Survey yang dilakukan Marketing Research Indonesia (MRI) baru-baru ini menyangkut pelayanan prima (service excellence ) perbankan makin mengukuhkan faktor kepercayaan ini. Kepercayaan konsumen memang menjadi kekuatan utama setiap industri perbankan yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Yang menarik, penelitian ini juga membuktikan, keberadaan seorang pemimpin puncak atau chief executive officer (CEO) sebuah bank memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam mendongkrak tingkat pelayanan suatu bank. Sekadar menyebut contoh, kiprah Agus D.W. Martowardojo sebagai orang nomor satu di Bank Mandiri ternyata membawa berkah tersendiri bagi kemajuan bank ini.
Sebagai bank besar, tentu bank pelat merah ini tak semata dipercaya karena sosok. Lebih dari itu, dukungan yang kuat dari pemerintah menjadikan Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia dengan permodalan yang kuat. Tak aneh jika PT Pefindo menetapkan peringkat PT Bank Mandiri Tbk di level A+ untuk hal ini.
Menjadi bank besar, sehat, dan modern tampaknya bukan lagi mimpi bagi bank BUMN terbesar ini. Sembari tetap menggarap pasar corporate banking, bank ini menfokuskan diri pada penyaluran kredit ke sector telekomunikasi, pertambangan, energi, dan agrobisnis.
Dalam rangka menjadi bank modern, PT Bank Mandiri TBK berusaha memaksimalkan layanan elektroniknya ( e-banking). Bank ini pun menargetkan pertumbuhan pendapatan di luar pembiayaan (fee base income) pada 2006 sebesar Rp90 miliar-Rp120 miliar, dengan terus mengembangkan kapasitas layanan elektroniknya.
Target pertumbuhan tersebut naik 15%-20% dibanding capaian tahun lalu, yang besarnya mencapai Rp600 miliar. Bank Mandiri akan terus mengembangkan lima fasilitas e-banking yang telah dimiliki, seperti ATM Mandiri, SMS Banking, Internet Banking Mandiri, phone banking Call Mandiri, maupun electronic data capture (EDC). "Taget utama layanan e-banking ini adalah nasabah high tech yang mengedepankan layanan elektronik," kata Direktur Konsumer Bank Mandiri Omar S. Anwar, seperti dilansir Harian Bisnis Indonesia, terbitan 25 Maret 2006.
Sebagai bank yang mempunyai kompetensi dalam kredit korporasi, Bank Mandiri mulai mengembangkan kompetensinya dalam segmen kredit ritel yang menuntut peningkatan kemampuan layanan terhadap nasabah. Makanya, untuk menunjang kinerja perbankan, para nasabah mulai diarahkan untuk menggunakan layanan elektronik. Hingga kini e-banking Mandiri melayani sekitar tujuh juta nasabah.
Keandalan bank di masa mendatang memang banyak ditentukan oleh kemampuan mengembangkan saluran elektronik dan teknologi informasi (TI). "Guna meraih dana murah dan memenangkan kompetisi dalam industri perbankan, maka kami perlu memperluas distribusi jaringan kantor serta mengambangkan e-banking," ujar Omar S. Anwar, seperti dikutip Harian Media Indonesia edisi 25 Maret 2006.
Atas terobosan ini, Bank Mandiri meraih penghargaan e-Company Award 2005 peringkat kedua sebagai bank yang memiliki integrasi sistem online dan real time, jumlah transaksi dan nasabah yang meningkat, serta peningkatan kinerja dengan risiko terkontrol. Memang, investasi TI Bank Mandiri tergolong lebih besar jika disbanding dengan bank-bank lainnya di Indonesia .
Mereka mengucurkan lebih dari US$200 juta untuk merombak core banking system (eMAS Program) dan membenahi sejumlah aplikasi layanan. Itu belum termasuk biaya rutin setiap tahun. Intinya, investasi TI diarahkan sebagai strategi penunjang untuk menjadikan Bank Mandiri sebagai regional champion bank.
Keberhasilan IT governance Bank Mandiri juga dikukuhkan dengan diraihnya "MIS Asia Innovations Award 2004". Penghargaan ini membuktikan bahwa strategi TI-nya selaras dengan strategi bisnisnya. Hal ini diharapkan dapat memberi nilai tambah maupun kinerja yang terukur dengan risiko yang terkelola di masa mendatang.
Menjadi bank modern, bukan berarti menjauh dari rakyat. Tahun ini, Bank Mandiri menargetkan kredit untuk Usaha Makro Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar Rp10 triliun. Menurut Sasmita, Direktur UKM PT Bank Mandiri Tbk, sebagaimana dikutip Harian Investor Daily pada 4 April 2006, target tersebut akan diperoleh dari penambahan kredit UMKM baru pada 2006 ini. Diperkiran kredit baru tumbuh 32% dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp7,8 triliun. "Bahkan diharapkan pada 2010, total UKMK Bank Mandiri dapat mencapai Rp20 triliun," kata Sasmita.
Dengan kinerja keuangan yang semakin membaik, penerapan TI yang kian diterima nasabah, serta pelayanannya yang sepenuh hati menjadikan Bank Mandiri sebagai bank terbesar tak tergoyahkan lagi. Boleh jadi, tekad bank plat merah ini untuk memasuki tahapan strategis menjadi salah satu bank terkemuka di kawasan regional Asia Tenggara, akan tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar