Senin, Februari 22, 2010

HSE; Isu yang Menjadi Tanggung Jawab Semua Pihak

Keamanan dan keselamatan kerja merupakan isu utama yang menjadi perhatian manajemen PHE-ONWJ. Bahkan, hampir semua leadership-nya memfokuskan pada masalah ini. Dalam setiap pertemuan manajemen selalu dimulai dengan melakukan overview terhadap safety performance.

Menurut Iwan Jatmika, Koordinator Divisi Healt and Safety Environment (HSE) PHE-ONWJ, prioritas manajemen terhadap persoalan safety di lingkungan kerja merupakan modal utama yang mahal harganya. Untuk mencapai komitmen seperti ini, lanut Iwan, perusahaan lain butuh waktu lama, butuh campaign untuk memastikan bahwa top manajemen maupun manajemen lini memiliki concern terhadap safety. “Inilah yang harus dipertahankan. Kita harus memfasilitasi agar kesempatan ini harus ada,” katanya.

Benang merah dari berbagai program HSE, menurut Iwam, pada intinya mengarah pada sikap proaktif. Semua leading factor maupun sesuatu yang bisa mencegah terjadinya kecelakaan harus dilakukan. “Contohnya, kita melakukan safety observation. Melakukan safety communication, control work untuk pekerjaan, project HSE review, berhubungan dengan kontraktor, kita melakukan contractor safety management system,” lanjutnya.

Selama ini, lanjutnya, PHE-ONWJ mengelola HSE berbasis pada lini manajemen. HSE is in the line, begitu prinsipnya. Dengan kata lain, yang bertanggung jawab terhadap performa HSE adalah lini manajemen masing-masing. Kalau seseorang menjadi operation manager, maka dia sekaligus operation manager untuk HSE di situ. Begitu juga di divisi yang lain. “Ini warisan dari dulu yang kita yakini paling pas untuk perusahaan minyak dan gas,” kata Iwan.

Dengan demikian, departemen HSE yang memiliki keterbatasan personel, lebih berfungi sebagai fasilitator, advisor, expert resource, dan performance assurance. Sebab, yang bertugas untuk menyediakan atau memfasilitasi program dan performa HSE adalah lini manajemen.

“Pada dasarnya safety ada karena kegiatan. Orang beroperasi, berarti ada safety untuk beroperasi. Sehingga orang yang berkegiatan akuntabel untuk memastikan bahwa kegiatan berjalan dengan aman. Ini adalah base practise yang kita punya,” katanya. Inilah brief yang diyakini sebagai cara paling baik untuk men-deliver safety performance. Inilah yang juga selalu diusahakan Iwan dan tim untuk tetap ada di mindset masing-masing manajemen.

Oleh karena itu, lanjut Iwan, pihaknya mengintegrasikan isu yang ada di departemen-departemen dan mendorong HSE di lini untuk membantu manajemen dalam mengimplementasikan. Sebab, setiap departemen memiliki program, target, dan mainframe berbeda, disuaikan dengan kebutuhan departemen yang bersangkutan.

Untuk menekankan unsur safety, semua insiden kecil mapun besar dilaporkan dan diinvestigasi, untuk kemudian di-follow up action-nya. Intinya, Iwan bersama tim melakukan sesuatu yang bisa mencegah terjadinya kecelakaan. Di samping itu, lanjutnya, manajemen HSE mengelola pro active program agar berjalan, termasuk emergency respons readiness. “Kalaupun terjadi insiden, eskalasinya bisa kita kontrol. Sebab, kalau tidak dikontrol, bisa menjalar ke mana-mana,” katanya.

Iwan mengakui, kendala utama dalam pelaksanaan program adalah memastikan semua program pro aktif berjalan, dan meyakinkan bahwa continous improvement plan tetap visible. “Kita bisa melakukan performance review, audit, maupun improvement action. Itu yang menjadi tantangan utama sekarang,” katanya.

PROGRAM DAN KEGIATAN

Selama ini, Departemen HSE memiliki program dan kegiatan yang secara signifikan berhasil dilakukan dan dicapai. Marunda Warehouse dan station di offshore yakni MM, Bravo, Echo, Central, dan MK/TP telah berhasil melaksanakan Audit Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 tanpa ada temuan penting terhadap isu ketidaksesuaian.

PHE ONWJ telah berhasil melakukan pemenuhan terhadap standar control of work dengan melakukan perbaikan yang signifikan dari 38% menjadi 74%. Tantangan yang masih ada adalah bagaimana menerapkan COW secara konsisten di seluruh departemen operasional di PHE-ONWJ.

Saat ini, PHE ONWJ telah selesai melakukan identifikasi regulasi – regulasi K3LL yang perlu dipatuhi. Ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa PHE-ONWJ adalah perusahaan operasional yang menjunjung tinggi kepatuhan dalam bidang K3LL di Indonesia.

Tingkat kesiapan tanggap darurat terhadap tumpahan minyak semakin membaik dengan telah siapnya peralatan di station offshore, seperti oil boom system, dispersant, dan lain-lain. Evaluasi sistem tanggap darurat yang efektif terus dilakukan oleh tim khusus (task force) untuk evaluasi kajian risiko terbaru, rencana tanggap darurat yang sesuai, dan kesiapan sumber daya dan ketrampilan yang ditingkatkan.

Beberapa program maupun kegiatan telah berhasil dilakukan. Pada 19 Juli 2009, telah dilakukan penggantian fin fan cooler baru di Foxtrot Flow Station. Pekerjaan ini mencakup pengangkatan berat (heavy lifting) yang berisiko tinggi dan dapat diselesaikan dengan aman.

Pekerjaan turn around telah selesai dilakukan di Lima dan KLA Flow Station pada 8 Agustus 2009. Pekerjaan ini melibatkan sekitar 175 personel di lapangan, dan memakan waktu 14 hari sesuai yang direncanakan, serta dapat diselesaikan dengan aman tanpa adanya kecelakaan maupun kejadian yang berhubungan dengan K3L. Sedangkan pekerjaan pencabutan SPM-6 yang sudah tidak dipakai di ONWJ untuk dipindahkan ke Pertamina Pangkalan Susu telah selesai dengan aman pada akhir Agustus 2009.

Kegiatan lain yang dilakukan di FE&C, antara lain pipeline repair dan foxtrot finfan cooler replacement pada periode 21 Juni sampai 28 Juli 2009. Pekerjaan pipeline repair ini mencakup penggantian clamp, diving activity, dan lifting yang berisiko tinggi karena dilakukan di atas Ewis Lady barge.

Sepanjang Agustus lalu, HSE juga melakukan survey untuk pipeline replacement serta topside. Selanjutnya, tim akan melakukan survey serupa untuk deoiling activity pada September 2009.

Sementara itu, kegiatan yang dilakukan di D&C berkenaan dengan rencana pengeboran (infill drilling) 2009 yang akan segera dimulai. Beberapa kegiatan HSE yang telah dilaksanakan antara lain melakukan HSE induction kepada kru rig Ensco 51. HSE induction pertama telah dilakukan pada 26-27 Agustus 2009 di Thailand. Sedangkan HSE induction kedua untuk service contractor dilakukan pada 18 September 2009 di Jakarta.

Bridging document antara PHE-ONWJ dan Ensco sedang dalam proses mendapatkan persetujuan pihak managemen. Selanjutnya, HSE juga melakukan update pada drilling tactical response plan. Kegiatan ini sedang dalam proses mendapatkan persetujuan oleh pihak manajemen.

Di samping itu, lifting competency assessment untuk kru rig Ensco 51 juga telah dijadwalkan bekerja sama dengan PHE ONWJ lifting TA. Pada 9 September 2009, juga dilakukan kontrak dan HSE kick off meeting dengan semua service contractor.

Program selanjutnya, HSE memiliki proyek besar dengan nama Arco Arjuna tank cleaning. Proyek ini melibatkan banyak pihak, melibatkan ketinggian, serta manajemen oil spil. Karena pekerjaan besar, HSE memfokuskan pada pembuatan prejob readiness. “Kita ingin memastikan bahwa hal yang bisa menyebabkan kecelakaan bisa teridentifikasi, dibuat mitigation plan, serta implementasinya,” kata Iwan.

Demikian pula dengan kualitas observasi yang harus ditingkatkan. Hal ini beriringan dengan mekanisme evaluasi yang terus ditingkatkan performanya. Iwan berharap, semua departemen juga melakukan hal yang sama, melakukannya secara konsisten dan resisten.

Buah dari konsistensi ini sebetulnya sudah didapatkan divisi HSE. Beberapa pencapaian yang perlu menjadi catatan dan perpengaruh pada kinerja HSE PHE-ONWJ, antara lain penghargaan kategori Best Safety Performance 2,000,000 - 10,000,000 Man-Hours dari BPMIGAS untuk tahun 2008. penghargaan yang diraih pada 16 Juli 2009 ini merupakan tantangan bagi PHE-ONWJ untuk mempertahankan dan memperbaiki kinerja HSE dengan secara disiplin dalam mempertahankan keberadaan Positive Safety Culture di lingkungan kerja kita.

Positive Sfaety Culture ditandai antara lain dengan pelaksanaan CSMS, effective COW, Safety Observation (STOP/SOC), keteladanan dan kepemimpinan dalam safety dari jajaran pimpinan dan pekerja, dan kedisplinan menindak lanjuti temuan-temuan dari kajian resiko (HAZID, HAZOP, TRA, SCE, dan lain-lain), rekomendasi hasil investigasi kecelakaan, audit, dan kesiapan tanggap darurat.

Sepanjang Juli-Agustus 2009, beberapa station, yakni MM, Lima, Arco Arjuna, dan Uniform telah berhasil mencapai jam kerja operasi yang signifikan tanpa LTA (Lost Time Accident). Diharapkan, divisi ini terus meningkatkan performanya demi menunjang keberhasilan perusahaan di masa mendatang.

***

ARTIKEL BOKS

BEBERAPA INSIDEN YANG TERJADI

Sepanjang tahun 2009 sampai Agustus ini, beberapa kecelakaan masih terjadi yang secara umum menyangkut masalah tingkah laku yang tidak aman seorang pekerja dan kepemimpinan yang tidak mendukung lingkungan kerja yang aman baik dari kepatuhan terhadap prosedur COW, pentingnya kajian risiko tuntas sebelum bekerja, dan kedisiplinan mengikuti TRA yang sudah disepakati dan implementasi CSMS yang tidak sistematis.

Beberapa kejadian yang berlangsung sepanjang Juli, Agustus dan September 2009 antara lain:

  1. Pada 8 Juli 2009 sekitar jam 14.45 sore, telah terjadi kecelakaan di Ewis Lady Barge dalam rangka projek perbaikan pipa bawah laut. Kecelakaan terjadi ketika petugas katering sedang memindahkan persediaan makanan dari mesin pendingin (chiller). Punggung tangan kanan terluka oleh rak stainless steel. Dokter lapangan telah melakukan tindakan pengobatan dan safety stand down setelah kejadian telah dilaksanakan di barge. Kejadian ini diklasifikasikan sebagai kasus kecelakaan kerja yang harus dicatat dan dilaporkan (medical treatment).
  1. Pada 2 Agustus 2009, kapal security diduga menabrak kapal nelayan. Walaupun ini bukan dikategorikan korban kecelakaan kerja, dari hasil investigasi, diketahui adanya kekurangdisiplinan dalam mematuhi aturan keselamatan dalam berpatroli di laut dan keberanian untuk menghentikan pekerjaan jika dirasa kurang aman. Tim keamanan laut sudah mengevaluasi kembali tentang praktek-praktek berpatroli yang aman dan korban di pihak nelayan sudah ditolong dan disantuni keluarganya sehingga tercipta kembali hubungan yang baik antara PHE-ONWJ dan komunitas masyarakat nelayan.
  1. Pada 15 Agustus 2009, kecelakaan yang melibatkan operasi berkendaraan PHE-ONWJ terjadi di luar kota. Pengemudi terindikasikan tidak siap ketika ada sepeda motor yang tiba-tiba jatuh di dekatnya. Berdasarkan investigasi, sopir dalam keadaan tidak fokus karena kecapaian dan terpecahnya konsentrasi. Management briefing telah dilaksanakan untuk mengevaluasi managemen risiko operasi kendaraan dan upaya perbaikan telah dan sedang berproses.
  1. Pada 6 September 2009 jam 09:50 terjadi kasus kecelakaan kerja dengan kategori kerja terbatas pada seorang pekerja di Zulu. Jari telunjuk kiri korban terjepit pintu turbine enclosure saat sedang melakukan pengecekan terhadap kebocoran lube oil di Turbine Generator ZUJ. Diperkirakan, tertutupnya pintu dikarenakan pintu tidak diganjal dan adanya hembusan angin dan adanya exhaust blower enclosure, sehingga pintu menutup dengan sendirinya. Korban segera dievakuasi untuk mendapatkan perlakuan medis lebih lanjut, dan saat ini investigasi sedang berlangsung .
  1. Kejadian lainnya, seseorang terplesit di NSO. Sementara di UA Platform, orang terpercik bahan kimia sehingga terbakar. Kasus ini sudah diinvestigasi dan ditangani tim HSE.

Tidak ada komentar: