Jumat, Agustus 22, 2008

Lelaki dan Romantisme dari Dapur

Lelaki memasak? Ehm… Tak perlu aneh jika Anda baru menyadari kenyataan ini. Para pejantan kini tak sungkan menjadikan memasak atau bercengkerama di dapur sebagai kegemaran mereka. Sebagaimana halnya hobi, kegemaran ini melintasi sekat-sekat jender, profesi, atau budaya.

Bayangkanlah kalau Anda seorang perempuan yang gemar melakukan candle light dinner setiap saat di rumah. Apalagi kalau yang memasak suami. Apa yang Anda rasakan? Tersanjung sekaligus bangga, bukan? Tak usah heran, sebagian lelaki yang biasanya bertugas di luar ranah rumah tangga, kini terbiasa melakukan hal ini.

Kita tak sedang membicarakan soal jender yang kaku, tapi ini semata hobi. Ya, hobi. Sebagaimana kegemaran yang lain, hobi merupakan satu minat yang "lintas batas", melampaui sekat jender, profesi, atau budaya. Ada pilot, penulis, ilmuwan, politikus, pemusik, pekerja profesional, eksekutif muda, baik yang kesohor maupun awam, yang memiliki minat dan kegemaran yang sama, memasak.

Pada awalnya, Fischer Tedjoprawiro berkesempatan melanjutkan pendidikan perhotelan di Swiss. Belakangan ia kesemsem dengan tata boga dan memilih menekuninya secara lebih serius. Kesempatan bekerja di Hyatt International di Amerika Serikat makin menumbuhkan kecintaan pada kuliner di hatinya.

Kepiawaian dalam meracik bumbu-bumbu masak juga dimiliki Rinaldi. Lihat saja usaha sang pilot di maskapai penerbangan domestik ini dalam membuat masakan berkualitas. Kalau tengah menjelajahi daerah-daerah maupun ke luar negeri, ia kerap membawa bahan-bahan atau bumbu masakan.

Bila sedang terbang ke Australia, misalnya, dia selalu memboyong daging steak untuk dimasak di rumah. Sementara untuk menyempurnakan rasa sup kepala ikan ala Manado, dia sengaja mencari lemon cui, jenis jeruk yang hanya dikenal di kawasan timur Indonesia. Itu dia lakukan saat terbang ke Biak. "Lemon cui itu salah satu kunci rahasia bikin sup kepala ikan," kata lelaki yang juga kerap memburu peralatan memasak di luar negeri.

Cerita soal kegemaran bercengkerama di dapur ini juga menimpa politisi muda yang kini menjadi juru bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Andi Alifian Mallarangeng. Pria kelahiran Makassar, 43 tahun lalu ini, mengaku bisa dan gemar memasak karena desakan situasi. Bayangkan, sejak duduk di bangku sekolah menengah hingga menamatkan pendidikan tingginya ia mesti hidup mandiri, termasuk dalam urusan dapur.

"Saya dulu kos, lalu mengontrak rumah rame-rame dengan teman. Bisa saja sebenarnya kami beli nasi padang atau gudeg, tapi kami harus memasak sendiri untuk menekan biaya," kenangnya. Lantas, ia pun belajar memasak lewat trial and error. Andi berujar, “Saya belajar dari melihat orang memasak. Pokoknya coba bumbu ini-itu dan pokoknya enak."

Ketika melanjutkan studi di Amerika Serikat selama delapan tahun, situasi makin memaksanya untuk tetap dengan kegemaran ini. Saat perut lagi keroncongan, ia harus memasak sendiri sambil belajar, melihat, mencoba, dan membaca menu-menu. Dari situ, ia menguasai beberapa menu, termasuk yang disukainya, yakni tuna salad.

Lantas ada Bondan Winarno, yang dikenal sebagai "pakar masakan". Kolom-kolomnya mengenai makanan di surat kabar yang sempat dipimpinnya, Suara Pembaruan, selalu segar dan menarik. Berbeda dengan yang lain, keahliannya memasak memang didapat dari ibunya sendiri. Seringnya ia membantu sang ibu memasak menumbuhkan benih cintanya pada dunia kuliner.

Kiprah lelaki ”berkarier” di dapur terus berlanjut. Belakangan, makin banyak saja kaum Adam yang meneruskan kegemarannya memasak sebagai profesi yang menjanjikan. Sayuzi, salah satunya. Kemampuannya meracik bumbu-bumbu pilihan mengantarkannya menjadi senior executive chief di sebuah hotel internasional di Jakarta.

Para pemasak ini ternyata punya "spesialisasi" sendiri-sendiri. Bondan membanggakan menu spageti ikan asin. Selain itu, ia masih mengantongi resep sejumlah masakan favorit yang seringkali dimasaknya di rumah. Contohnya, sop buntut, korean barbeque, dan shabu-shabu.

Andi Mallarangeng punya temuan khas pada tuna saladnya. Tuna salad umumnya memakai mayonaise sebagai salah satu bahannya. Namun Andi berpendapat, mayonaise terasa agak "nek". Karena itu, ia menambahkan daun bawang dan tabasco pada tuna saladnya itu. Ingin tahu rasanya? ”Wuah, manteb sudah..." kata pria berkumis lebat ini sembari mengacungkan ibu jari kanannya.

Jangan ditanya citarasa masakan olahan Sayuzi. Pria yang telah berprofesi sebagai koki sejak 1984 ini dikenal sebagai spesialis masakan internasional, seperti fine dining ala Eropa. Bedanya, citarasa yang dihasilkan merupakan paduan rasa Eropa dan Asia. Menu andalannya antara lain ayam bakar pelangi. ”Rasanya lebih dekat ke selera Indonesia. Tapi, orang luar pada suka ini,” kata Sayuzi.

Begitu pula dengan racikan Fischer. Aneka menu makanan dan minuman beraroma luar negeri menjadi menu yang kerap dimasak lelaki yang sempat membuka usaha restoran ini. Makanan khas asal Jamaika, Meksiko, Filipina, sampai Swiss cukup menggoda selera. Beberapa menu yang terhidang, seperti Jamaican grilled chicken steak, chicken mango quesadilla, hingga Zurich Gschnetzeltes diracik secara khusus dengan bumbu yang dibawanya langsung dari Negara asalnya.

Akankah para lelaki ini bakal mengambil alih urusan dapur tatkala sang istri tengah berhalangan? Tampaknya “kudeta” kekuasaan di dapur bukan persoalan yang mesti dibesar-besarkan. Baik Rinaldi, Sayuzi, maupun Andi Mallarangeng mengaku kerap dipuji istrinya karena makanan yang dimasaknya. Amboi...!

BOKS

Anda Puas, Kami Puas

Makin banyak contoh yang memperlihatkan laki-laki memasak. Lihat saja tayangan Allez Cuisine di saluran televisi swasta yang merupakan lomba memasak di antara para koki laki-laki. Ada juga Rudy Choirudin mengajar memasak di televisi. Tak ketinggalan, Bondan Winarno belakangan kembali hadir di layar kaca untuk berbagi resepnya.

Kalau diamati, keterlibatan para lelaki dalam urusan dapur juga dipicu oleh makin banyaknya perempuan bekerja di luar rumah. Selain itu, wajah dapur rumah tangga perkotaan yang kini bersih dan tidak berbau, juga menjadi faktor yang menurut banyak kalangan, membuat laki-laki menjadi gemar mengolah masakan.

Generasi masak-memasak di dunia lelaki juga terus berlanjut. Fischer Tedjoprawiro mengaku, ada kebanggaan sekaligus kepuasan tersendiri bila menu-menu racikannya digemari orang lain. “Apalagi kalau mereka makan begitu lahap sampai menghabisi hidangan yang saya suguhkan,” tutur Banguet Sales Executive Novotel Mangga Dua, Jakarta, ini dengan wajah cerah.

Tidak ada komentar: