Kamis, Juli 17, 2008

Selangkah Lagi Menuju Gerbang Internasional

Menjadi perusahaan pengelola bandar udara dan pelayanan jasa navigasi penerbangan kelas dunia.

Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang diberikan kepercayaan untuk mengelola 13 bandar udara di Wilayah Timur Indonesia, PT Angkasa Pura I (Persero) membukukan diri sebagai perusahaan yang sehat dengan skor 83 kualifikasi “AA”. Kinerja ini mencerminkan capaian prestasi di berbagai aspek, seperti performa operasional dan teknik, komersial dan pengembangan usaha, serta keuangan.

Kinerja operasional bandara yang dicapai Angkasa Pura I berada di atas standar key performance indicator (KPI) yang ditetapkan oleh regulator. Hal ini meliputi pelayanan jasa pendaratan, penempatan, penyimpanan pesawat udara (PJP4U), Pelayanan Jasa Penerbangan (PJP), Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U), serta Pelayanan Jasa Counter dan Garbarata, baik domestik maupun internasional.

Dari sisi operasional, isu yang paling mendapat sorotan selama ini adalah masalah keamanan. Oleh karena itu, Angkasa Pura I berupaya untuk mengikuti standar internasional dalam masalah aviation security. Akhirnya, dengan kerja keras, sejumlah bandara telah dinyatakan sudah memenuhi standar. Bahkan, Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, pada Maret 2008 lalu telah dinyatakan memenuhi standar keamanan internasional.

Bidang operasional juga terkait dengan persoalan kapasitas. Selama ini kendala atau hambatan dalam hal operasional terkait dengan pertumbuhan traffic dan arus penumpang yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Di sisi lain, bandara di lingkungan Angkasa Pura I sebagian besar bangunan lama, sehingga antara kapasitas dan suplai sudah tidak seimbang. Kita harus meningkatkan kapasitas yang ada.

Kecilnya kapasitas bandara seringkali menimbulkan keluhan dari para pengguna jasa. Oleh karena itu, Angkasa Pura I memiliki perhatian yang besar terhadap hal ini. Untuk menunjang kesiapan operasional, perusahaan mengadakan renovasi atau peremajaan fasilitas yang sudah tua, seperti radar, telekomunikasi, sistem navigasi, hingga kendaraan operasional. Di sisi lain, penambahan kapasitas ruangan terus dilakukan sehingga diharapkan bandara telah memenuhi standar internasional.

Dalam peningkatan kualitas SDM, manajemen Angkasa Pura I telah menempuh berbagai cara, seperti training, pendidikan khusus, hingga program magang. Untuk itu, kerja sama dengan lembaga perguruan tinggi dan perusahaan navigasi penerbangan, seperti Air Service Australia (ASA) telah dilakukan. Secara berkala, manajemen mengirimkan para karyawan untuk meningkatkan kualifikasi sehingga lebih mampu untuk mengoperasikan peralatan pekerja.

Tidak hanya belajar, mereka juga dilatih untuk mengontrol udara sesuai dengan standar internasional. Dengan demikian, seluruh SDM yang terlibat dalam aktivitas pelayanan dan bisnis utama perusahaan memiliki kesiapan dan kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kompetensi ini ditunjukkan dengan adanya licence, rating, dan Surat Tanda Kecakapan Personil (STKP) bagi seluruh SDM.

Dari sisi keuangan, pendapatan perusahaan telah mengalami peningkatan secara positif dalam lima tahun terakhir. Total pendapatan operasional selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada 2006, pendapatan yang diraih mencapai Rp1,31 triliun. Pada 2007, pendapatan dari sales mencapai Rp1,8 triliun, dan menigkat menjadi Rp1,9 triliun pada 2008. Perolehan ini meningkat tajam dari hanya sekitar Rp745 miliar pada 2003 lalu.

Pencapaian laba sebelum pajak selama lima tahun terakhir juga mengalami peningkatan berarti, dan telah melampaui target yang ditetapkan. Pada 2006 lalu, laba mencapai Rp332 miliar, dan meningkat menjadi Rp388 pada 2007. sedangkan kemampuan likuiditas perusahaan juga mengalami kemajuan. Jika pada 2003 lalu memiliki uang kas Rp306 miliar, kini mencapai Rp1,2 triliun. Pendapatan yang meningkat ini diraih dengan upaya melalukan optimalisasi kas melalui cash management, sehingga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Total aset maupun kekayaan selama lima tahun mengalami peningkatan rata-rata sebesar 16,58%. Pada 2006 lalu, aset perusahaan mencapai Rp4,92 triliun, meningkat sebesar 4,22% bila dibandingkan dengan aset tahun sebelumnya. Hingga kini, total aset atau kekayaan yang dimiliki perusahaan mencapai Rp7,4 triliun, meningkat tajam dari hanya Rp3 triliun pada 2003 lalu.

Sejalan dengan pendapatan yang terus meningkat, investasi yang dilakukan perusahaan juga menigkat dari tahun ke tahun. Pembangunan bandara sedikit banyak telah menyita kemampuan keuangan Angkasa Pura I. Beberapa tahun yang lalu pembangunan bandara menjadi tugas pemerintah karena merupakan infrastruktur mendasar. Tapi, tugas ini dialihkan ke Angkasa Pura I, seiring dengan performa perusahaan yang terus membaik. Lebih dari itu, perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.

Tidak hanya berorientasi profit, perusahaan juga menunjukkan kepedulian terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini tercermin dari berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR) yang meliputi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Sampai sekarang, hampir Rp120 miliar disalurkan kepada 6.414 mitra binaan di 13 bandara dan kantor pusat.

Perusahaan juga menyalurkan dana bina lingkungan hampir mencapai Rp20 miliar. Mulai 2007, perusahaan memberikan bantuan bina lingkungan secara monumental, dengan membangun proyek air minum, ruang baca, posyandu, serta galeri di sejumlah wilayah di Tanah Air. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian Angkasa Pura I terhadap lingkungannya begitu besar. Sebuah itikad yang mengembirakan.

****

Boks

Dirut Angkasa Pura 1

Bambang Darwoto

“Prioritas Kami adalah Pelayanan”

Untuk mewujudkan visi sebagai operator bertaraf internasil, apa rencana dan target Anda ke depan?

Kami akan membuat skala perioritas yang harus dilakukan. Sebagaimana kami nyatakan dalam visi kami, menjadi pengelola navigasi penerbangan dan kebandarudaraan world class operator. Artinya, pada beberapa bandara yang melayani internasional, harus setara dengan pelayanan di bandara luar negeri. Dari 13 bandara itu tidak seluruhnya baik. Masih ada yang perlu dibenahi. Yang nampak antara lain Makassar, penumpangnya lebih dari 3,5 juta per tahun. Bandaranya sekarang berukuran 10 ribu meter persegi saja. Jadi sudah over capasity, karena itu kami membangun bandara baru seluas 51 ribu meter persegi, dengan kapasitas penumpang 7,5 juta.

Soal rencana modernisasi navigasi dan lain-lain, bagaimana?

Tahap pertama adalah menambah kapasitas terminal. Baru nanti untuk navigasi, penyempurnaan sistem prosedur, dan sebagainya. Modernisasi navigasi penerbangan juga menjadi tanggung jawab Angkasa Pura I. Ini semua akan kita lihat untuk kebutuhan operasional dan berbagai macam aspek lainnya. Tapi, intinya target kami dalam beberapa tahun ke depan untuk menjadi operator bertaraf internasional harus tercapai. Kami berkomitmen untuk dapat menyediakan bandara yang menangani penerbangan internasional.

Bagaimana dengan rencana atau target investasi?

Kalau dilihat dari pengalaman beberapa tahun ini kurang lebih 60 persen dari anggaran investasi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas safety dan keamanan di bandara. Dari tahun ke tahun investasi ini terus meningkat. 60 persen digunakan untuk meningkatkan kualitas keselamatan. Total investasi yang disalurkan pada 2008 sebanyak Rp664 miliar. Namun, di tempat lain pembangunan terminal baru dikerjakan oleh angkasa pura bekerja sama dengan pemerintah daerah yang didukung oleh APBN.

Bisa dijelaskan soal kontribusi dalam menunjang program Visit Indonesia Year 2008?

Tentu Angkasa Pura mendukung sepenuhnya program ini. Setiap bandara harus siap menyambut kedatangan para turis kapan saja dengan pelayanan terbaik. Harapan kami, program ini juga didukung instansi terkait lainnya sehingga betul-betul menghasilkan pelayanan yang terbaik.

Lalu, bagaimana komitmen perusahaan dalam memberikan kepuasan pada pengguna jasa?

Pelayanan kepada pengguna jasa merupakan salah satu hal yang menjadi prioritas perusahaan, karena hal ini mengacu pada standarisasi yang ditetapkan pemegang saham maupun pengelolaan bandara internasional. fsilitas harus dibenahi, kemampuan sumber daya manusia juga harus sesuai dengan standar bandara luar negeri. Ini semua memiliki dampak terhadap masalah pembangunan bandara. Dan, ini tidak bisa sekaligus dilakukan, harus bertahap.

Tidak ada komentar: