan makin terlihat. “Saya menduga, tahun 2020 kita bisa memiliki sekitar 20% produksi energi kita yang dihasilkan oleh sumber-sumber yang terbarukan dan ramah lingkungan,” tutur Eddie. Keyakinan ini didasarkan pada potensi yang ada. Memang keyakinan ini masih harus diuji. Namun, dengan kemampuan sektor listrik dalam menghimpun pendanaan melalui carbon credit, yang merupakan salah satu alternatif pendanaan untuk power green energy, kemungkinan besar gagasan energi yang berwawasan lingkungan dapat diwujudkan.
Berbarengan dengan langkah-langkah dalam memenuhi kebutuhan listrik melalui energi terbarukan, PLN senantiasa turut serta mengantisipasi perubahan iklim dan pemanasan global. Secara periodik, PLN menggelar Aksi Sejuta Pohon di seluruh penjuru tanah air. Kegiatan ini dilakukan secara serentak di tempat-tempat terbuka serta di daerah keris. Langkah ini merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan, guna merespon fenomena perubahan suhu udara yang makin panas. “Kami ingin berpartisipasi dalam menjaga kelestarian alam dan mengurangi pencemaran udara,” ujar Eddie, menambahkan.
Wawancara
Dirut PLN Eddie Widiono: “PLN akan Lebih Hijau”
Iklim boleh saja berubah. Pemanasan global boleh saja mengancam bumi. Tapi, kebutuhan energi listrik tetap saja harus terpenuhi. Begitu tekad PLN dalam memberikan pelayanan terbaik pada seluruh konsumennya. Seiring dengan tekad ini, PLN senantiasa mendorong pertumbuhan energi terbarukan dan berwawasan lingkungan. Apalagi, “Kita memiliki sumber daya energi di luar BBM yang luar biasa,” kata Dirut PLN Eddie Widiono. Berikut petikannya:
Apa langkah PLN dalam mengantisipasi global warming/ perubahan iklim?
Kita akan mendorong tumbuhnya green power di negara kita, dengan utamanya panas bumi yang mencapai 28 ribu MW. Kita punya potensi hydro yang terukur sekitar 40 ribu-60 ribu MW. Kalau kita bisa memanfaatkan arus laut di daerah kepulauan, tentu luar biasa hasilnya. Kita yakin itu bisa digerakkan. Satu lagi yang tidak boleh kita lupakan, biofuel dengan lahan yang masih terbuka, sebetulnjya mempunyai potensi yang sangat tinggi. Melihat potensi ini semua, kita melihat bahwa masa depan energi
Bagaimana dengan pembangunan pembangkit berwawasan lingkungan?
Tentu kami akan terus melakukan diversifikasi energi melalui sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan. Kami bangun pembangkit bertenaga surya, panas bumi, air, angin, dan sebagainya. Pada tahun 2010, penggunaan BBM diperkirakan sekitar 3%, 8% hydro, 6% geothermal, 22% gas, dan batubara sampai ke 61 %. Pada tahun 2020, green powernya akan mencapai 20%. Jadi, energi yang digunakan PLN warna hijaunya akan lebih kelihatan.
Orang-orang berlomba membatasi emisi rumah kaca dan green house effect, tapi PLN malah mau membangun lagi energi batubara 10 ribu MW?
Tapi, jangan keliru dalam fakta ini. Tujuan kita mengurangi gas rumah tangga atau mengurangi dampak perubahan iklim tidak bisa kita capai dengan mengorbankan kepentingan saudara-saudara yang masih belum dialiri listrik. Kalau tidak percaya, tanyakan pada mereka yang menunggu-nunggu listrik yang tak kunjung datang. Mereka sudah menunggu 62 tahun. Mereka bilang, rasanya belum merdeka kalau listrik belum bisa mereka rasakan. Tentu saya tidak bisa mengatakan, saya harus menunggu teknologi kincir angin, yang ramah lingkungan. Tidak bisa begitu. Yang bisa kita lakukan adalah membangun 10 ribu MW, sambil terus mencari teknologi baru yang mampu mencegah CO2
Kenapa tidak langsung membangun pembangkit yang sesuai dengan climate change?
Kalau demikian, kita kembali lagi pada perdebatan, kenapa tidak membuat pembangkit tenaga nuklir saja. Untuk info, membangun PLTN itu makan waktu 9 tahun. Perlu waktu dan konsensus politik yang kuat. Selama 9 tahun, kita tidak boleh berhenti dan berubah pikiran. Jangan sampai kita seperti Filipina, yang mengalami krisis listrik karena tidak mampu memelihara komitmen dalam membangun PLTN, sehingga PLTN yang dibangun tidak bisa dioperasikan.
Apa bentuk kepedulian PLN terhadap lingkungan?
Sejak 2005 kami mempunyai program penanaman sejuta pohon di Citarik. Program ini mengajak partisipasi dari berbagai pihak, sehingga melahirkan program Masyarakat Cinta Citarik (MCC). Kami melihat betapa rusaknya Citarik, dan kami juga sadar bahwa setiap ada masalah di
Tahun ini kami mencanangkan program penanaman sejuta pohon lagi di seluruh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar