Selasa, Agustus 12, 2008

FO, Antara Tantangan dan Harapan

Jika dibandingkan dengan negara lain di mana Total E&P beroperasi, lapangan di Indonesia memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri. Sebagian besar lapangan yang ada memiliki kompleksitas pengerjaan yang besar dengan usia yang sudah tua (mature). Walaupun lapangannya besar dan dan lebih banyak, lapangan yang ada lebih terintegrasi dan tidak bisa hidup sendiri.

Persoalannya, semakin tua lapangan, potensi dan kekuatannya akan semakin berkurang. Kandungan gas dan minyak juga semakin sedikit, sehingga produksinya pun akan semakin menurun. Oleh karena itu, diperlukan tingkat operasi dengan peralatan dan instalasi yang lebih kompleks. “Kita mesti menarik minyak dengan berbagai upaya, seperti menambah kompresor, sedotan, menyuntikkan surfaktan, hingga menggunakan artificial lift,” kata VP Field Operations (FO) Hardy Pramono.

Tantangan ke depan memang terasa akan lebih berat, baik dari sisi teknis operasi, ketersediaan sumber daya manusia yang berkompeten, maupun sistem yang selalu up to date. Dengan semakin bertambahnya peralatan, menurut Pramono, FO memerlukan orang-orang baru untuk mengoperasikan dan merawat peralatan yang ada. Di sisi lain, banyak karyawan senior yang memasuki masa purna karya, sehingga Total perlu mengintegrasikan dan melakukan transfer knowledge dari karyawan senior ke yuniornya dengan cepat.

Beberapa waktu lalu, Total E&P Indonesie memang tidak melakukan rekrutmen karyawan dalam waktu yang lama. “Ini memang tantangan tambahan kita. Tidak hanya membutuhkan karyawan berkualitas, kompetensi yang kita miliki pun hilang,” tutur Pramono. Percepatan kaderisasi ini, lanjutnya, tentu saja harus dilakukan secara baik dan seksama untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Salah satu langkah untuk memkenuhi ebutuhan sumber daya manusia dengan kompetensi tinggi adalah menggelar training kompetensi. Hal ini dapat dilakukan melalui tingkatan operational capacity untuk menyesuaikan tingkat kompetensi yang dibutuhkan di masing-masing level. Training tidak lagi bersifat umum, tapi disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawabnya, supaya gap senior-yunior makin sempit.

Terobosan lain yang dilakukan adalah mempromosikan karyawan di level bawah untuk menangani sesuatu yang lebih susah, sehingga kompetensinya makin meningkat seiring berjalannya waktu. Dengan demikian, mereka dapat diberikan tanggung jawab maupun pekerjaan yang lebih tinggi lagi. Hal ini, menurut Pramono, harus dilakukan secara terus menerus di semua bidang di FO untuk menjalankan operasi yang penuh tantangan.

Di samping itu, international assignment (IA) juga diyakini sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan percaya diri karyawan. Penempatan bekerja di luar negeri ini memungkinkan karyawan belajar dan menimba pengalaman yang lebih banyak di Negara lain. Oleh sebab itu, kesempatan tersebut harus benar-benar dimanfaatkan. “IA ini bukan hadiah, tapi tantangan dan peluang seperti halnya kenaikan pangkat,” tutur Pramono menambahkan.

Kendala yang juga harus dihadapi teknis operasi maupun pengerjaan instalasi baru. Total harus memobilisasi alat sesuai kebutuhan untuk mengoperasikan lapangan. Tantangan di sisi instalasi adalah rawannya gangguan pada pipa. Untuk mengatasi hal tersebut, Total menerapkan simultaneity operation (simop), serta berkoordinasi dengan divisi lain dalam melaksanakan Total recordable injury rate (TRIR) dan Lost Time Injury Frequency (LTIF).

“Kalau pipa terganggu, produksinya bisa berhenti juga,” tegasnya. Lebih lanjut, Pramono menegaskan, muara persoalan di bidang eksplorasi maupun produksi gas dan minyak terletak pada FO. Oleh karena itu, ia berharap semua divisi dapat mendukung kegiatan operasi yang dilakukan FO.

Teknologi yang diterapkan juga begitu bervariasi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan operasi. Pramono menjelaskan bahwa teknologi yang dioperasikan Total E&P Indonesie di-back up oleh grup dan pengalaman yang dimiliki. Ia berkata, “Di antara kita juga share, siapa yang pernah pengalaman apa, kita belajar juga.”

Problem lainnya terdapat pada safety concept dan operating philosophy yang diterapkan. Yang pasti, menurut Pramono, kita tak boleh lepas dari gambaran besar agar tidak kehilangan arah. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan juga harus berdasarkan skal prioritas. Sambil mengelola sumur yang telah ada, Total juga senantiasa mencari dan membuat sumur-sumber baru untuk mempertahankan permintaan produksi yang tinggi. Dengan demikian, kebutuhan operasi dari sisi logistik maupun servis peralatan akan tambah besar dan banyak.

Sumur baru yang siap dioperasikan adalah Sisi Nubi, dua buah sumur pengembangan eksplorasi gas lepas pantai milik TOTAL E&P Indonesie. Berbagai persiapan tengah dilakukan untuk mengejar target start-up akhir tahun 2007. Lapangan baru ini akan dijalankan dengan menggunakan metode MP (Medium Pressure) untuk mengalirkan gas dengan tekanan menengah. Sedangkan sumber daya manusia yang dilibatkan dalam proyek Sisi-Nubi terdiri dari satu tim start-up tersendiri yang bernama SPU PJT.

Penerapan sistem sistem Plant Information (PI) yang terintegrasi juga dilakukan dalam proses pengawasan kegiatan operasi. Sistem yang disebut juga Plant Information Real Time Data Management atau PI-RTDM, ini telah mengikuti rekomendasi yang diberikan dari grup Total. Dengan teknologi baru ini, proses pengawasan dapat dilakukan dari kantor Balikpapan secara langsung dan terus menerus melalui sistem real time online.

Di balik tantangan yang ada, tentu juga tersimpan harapan dan optimisme baru. “Yang penting ada perencanaan yang matang, sistem yang up to date, teamwork, dan koordinasi. Kita harus bermitra, tidak ada pilihan lain, ” kata Pramono. Dengan perencanaan, teamwork dan koordinasi yang matang, segala tantangan ini akan terasa lebih mudah dihadapi.

Tidak ada komentar: