Baik atau buruknya perusahaan ditentukan oleh manajemen keuangan dan peran seorang manajer keuangan.
“Dasar keberhasilan bisnis Anda terdapat pada neraca dan laporan keuangan”. Begitu pameo yang sering kita dengar. Bukan semata kalimat yang sia-sia, berbagai kasus menunjukkan bahwa laporan keuangan ibarat cermin yang merefleksikan kinerja perusahaan secara umum. Oleh karena itu, banyak kalangan menaruh perhatian pada financial management.
“Manajemen keuangan sangat penting untuk kesuksesan perusahaan,” kata pengamat ekonomi Umar Juoro. Ketika kita dapat memantau penghasilan, biaya dan indikator keuangan lainnya sesegera mungkin dan akurat, lanjutnya, maka kita juga dapat membuat keputusan keuangan untuk jangka pendek dan jangka panjang secara bijaksana yang membuat perusahaan dan bisnis bertumbuh.
Pentingnya mengelola keuangan, lanjut Umar, tidak semata berkaitan dengan perencanaan, budgeting, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan. Namun, lebih jauh dari itu, manajemen keuangan bisa menjadi titik central dalam menentukan kondisi perusahaan secara umum. “Ini sudah menjadi standard di manapun, baik korporasi maupun perusahaan kelas mikro sekalipun,” kata Komisaris PT Bank Internasional Indonesia Tbk. (BII), ini.
Sebab, menurutnya, perusahaan yang bisa berkembang pesat biasanya mampu memanfaatkan sumber-sumber keuangan, baik dari bank, pasar modal, obligasi, atau masyarakat langsung, secara efektif dan efisien. “Manajemen keuangan adalah kunci untuk menilai sejauh mana perusahaan bekerja dan mencari laba,” katanya, menambahkan.
Manajemen keuangan dapat dikatakan tepat, lanjutnya, kalau mampu mengelola dana yang ada secara efektif dan efisien. Misalnya, dengan jumlah tertentu bisa mendapatkan yang lebih besar. Sebab, kalau tidak efisien, lanjutnya, dengan jumlah yang lebih besar, tapi hasil lebih kecil. “Itu penting dalam pengertian efisiensi, supaya kapital bisa digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih besar. Jadi, semakin efisien, semakin produktif dia,” tuturnya.
Indikator manajemen keuangan telah efektif dan efisien, lanjut Ketua Dewan Direktur Center for Information and Development Studies (CIDES) ini, dapat dilihatdDalam kerangka rasio atau return on equity (RoE). Jika hasil yang diperoleh dari modal yang ditanamkan perusahaan semakin tinggi, berarti semakin bagus. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah hasil yang didapatkan, makin buruk kinerja perusahaan.
Usuran lainya dapat dilihat juga dari return on asset (RoA). Bisa kita lihat, perusahaan tumbuh jika aset makin besar, baik mencakup ekuitas maupun aset yang ada di perusahaan. Ini merefleksikan, kalau perusahaan industri, bagaimana dia menggunakan mesin atau pekerjanya secara efektif. Bagaimana memanfaatkan infrastruktur yang ada untuk menghasilkan revenue sebesar mungkin. “Itulah yang kita sebagai ukuran efisiensi dan efektivitas dalam manajemen keuangan perusahaan,” kata Umar.
Kinerja manajemen keuangan yang efektif juga bisa dilihat dari revenue penerimaan per jumlah pekerja. “Ini juga bagian dari efisiensi. Kalau makin banyak pekerja, tapi revenue rendah, berarti produktivitasnya rendah,” tuturnya. Demikian pula dengan besarnya cost terhadap sales. Kalau cost lebih besar dari sales, berarti perusahaan itu tengah merugi.
Secara umum, manajemen keuangan dapat dikatakan baik kalau kita lihat secara sederhana laporan keuangan itu bisa dipahami. “Jika tidak, pasti manajemen keuangannya jelek,” katanya. Apalagi, pasiva-nya lebih besar dari aktiva-nya, pasti ini perusahaan bangkrut, karena kapitalnya jadi negatif. Hal ini, lanjutnya, secara sederhana juga bisa terefleksikan kondisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
Manajemen keuangan yang baik juga dapat dilihat dari pengelolaan rugi-labanya. Kalau perusahaan neracanya baik, perusahaan itu profitable. “Dari neraca kita bisa memahami bagaimana perusahaan itu dikelola. Kalau jelek, tdak bisa dibohongi dengan alasan apapun kalau perusahaan itu buruk dan menjelang bangkrut,” katanya.
Manajemen keuangan dilakukan, menurut Umar, dimaksudkan untuk memaksimalkan nilai perusahaan, memaksimalkan laba, dan memaksimalkan kesejahteraan para pekerja dan pemegang saham. “Kalau keadaan aktiva-pasiva baik, struktur modal baik, perusahaan bisa profitable,” katanya. Kalau menguntungkan, si pemegang saham akan menerima dividen. Mereka juga bisa meningkatkan kesejahteraan karyawan dengan memberikan bonus atau insentif.
Penerapan manajemen keuangan dalam perusahaan yang menganut sistem sentralisasi maupun desentralisasi, lanjut Umar, bisa dibedakan. Misalnya, dalam perusahaan yang memiliki holding company, bisa saja pabriknya ada perusahaan yang melakukan kegiatan produksi, kegiatan logistik, maupun perdagangan. Ini dalam satu grup. Namun, manajemen keuangan diberlakukan secara terpusat.
Di samping itu, lanjut Umar, bisa juga masing-masing usaha diberi kewenangan untuk mengelola keuangan sendiri, tapi perusahaan induk tetap memberikan kriteria. Misalnya, masing-masing usaha harus mementukan berapa RoE dan RoA-nya, dan ukuran efisiensi dan efektivitas lainnya. “Namun, kalau holding company, saya cendrung memilih sistem desentralisasi. Karena bisa lebih efektif dan efisien dalam mengelola kapital,” tuturnya.
Namun, dalam penerapan sistem pengelolaan keuangan ini, Umar tidak melihat perbedaan secara signifikan antara sistem yang diadopsi perusahaan Indonesia dengan asing. “Kalau perusahaan itu bagus, pasti akan serupa. Dalam pengertian, laporan keuangan bisa merefleksikan kinerja keuangan,” katanya. Namun, lanjutnya, sebetulnya bukan perbedaan antara sistem yang dianut Indonesia atau luar, tapi pada kategori perusahaan yang baik atau tidak.
Sebab, lanjutnya, manajemen keuangan itu memiliki standardisasi yang sama. Baik perusahaan di indonesaia maupun luar, skala besar atau kecil, kalau manajemen keuangannya bagus, laporan keuangannya pasti bisa dibaca dengan mudah. Laporan keuangan ini merefleksikan kondisi perusahaan. “Sudah kelihatan, apakah modal cukup, penjualan meningkat, cost besar, atau efisien,” katanya.
Lagipula, Umar menambahkan, menilai kinerja perusahaan dari ukuran-ukuran keuangan sudah cukup memadai. bahkan, manajemen keuangan menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan maupun pihak-pihak luar dalam mengambil keputusan. Ia memberikan contoh, kalau perusahan publik, publik bisa menilai, dia pantas membeli sahamnya atau tidak dengan melihat manajemen keuangannya.
Instrumen yang biasa digunakan dalam manajemen keuangan, menurut Umar, serupa dengan manajemen pada umumnya. Manajemen keuangan juga mensyaratkan aktivitas perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh perusahaan. Evaluasi, lanjutnya, juga dapat diberlakukan dalam setiap tahapan, berdasarkan periodisasi yang diinginkan perusahaan.
Mekanisme evaluasi juga tergolong standard. Perusahaan yang bagus, lanjut Umar, bisa mengevaluasi apakah target tercapai atau tidak. “Ini bisa dievaluasi melalui key performance indicator (KPI) yang bisa dilakukan kapan saja, setiap kali ada laporan keuangan,” katanya. Indikatornya, kalau perusahaan bagus, manajemen keuangan bagus, biasanya di tiap-tiap kuartal bisa mendekati target yang ditetapkan anggaran.
Evaluasi juga menyangkut keputusan-keputusan yang kaitannya dengan aspek finansial. Misalnya, mengapa target penjualan atau penerimaan tidak tercapai. Jikapun ada pendapatan, lanjutnya, juga bisa dievaluas jenis pendapatannya seperti apa, apakah dari operasional maupun nonoperasional. “Hal ini bisa dilihat perbulannya, dibandingkan bulan lalu, atau bulan di tahun lalu. Dari situ bisa dinilai lagi, keuntungan/labanya. Ini bisa dievaluasi, instrumennya standard,” katanya.
Tugas seorang manajer keuangan, tutur Umar, tidak semata menggunakan dana dan menghasilkan laba bagi perusahaan, tapi juga mencari dana. “Tugas ini juga bagian yang utuh dalam manajemen keuangan,” katanya. Sebab, lanjutnya, kalau tidak ada dana, dia mau mengelola apa. Karena itu, kalau butuh dana lagi, manajer keuangan harus menyiapkan segalanya untuk mendapatkan dana dari pihak luar.
Yang paling penting, lanjutnya, dalam manajemen keuangan ini, penting bagi seorang manajer keuangan untuk senantiasa jujur dan dipercaya. “Kalau dia manajer, direktur keuangan, karyawan, komisaris, sampai pada partner bisnis, atau siapapun, pegangannya hanya itu,” katanya. Kalau tidak dipercaya, laporan keuangan bisa muncul dalam tiga versi, satu untuk bank, pemegang saham, atau pajak. “Itu yang justru menyesatkan,” lanjutnya.
Di samping itu, manajer keuangan juga perlu memiliki kemampuan secara teknis yang baik. Sebab, lanjutnya, manajemen keuangan merupakan sesuatu yang detail dan standard. “Saya tidak katakan yang lain tidak detail, tapi manajemen keuangan tidak bisa improvisasi sendiri. Supaya laporan keuangan bisa merefleksikan keadaan yang sebenarnya. Ada kaidah yang harus dipenuhi, kalau tidak, ada konsekuensi hukum,” kata Umar.
Selama ini, lanjutnya, manajer keuangan sering dianggap tidak friendly, karena harus menjaga ketat dan tidak sembarangan menggunakan dana perusahaan. “Saya lebih cenderung, manajer keuangan yang sifatnya konservatif,” katanya. Namun, lanjut Umar, dia harus mengajak dan meyakinkan divisi lain untuk bersinergi untuk mencapai target yang ditetapkan perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar