Kamis, Juli 17, 2008

Cathy Sharon: Sepenggal Kisah Tiada Akhir

Terserah Anda memanggilnya. Catherine Sharon Gasnier, Cathy Sharon, atau VJ Cathy. Ini adalah sederet nama seorang dara. Ya, nama seorang perempuan semampai dengan tinggi 170 sentimeter dan wajah menawan hati. Bukan sekadar nama, tapi deretan kata bermakna. Setiap hurufnya menyimpan talenta dan bilur-bilur seni dalam jiwa.

Merenda karier dari panggung modeling yang penuh kilau, perempuan kelahiran Jakarta, 8 Oktober 1982 ini terus berkelebat. Dari panggung peraga, dunia presenter yang berjiwa anak muda, sekian pariwara, hingga mengukuhkan diri sebagai aktris penuh bakat. Mengawali karier akting lewat film televisi (FTV), bertajuk Suami buat DJ Funky, Kau Membuat Aku Gila, dan Jejak Kupu-kupu, ia merasa tertantang untuk menjajal layer lebar. Dunia Mereka, Bangku Kosong, Cewek Penakluk, atau Sang Dewi adalah beberapa skenario yang ia perankan dengan penuh rasa.


Cathy, begitu panggilan kecilnya, memang dikenal sebagai salah satu VJ (Video Jockey) MTV Indonesia, selain sebagai bintang iklan dan aktris film. Setelah memutuskan berhenti dari VJ, ia pun makin meneguhkan hati dengan dunia layer lebar. Sebagai pemain baru layar lebar, Cathy mempunyai banyak obsesi. Ia ingin memerankan sebanyak mungkin tokoh kontroversi yang menantang, seperti berperan sebagai perempuan homoseks atau psikopat.


Bahkan, ia berniat akan menjajal semua peran yang ditawarkan kepadanya. Bukan berarti ia akan menerima lakon apa saja. Dara berwajah indo ini tetap selektif agar kemampuan aktingnya lebih terasah dan terarah. Simak film terbarunya, Sang Dewi. Ia berperan sebagai Jessie, sosok yang mencoba memahami pilihan sahabatnya walaupun hati kecilnya tidak memiliki ruang untuk itu.


Dalam film ini, Cathy dihadapkan pada kondisi yang membuatnya harus memahami perasaan sahabatnya. Padahal, ia tidak suka dengan pilihan yang dilakukan sang sahabat. Tapi, demi persahabatan, relung rasanya pun ia korbankan. “Nah, peran inilah yang mendorong saya harus bisa masuk ke dalam sosok itu, dan tentu saja enggak gampang karena ada semacam pertempuran mental yang mesti saya mainkan,” katanya panjang lebar.


Di film ini pula ia menanggalkan karakter feminin, dan merubah diri menjadi seorang gadis tomboi. Bukan hanya bergaya seperti pria, Cathy juga tertantang melakukan banyak hal yang identik dengan kaum lelaki. Salah satunya, merokok, yang memang tidak ia sukai sejak lama.


"Cara ngomong pun harus diubah agak garang. Perilakunya cuek dan asal. Makanya, aku agak sulit berperilaku seperti itu. Pokoknya, Jessie itu jauh banget dari aku yang asli," ujarnya lagi.

Bahkan, dia harus menjalani scene terkena bogem mentah lawan mainnya. Sebab, dalam film tersebut, sosok Jessie akrab dengan dua petinju. Singkat cerita, dua petinju itu terlibat kesalahpahaman dan Jessie berada dalam posisi hendak melerai. Sialnya, niat baik sang pelakon berbalas pukulan dari teman-temannya.


Menurut Cahty, justru di situlah dirinya merasakan pengalaman berbeda. Sebuah atmosfer yang tak pernah ia dapatkan dan rasakan sebelumnya. Haru dan menegangkan. "Di situ adegannya sedih banget sekaligus hancur-hancuran. Tapi, justru aku paling suka adegan ini," tegasnya.

Begitulah kehidupannya kini. Sebagai aktris berbakkat, Cathy mengukuhkan diri bahwa bahwa ia tak semata melintas di jagad hiburan. Ia hadir, menghibur, dan mengabdikan diri. Oleh karenanya, tawaran untuk membintangi acara Extravaganza yang fenomenal di sebuah saluran tv terrestrial pun datang menyambanginya.

****

Dalam kamus kehidupan Cathy, dunia entertainment adalah bagian dari kesibukan. Kegiatan lainnya adalah merintis usaha di bidang kecantikan dan perawatan tubuh. Salon yang terletak di kawasan Setrasari, Bandung, Jawa Barat, ini pun akan dikelolanya secara profesional sebagai ladang usaha di kemudian hari. “Ya, sambil jalan sambil nyiapin masa depan lah. Lagian, ini kan sesuai dengan hobi gue ngerawat tubuh,” ujarnya.


Usaha yang berkibar sejak Mei 2007 lalu ini menyiratkan dua hal. Investasi dan gaya hidup. “Awalnya sih diajak teman. Kupikir ide tersebut cukup bagus untuk mengisi waktu,'' katanya singkat. Walhasil, selain mengurus bisnis salonnya, ia masih menerima banyak pekerjaan sebagai presenter berbagai acara hiburan.

Disebutkan, kesibukannya mengelola salon bukan berarti dirinya pensiun dari dunia akting, karena itu akan terus berperan dalam dunia hiburan di Tanah Air. Salon adalah jembatan menuju impiannya yang lain. “Ingin juga jadi pengusaha yang sukses dan bisa membuka lapangan kerja buat orang lain,” katanya dengan wajah berbinar.

Ia adalah satu di antara sekian banyak penghibur yang melihat karier keartisan tidak kekal. Ada saat untuk menanjak dan benderang di puncak gemintang, ada masa pula untuk turun perlahan sambil menyiapkan ranah baru yang tak kalah menantang. Begitulah kearifan hidup mengajarkan.

Salon juga pertanda sebuah semangat gaya hidup sehat yang tak pernah lekang pada diri Cathy. “Saya sangat suka pergi ke salon,” kata gadis yang gemar membawa air mineral sendiri ini. Salon adalah sarana meraih vitalitas hidup. Lebih dari itu, ia dapat merawat aura maupun kecantikan ragawi.

Sosoknya memang mencerminkan seorang yang peduli pada gaya hidup sehat. Di samping menyibukkan diri di klub fitness dua kali seminggu, ia pun turut andil dalam kampanye anti narkoba. Baginya, menghindari narkoba itu penting. “Semua orang seharusnya merasa cantik dan percaya diri tanpa harus memakai narkoba,” tuturnya penuh semangat.


Menurut Cathy, cantik tanpa narkoba bisa memiliki berbagai makna. Cantik sendiri, lanjutnya, tidak sekadar dapat dilihat berdasarkan penilaian pada wajah serta penampilan seseorang. Kepribadian bisa menjadi salah satu kriteria cantik. Sambil melumat kentang goreng, ia berujar, “Bagi saya, menghindari narkoba hanya karena ingin tampil cantik atau percaya diri adalah harus.”


Atas peran dan kepeduliannya ini, perempuan berdarah Prancis ini didaulat sebagai Duta Media Against Drugs, bersama sejumlah rekan seprofesinya. "Aku akan menyerukan agar muda-mudi tetap pede tanpa narkoba," ujarnya sambil menambahkan, “Yang penting enak buat diri, tapi jangan sekali-kali menggunakan narkoba.”

Tak terasa, jalinan kata kami beradu lama. Di ujung sua, ia tetap menegaskan komitmen dan obsesinya untuk melakukan kegiatan sosial sebanyak mungkin yang ia bisa. Cathy pun mengaku akan terus berkonsentrasi untuk mengajak sesama pada jalan kehidupan yang lebih baik. Sebuah niat mulia yang harus didukung dan diwujudkan bersama.

Entah sampai kapan…..

Tidak ada komentar: