Jumat, Agustus 22, 2008

Cut Memey, Dara Pemuja Seni

12.31

Setelah dua puluh lima tahun

persenyawaan Aceh, Sunda

meniti panggung kehidupan

sebagai pekerja seni

Pembawa ragam lakon

penyemai aneka pesan

pemandu berbagai tontonan

walau lantunan jua

jadi pemantik riang

Bercerminlah pada waktu

tentang jatuh bangunnya kehidupan

tentang jiwa yang terhempas lara

****

12.44

Setelah sekian peran

Tak mudah berdiri tegak

menghadang derasnya praduga

yang mengalir tiada kira

tentang perempuan penggoda

Tak gampang tersenyum ikhlas

pada kelamnya wasangka

yang tergaris rapat

tentang pemuja kegemerlapan

Bak kanvas monalisa

beragam stigma

sejuta prakira

Bisamu hanya bernaung

di bawahnya yang bisu

****

13.01

Setelah sekian musim gugur

hujanan kata jatuh

wajah-wajah ceria luruh

dari dara perajuk

pemilik asma Cut Memey

Petiklah gitarmu

hangatkan harimu

dengan nyanyian musim semi

yang menyemai keriaan

Usah meragu dengan keceriwisan

dan perangai memabukkan

Adakah yang lebih pahit

dari kehilangan karib

***

13.36

Setelah windu demi windu luruh

Sang bocah menjelma perawan ranum

Adakah dahan tempatnya bercengkerama

membagi hati

Adakah burung-burung

berkicau merdu sediakala

di cawan jiwanya yang lapang

Bukan semata berbekal materi

Wajah merona

pun lusinan cinta semerbak mewangi

Berbagilah, duhai Memey

pada pemilik jiwa yang dewasa

selaksa perhatian

pembagi kasih dan kesetiaan

****

13.51

Setelah dua puluh lima tahun

Masihkah puncak bukit itu menunggu

Seperti seni yang menghunjam hati

Langkahmu belum terhenti

Pengabdianmu tak berakhir jua

di gemerlap panggung

dan semerbak tontonan

Kala berlari mentari

Memburu tepi bumi

Hanya harum suaramu

hanya wangi tubuhmu

tersisa

di sini

Tidak ada komentar: