12.31
Setelah dua puluh lima tahun
persenyawaan Aceh, Sunda
meniti panggung kehidupan
sebagai pekerja seni
Pembawa ragam lakon
penyemai aneka pesan
pemandu berbagai tontonan
walau lantunan jua
jadi pemantik riang
Bercerminlah pada waktu
tentang jatuh bangunnya kehidupan
tentang jiwa yang terhempas lara
****
12.44
Setelah sekian peran
Tak mudah berdiri tegak
menghadang derasnya praduga
yang mengalir tiada kira
tentang perempuan penggoda
Tak gampang tersenyum ikhlas
pada kelamnya wasangka
yang tergaris rapat
tentang pemuja kegemerlapan
Bak kanvas monalisa
beragam stigma
sejuta prakira
Bisamu hanya bernaung
di bawahnya yang bisu
****
13.01
Setelah sekian musim gugur
hujanan kata jatuh
wajah-wajah ceria luruh
dari dara perajuk
pemilik asma Cut Memey
Petiklah gitarmu
hangatkan harimu
dengan nyanyian musim semi
yang menyemai keriaan
Usah meragu dengan keceriwisan
dan perangai memabukkan
Adakah yang lebih pahit
dari kehilangan karib
***
13.36
Setelah windu demi windu luruh
Sang bocah menjelma perawan ranum
Adakah dahan tempatnya bercengkerama
membagi hati
Adakah burung-burung
berkicau merdu sediakala
di cawan jiwanya yang lapang
Bukan semata berbekal materi
Wajah merona
pun lusinan cinta semerbak mewangi
Berbagilah, duhai Memey
pada pemilik jiwa yang dewasa
selaksa perhatian
pembagi kasih dan kesetiaan
****
13.51
Setelah dua puluh lima tahun
Masihkah puncak bukit itu menunggu
Seperti seni yang menghunjam hati
Langkahmu belum terhenti
Pengabdianmu tak berakhir jua
di gemerlap panggung
dan semerbak tontonan
Kala berlari mentari
Memburu tepi bumi
Hanya harum suaramu
hanya wangi tubuhmu
tersisa
di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar